Adira Kirania sangat bahagia menggantikan Lestari Putri untuk menjadi pengantin untuk Arya Seno Nugroho. Tari menghilang sehari sebelum pernikahan mereka di gelar. Tidak ingin menanggung malu, kedua orang tua Arya meminta Dira putri sahabatnya menggantikan tari. Dira yang sudah lama menaruh hati kepada Arya langsung menyetujui permintaan orang tua Arya.
Sedangkan Arya terpaksa menerima pernikahan tersebut karena tidak ingin keluarganya menanggung malu akibat batalnya pernikahannya.
Pernikahan mereka berjalan lancar, walau Arya awalnya selalu dingin dan kasar kepada Dira. Tetapi berjalannya waktu Arya belajar menerima Dira sebagai istrinya, hingga badai itu datang. Tari kembali hadir dan berusaha merebut Arya kembali.
Hingga suatu hari Arya menyadari kalau hatinya sudah di penuhi oleh Dira, tetapi seolah tuhan ingin menghukumnya. Arya merasakan penyesalan saat mengetahui kebenaran tentang istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rubi Sandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
"Dira kamu kenapa?" Tanya Arya khawatir.
Dira hanya memegangi dadanya yang terasa sesak, ia menunjuk ke arah tasnya yang ada di meja.
"Kamu kenapa?" Arya masih tidak mengerti apa yang di inginkan Dira.
"Tas.... ku to....long." Ucap gadis itu terbata.
Arya langsung mengambilkan tas istrinya dan memberikan kepada Dira, gadis itu langsung mencari obatnya di dalam tas. Setelah mendapatkannya, Dira langsung meminum obat tersebut kemudian gadis itu langsung berbaring mengistirahatkan tubuhnya.
Sedangkan Arya masih bingung melihat istrinya, laki-laki itu langsung menanyakan apa yang ada di pikirannya.
"Kamu kenapa, kamu sakit apa?" Tanya Arya sedikit lembut.
"Aku gak sakit kak, cuma kelelahan saja. Mungkin akibat terlalu banyak kegiatan selama disini." Elak Dira yang tak ingin suaminya tahu penyakitnya.
"Makanya jangan terlalu aktif jadi orang, tubuh kamu itu sudah terbiasa di manja. Makanya jadi lemah gini, jangan nyusahin saya. Saya bukan baby sister kamu." Cibir Arya.
Dira hanya terdiam mendengar perkataan suaminya, gadis itu menutup matanya berharap ia bisa tertidur dan besok hari semuanya sudah kembali baik-baik saja.
...*****...
Dira dan Arya kini sudah sampai di tanah air mereka di jemput sopir di bandara. Kondisi Dira juga sudah kembali membaik, keduanya kini sudah duduk di kursi belakang sedang sopir keluarga Arya membawa sepasang suami istri itu ke rumah majikannya.
"Assalamualaikum...." Ucap Dira saat memasuki rumah mewah mertuanya.
"Waalaikumsalam, masuk sayang. Mas, Arya dan Dira sudah datang." Teriak Davina memanggil suaminya.
Hendra yang sedang berada di kamar langsung keluar mendengar anak dan menantunya sudah sampai. Laki-laki paru baya itu menghampiri istri, anak dan menantunya yang kini duduk di ruang keluarga.
"Wah, pengantin baru sudah pulang. Kalian bawa oleh-oleh gak sama papa?" Ucap Hendra bergurau.
"Bawa dong pa." Jawab Dira, gadis itu langsung berdiri dari duduknya, kemudian menyalam tangan papa mertuanya.
"Papa bercanda nak, kalian sampai di rumah dengan selamat saja sudah Alhamdulillah bagi papa." Ucap Hendra kemudian ikut bergabung dengan ketiga orang tersebut.
"Bagaimana bulan madunya sayang?" Tanya Davina kepada Dira.
"Seru ma, Dira senang bangat. Apalagi Paris kota impian Dira dari dulu. Terima kasih untuk papa dan mama sudah kasih hadiah pernikahan kami pergi ke Paris." Jawab Dira tersenyum bahagia.
Hendra dan Davina sangat senang melihat Dira yang antusias menceritakan perjalanan bulan madu mereka, walau keduanya melihat hanya Dira yang bahagia dengan liburan tersebut. Sedangkan putra mereka sedari tadi hanya diam dan sibuk dengan ponselnya.
Hendra dan Davina memaklumi karena tidak mudah bagi Arya menerima semua ini, mereka hanya berdoa agar pintu hati anaknya segera terbuka dan bisa menerima Dira sebagai istrinya.
"Pa, ma Arya ke kamar dulu, mau istirahat. Badan Arya capek bangat ma." Pamit Arya langsung meninggalkan ketiganya tanpa mengajak Dira.
"Arya...." Panggil Hendra.
"Apalagi sih pa?" laki-laki terpaksa berbalik karena panggilan papanya.
"Ajak istri kamu ke kamar kalian, kamu pikir kamu saja yang capek. Dira juga capek dan butuh istirahat." Suruh Hendra.
"Ya sudah ayo, kalau kamu masih ingin bercerita saya duluan." Ucap Arya seraya meninggalkan tempat itu.
"Sayang kamu sebaiknya istirahat saja ya, besok kita cerita lagi." Ucap Davina dengan lembut.
"Iya ma, kalau begitu aku susul kak Arya ya ma, pa." Pamit Dira.
