Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Kali
Addrian terlihat santai saat sang kekasih sedang meneteskan air mata di hadapannya. Wajah dingin itu tampak datar tidak menunjukkan rasa kasihan sedikitpun saat ada seorang wanita menangis di hadapannya.
"Kamu tidak perlu memalukan diri kamu di depan umum seperti ini. Perjanjian kita saat kamu menyatakan cinta padaku dan aku menerimanya itu hanya dua bulan, bisa aku lebihkan jika aku merasa nyaman dengan kamu," ucap Addrian santai.
Gadis yang ada di depan Addrian malah lebih mengeraskan tangisannya. Addrian yang kesal menarik tangan gadis itu dan hendak mengajaknya duduk dengan tenang di restoran itu karena Addrian tidak mau dikira dia sudah berbuat jahat pada gadis itu.
Entah malaikat apa yang masuk ke dalam tubuh Aira? Tiba-tiba meja Addrian didatangi oleh Aira dengan muka kesalnya. Aira marah dengan Addrian yang sudah sangat jahat membuat kekasihnya menangis serta berbuat kasar.
"Kamu itu seorang pria, kenapa kamu tega sekali dengan kekasih kamu? Maaf, bukannya aku mau ikut campur, tapi setidaknya kamu hargai dia."
Addrian melihat Aira dari atas sampai bawah dan di sebelah Aira berdiri adik laki-laki Addrian yang berdiri santai sambil menggerakkan bahunya naik turun melihat ke arah Addrian.
"Kamu tidak tau masalahnya, sebaiknya kamu kembali saja ke tempat duduk kamu." Addrian mencondongkan sedikit tubuhnya untuk menyeimbangkan dirinya dengan Aira. "Atau kamu sebenarnya ingin berkenalan denganku, Princess." Addrian sekarang malah tersenyum manis pada Aira.
Sontak saja Aira sangat kesal. "Dasar Playboy, aku tau kamu bukan pria baik-baik dari adik kamu."
Addrian melihat ke arah adiknya yang malah meringis menunjukkan deretan gigi rapi dan putihnya.
"Aku hanya berkata jika kamu orang yang penyayang, apalagi sama banyak gadis," ucap Kenzo adik Addrian santai.
"Ayo ikut aku saja." Aira tiba-tiba menggandeng tangan gadis yang tadi menangis.
"Aku tidak mau!" Tangan gadis itu malah mengibaskan tangan Aira dengan agak kasar. Kamu pergi saja dan jangan ikut campur dengan urusanku dan kekasihku," ucap gadis itu yang benar-benar membuat muka Aira melihat tidak percaya.
"Lebih baik kamu pergi saja, dan kalau mau berkenalan denganku, kamu boleh bertanya nomor ponselku pada adikku." Addrian melirik pada adiknya.
"Ai, ayo pergi dari sini?" Tangan Niana yang juga ada di sana menarik tangan Aira untuk kembali ke tempat duduknya.
Addrian memandang Aira dari mejanya, dan tidak lama dia beranjak dari tempat duduknya berjalan ke arah toilet.
Tidak lama di toilet saat Addrian sudah selesai dan akan berjalan berbelok, dia tidak sengaja menabrak Aira. Addrian bahkan tidak sengaja mengecup dahi Aira. Seketika mata Aira mendelik pada Addrian.
"Apa yang kamu lakukan?" Aira memegangi dahinya bahkan mengusapnya.
"Hei! Kenapa menyalahkan aku? Kamu yang menabrakku lebih dulu dan itu tadi tidak di sengaja." Addrian melihat Aira dengan tatapan datar.
"Tidak sopan."
"Hei, tunggu!" Addrian memegang tangan Aira. Aira langsung menoleh ke arah Addrian.
"Ada apa? Lepaskan!" Aira mencoba melepaskan tangannya dari Addrian.
Aira melihat Adrrian dengan tatapan kesal.
Addrian melepaskan tangannya dan sekarang tangan Addrian malah menyangga pada dinding tepat di atas kepala Aira. "Hai, kita ketemu lagi."
"Aku berharap malah tidak bertemu dengan kamu. Minggir!" usir Aira.
"Kamu kenapa terlihat tidak suka sekali denganku? Memangnya kamu ada masalah denganku?" Addrian menatap Aira tajam.
"Aku tidak ada masalah sama kamu. Sekarang kamu minggir karena aku mau lewat."
Saat Aira mau berjalan ke arah kiri, Addrian seketika ikut ke kiri, dan saat Aira berjalan ke arah kanan, Addrian juga ikut ke kanan. Pokoknya Addrian melangkah ke mana Aira akan melangkah.
"Kamu kenapa, sih?" seru Aira kesal menatap Addrian yang ada di depannya.
"Aku mau memberi kamu sebuah tawaran menarik."
"Aku tidak tertarik dengan tawaran kamu."
"Aku sudah memutuskan kekasihku yang tadi kamu lihat di luar sana. Apa kamu mau menggantikan dia menjadi kekasihku? Aku jamin kalau kamu mau menjadi kekasihku, aku akan membuat kamu sangat bahagia, Aira," bisik Addrian pada daun telinga Aira.
Aira mendorong Addrian dan tidak reflek menampar pipi Addrian. Aira sebenarnya juga merasa bersalah tiba-tiba menampar Addrian, tapi bagi Aira itu pantas Addrian dapatkan karena sudah kurang ajar berbicara pada Aira.
"Tamparan kamu manis sekali," ucap Addrian yang malah tersenyum devil sambil mengusap pipinya yang terkena tamparan dari tangan mungil Aira. Niat Aira tadi yang ingin minta maaf jadi batal saat melihat wajah menyebalkan Addrian.
"Kamu pantas mendapatkan itu. Aku sudah memiliki tunangan dan kamu jangan coba-coba berbuat hal kurang ajar denganku." Aira berjalan pergi dari sana.
Addrian kembali ke mejanya dan dari tempatnya duduk dia malah tidak melepaskan pandangannya dari Aira yang sekilas melihatnya dengan mata tajam dan kesalnya.
Addrian yang kembali menginjakkan kakinya pada keadaan nyatanya tampak tersenyum dan mengusap pipinya yang dulu pertama kali mendapatkan tamparan dari Aira.
"Kamu lama sekali, Ai? Kamu nyasar ya?" tanya Niana ngasal.
Aira tidak menjawab, malah dia langsung mengambil tasnya dan menentengnya keluar dari aula. Niana yang melihatnya tampak heran. Niana lantas mengejar Aira.
"Aku mau pulang, Na," ucap Aira kesal saat langkahnya di hentikan oleh Niana.
Niana menatap Aira seolah menelisik mencari tau apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya.
"Jangan bilang kalau kamu bersikap seperti ini karena kamu bertemu dengan kak Addrian?"
"Iya, aku bertemu dengan dia lagi. Kali ini ada hal yang lebih membuatku tidak percaya dengan apa yang baru aku ketahui."
"Memang apa yang kamu ketahui?"
"Ternyata Bu Ita dosen di kampus kita ini adalah ibu sambungnya Kak Addrian. Bu Ita sendiri yang menyarankan untuk mengundang tim basket si Devil itu untuk ikut memeriahkan acara Bazaar amal ini."
"Serius? Ibu sambungnya?" Kedua mata Niana melotot kaget. "Pantas saja dia bisa di sini karena itu."
"Iya, dan kenapa aku juga baru tau? Kenzo sudah kenal dengan kita lama, tapi kita juga baru tau kalau bu Ita ibunya. Apalagi si devil itu memanggil bu Ita dengan sebutan Bunda. Aku dengarnya kesal sekali."
Niana malah terkekeh sambil menutup mulutnya dengan tangannya. Aira yang melihatnya tampak kesal.
"Maaf... maaf, aku tidak bermaksud untuk menertawakan kamu, Ai."
"Kamu pasti menertawakan aku karena aku terlihat benci sekali dengan si devil, kan Na?"
Belum Niana menjawab, Aira sudah melangkah dengan cepatnya pergi keluar dari gerbang kampusnya.
Niana kembali berlari mengejarnya, dan mereka seperti biasa pulang bersama karena tunangan Aira yang bernama Mas Dewa sedang ada urusan di luar kota.
Di aula kampus Aira masih banyak para mahasiswa di sana. Addrian duduk sendirian sambil mendribel bola dan pandangannya seolah sedang mencari seseorang.