Dibawah Ancaman Mafia Kejam

Fera menatap Ana dengan sangat tajam, ingin sekali ia mencakar wajah Ana, bahkan melakukan hal yang lebih kejam jika saja ia tidak menyadari jika mereka sedang berada di tengah acara, ada banyak camera yang tersorot kepadanya, dan juga tatapan sang Paman yang mengintimidasi membuat Fera menguatkan dirinya.....mengepalkan tangannya ia mencoba menelan marahnya dengan susah payah...

''Aku senang kau bisa hadir Ana, aku tau pekerjaanmu di pabrik menyita waktumu dan kau pasti lelah tapi masih mau datang...aku sungguh terharu..''

Ana menatap tajam dengan ucapan Fera yang sengaja menghian pekerjaannya di pabrik, ia mengalihkan tatapannya pada Steve yang memandangnya dengan sedih....

Penghianat ini seperti kehilangan harga diri, yah,,,menikahi gadis kaya akan membuat hidupnya bagai benalu dan dia pantas mendapatkannya...

Sementara Danar hanya menatap dalam diam, dengan percakapan keduanya yang mengandung sindiran...

''Tentu saja Fera...meski lelah, aku tak akan melewatkan acara pernikahan sahabat baikku, yah...lihatlah kau seperti seorang putri...wajahmu cantik dan terpancar kebahagiaan, kau pantas mendapatkan kebahagiaan dengan kebaikan hatimu Fera....aku ucapkan selamat..''

Seorang wartawan yang tertarik mendekati keduanya...

''Maaf nona, ada kabar di luar jika...sebenarnya suami nyonya Fera sekarang adalah mantan kekasih anda nona. apakah itu benar...'' wartawan pria itu mengarahkan micnya pada Ana hingga gadis itu menghela nafas....

Semua yang ada di tempat itu terkejut dan menatap ke arahnya...termasuk Danar dan Fera yang menunggu jawabannya...

Sementara Steve hanya memandang nanar pada Ana yang berdiri seolah menantang badai besar di hadapannya seorang diri..........pria itu menundukan kepalanya tak sanggup menatap Ana yang seperti sedang di todong dengan senjata di kepalanya.......

Ana tersenyum ketika matanya berkaca-kaca, sejenak ia menatap ke arah Steve yang menundukan kepalanya....tak ingin melihatnya...

Ana merasa sungguh sakit ketika ingatan kebersamaan mereka seolah menertawainya, mereka keluar dari panti asuhan bersama, dan memupuk impian bersama untuk masa depan, berbekal tekat yang kuat mereka berhasil bangkit dan memiliki sedikit uang,...lalu Steve kuliah dengan harapan ia akan bekerja di tempat yang baik setelah lulus, lalu mencari pekerjaan dan mereka menikah......

Airmata Ana hampir menetes ketika hatinya tak mampu menahan kesakitannya....namun ia harus kuat bukan.....?

Ana menatap wartawan dan mengambil alih mic dan mulai berbicara....

''Aku dan Steve, kami...hanya seorang sahabat...karna kami di besarkan di panti asuhan yang sama.....

Steve mengangkat wajahnya ketika dengan terbata-bata Ana menyangkal kebersamaan mereka, jemarinya terkepal di penuhi rasa besalah.........

Ana akhirnya meneteskan airmatanya......

Dan kenyataan itu menarik perhatian salah satu wartawan...

''Mengapa kau menangis nona...''

Danar mengepalkan tangannya ingin mendekati Ana namun menghentikan langkahnya ketika gadis itu melanjutkan ucapannya..

''Maafkan aku...aku hanya terharu, aku...ikut senang melihat sahabatku Steve sudah menikah dan berbahagia....''

Semua yang ada di tempatnya menjadi terharu dengan ucapan hati Ana..dan memuji betapa tulusnya persahabatan mereka.....

Namun hal itu tidak berlaku pada Fera,.....

Fera yang menatapnya hanya mengepalkan tangannya, bisa-bisanya Ana menangis.......di hadapan semua orang untuk menarik perhatian.......gadis itu menatapnya tajam........

Danar menghela nafas, hatinya bergetar ketika mendengar ungkapan hati Ana..entah mengapa itu mempengaruhinya.......ingin rasanya Danar menghampiri Ana dan memluknya, hanya memeluknya...

Ana berdiri sendirian ketika wawancara itu selesai dan masing-masing meninggalkannya setelah puas mendapat jawabannya......

Tak ada siapapun yang memberi bahu untuk ia sandarkan sesaat, tak ada genggaman tangan yang bisa menahan getaran di dadanya......yang bergemuruh disana...

Semua sibuk dengan pengantin yang berbahagia....dan melupakan Ana...yah...siapa dirinya, tak ada yang akan perduli tentangnya....

Ana menundukan kepala, ketika sebuah tangan kokoh, mengambil jemarinya dan menggenggamnya...

Ana mengangkat wajahnya dan membeku melihat sosok Ari yang menatapnya tajam...tak suka melihat kesedihannya...

''Ari......''

''Ayo kita pergi dari sini....bukankah tugasmu sudah selesai..''ucap Ari dengan tatapan dingin....

Lalu meraih jemari Ana dan membawanya keluar dari tengah acar yang menyesakan dada.....

Danar yang melihat genggaman tangan Ardy pada Ana merasa gerah, sesaat ia melonggarkan dasinya yang seakan mencekiknya.........

Lalu melangkah mendekati mereka....

Disaat yang sama Jesika tersenyum ketika menemukan sesuatu yang bisa membuatnya membalas Ana....ia pun segera mendekati Ardy dan Ana yang melangkah keluar dari gedung.......

**************

Ana menatap genggaman tangan mereka dengan senyuman lega, ternyata ada yang masih perduli kepadanya...gadis itu baru saja ingin bicara namun seuha suara tepuk tangan di belakang mereka membuat Ana mengurungkan niatnya bicara...

Ardy dan Ana menghentikan langkahnya dan menoleh....

Tampak Jesika dan Danar melangkah mendekat, dan menatap tajam ke arah mereka......

''Wah.....kau gadis yang sangat pintar...aku sangat kagum padamu, apah di panti asuhan kumuhmu mengajarkan cara memanfaatkan lelaki...''

Ardy mengeraskan tatapapannya pada Jesika...namun gadis itu tak perduli......

Ana mengepalkan tangannya hina dia,...tapi jangan panti asuhannya...Ana sungguh tidak terima...

Ia mendekat....melepaskan genggaman tangan Ari kepadanya....

Danar menatapnya dengan dalam, ia juga tak tau apa maksud kata-kata Jesika....

''Apa maksudmu...nona Jesika, aku tidak terima jika....''

''Gaunmu...indah sekali..'' ucap Jesika mencemooh.....

Ana menatap ke arah gaunnya dan kemudian menatap ke arah Ari yang sedang menatap Jesika dengan tajam....

''Apa maksudmu Jesika....''

''Ardiansyah Saputra adalah sepupuku, pewaris tunggal Jaya Gruop apakah kau pernah mendengarnya...''

''Jaya Group...''ulang Ana kali ini wajahnya menjadi pucat....

Airmatanya vbahkan hampir menetes.....Ari membohonginya....?

Jadi....selama ini Ana bekerja di perusahaan milik Ari, mereka makan bersama tertawa bersama ternyata Ari adalah Ardiansyah Saputra pemilik perusahaan elektronik tempatnya menjadi buruh disana......

Ana tertawa......ketika airmatanya menetes......apakah kemiskinannya menjadi bahan tertawaan para orang kaya,....?

Ana sekali lagi memerintahkan tubuhnya dan hatinya agar kuat menghadapi bertubi-tubi rasa sakit yang menhancurkannya dalam satu malam........

Ana menatap ke arah Jesika, menanti hinaan yang sebentar lagi akan meluncur dari bibir Jesika......

''Kau ternyata menjijikan Ana....kau bersembunyi di balik wajah polosmu...aku tak percaya...kau rela tidur dengan sepupuku untuk sebuah gaun........'' hina Jesika dengan puas ketika teriakannya menarik perhatian tamu yang lain...

''Jesika...tutup mulutmu...''teriak Ardy mendekati Jesika dengan murka.......

Danar mendekati Jesika dan menatapnya tajam...

''Jesika hentikan......''

Melihat kenyataan jika kedua pria ini membela Ana semakin membuatnya meradang...

''Yah...kalian membelanya, apakah kalian berdua sudah merasakan tubuhnya...''jerit Jesika tidak terkendali......

Dan kenyataan itu memukul telak mental Ana...

Ana jatuh tersungkur ke lantai...tanpa tenaga sedikitpun.......

Jemarinya gemetar dalam genggamannya....

Sakit sekali.............mengapa ini terasa sakit..........?