Dinda, 24 tahun, baru saja mengalami patah hati karena gagal menikah. Kehadiran seorang murid yang bernama Chika, sedikit menguras pikirannya hingga dia bertemu dengan Papa Chika yang ternyata adalah seorang duda yang tidak percaya akan cinta, karena kepahitan kisah masa lalunya.
Akankah cinta hadir di antara dua hati yang pernah kecewa karena cinta? Mampukah Chika memberikan seorang pendamping untuk Papanya yang sangat dia sayangi itu?
Bila hujan tak mampu menghanyutkan cinta, bisakah derasnya menyampaikan rasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar Pulang
Melihat Papanya yang menatap tajam ke arah Dinda, dengan cepat Chika melompat ke gendongan Papanya Itu.
"Papa jangan galak-galak! Dia itu guru aku!" cetus Chika.
"Guru itu tugasnya di sekolah, bukan di rumah!" ujar Dio datar sambil melangkah ke arah sebuah meja besar, lalu meneguk segelas air putih di meja itu.
Kemudian Chika turun dari gendongan Papanya, yang sikapnya dingin bak es batu, tanpa ada keramahan sama sekali.
Dinda yang merasa tidak enak, langsung menyambar tasnya dan berniat akan pamit pulang.
"Chika, Bu Dinda pulang ya, biar Bu Dinda naik taksi saja!" pamit Dinda.
Dia lalu melangkah ke arah pintu depan yang memang sudah terbuka lebar itu.
Dalam hati dia menyesal, tidak pulang dari tadi, kalau tau Papanya Chika begitu acuh dan cuek, lebih baik Dinda pulang saja.
"Bu Dinda!" Panggil Chika.
Dinda menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Chika, sementara Dio terlihat sedang mengeringkan rambutnya yang basah.
"Aku ikut Bu Dinda pulang ke kosan Bu Dinda saja, Kalau Papa tidak mau mengantar Bu Dinda pulang!" ucap Chika.
Dio yang berada tidak jauh dari situ, nampak membulatkan matanya mendengar ucapan Putri semata wayangnya itu.
"Eh Chika! Apaan sih kamu! Sejak kapan kau mengatur Papa seperti itu?!" tanya Dio.
"Habisnya Papa jahat sih, masa hujan besar begitu tidak mau mengantar seorang wanita cantik pulang ketempat kosannya?!" teriak Chika.
Dinda terkejut melihat Chika yang mulai merajuk dan berteriak pada Papanya, dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa untuk menetralkan suasana itu.
"Oke oke! Papa akan antar gurumu itu pulang! Tapi ini adalah untuk yang pertama dan terakhir!" sahut Dio, sambil melangkah berjalan keluar, kembali ke garasi mobilnya, kemudian dia langsung masuk dan mulai menyalakan mesin mobilnya itu.
"Bu Dinda, ini ada semprotan cuka, kalau Papa berani macam-macam sama Bu Dinda, semprot saja matanya pakai ini!" kata Chika sambil menyodorkan sebotol kecil semprotan, bentuknya mirip seperti botol parfum.
"Chika Kok begitu sama papa?! tidak boleh ya!" ujar Dinda sambil mengacungkan telunjuknya.
"Bu Dinda tidak tahu sih, kalau Papaku itu galak pakai banget, apalagi sama perempuan!" Bisik Chika.
Tin .. Tin ... Tin
terdengar suara klakson yang dibunyikan dengan keras dari mobil Dio, Sepertinya dia tidak sabar menunggu Dinda masuk ke dalam mobilnya.
Dengan terburu-buru Dinda kemudian langsung masuk ke dalam mobil itu, dia langsung duduk di bangku depan.
"Ehm, Maaf bu guru, sebaiknya ibu duduk saja di belakang, saya akan merasa lebih nyaman, daripada ibu duduk di samping saya, tidak masalah orang menganggap kalau saya supir!" Kata Dio.
"Oh, maaf Pak!" dengan cepat Dinda lagu turun dan kemudian naik ke jok bagian tengah, dalam hati dia sangat kesal dan dongkol, karena ada orang yang seperti itu sikapnya, sangat tidak ramah dan dingin.
Dio kemudian melajukan mobilnya keluar dari rumah besarnya itu, sepanjang perjalanan mereka saling diam, tanpa ada pembicaraan sama sekali.
Sebenarnya dalam hati, Dinda merasa sangat risih dan canggung, belum pernah dia didiamkan seperti ini oleh seseorang, apalagi dia adalah seorang Papa dari muridnya, yang seharusnya menghormati dia sebagai guru anaknya.
"Hmm, Pak Dio, anda tahu tidak kalau orang tua murid banyak yang demo meminta Chika agar di keluarkan dari sekolah?!" tanya Dinda memulai pembicaraan.
"Saya sudah tau, biarkan saja mereka demo, kalaupun Chika di keluarkan, biarkan saja, saya bisa membayar guru untuk homeschooling Chika!" sahut Dio.
Matanya tetap menatap lurus ke arah jalanan yang masih tersiram air hujan.
Dinda mengigit bibirnya, rasanya ingin sekali menjitak kepala orang yang ada di depannya ini, kalau bukan dia orang tua murid.
"Ini sudah mau dekat dengan sekolah, katakan di mana Bu Dinda akan turun!" kata Dio tiba-tiba.
"Saya turun di depan sekolah saja Pak, biar nanti saya jalan ke kosan saya!" jawab Dinda.
"Jangan! nanti Chika akan marah kalau saya tidak mengantar Anda sampai di tempat tujuan!" ujar Dio.
"Chika tidak akan tau!" cetus Dinda.
"Tapi dia pasti akan terus bertanya detail, anak itu bahkan sangat mirip seperti polisi!" sahut Dio.
"Oke, nanti di samping sekolah ada jalanan, masuk dan sedikit memutar sampai belakang sekolah, lalu ada rumah kos kosan yang besar, saya tinggal di rumah kosan itu!" jelas Dinda.
"Oke!" sahut Dio singkat.
"Maaf Pak Dio, sebenarnya tadi saya hanya mengantar Chika pulang, kasihan dia kalau harus naik taksi sendirian, tapi Chika malah meminta saya untuk menemaninya!" jelas Dinda, supaya Dio tau cerita yang sebenarnya.
"Bukan karena kau kepo dengan Papanya Chika yang di kenal sangat tampan?" Dio menyipitkan matanya dan sedikit melirik ke arah Dinda.
"Dih, ge er banget!" gumam Dinda.
"Bukan cuma sekali dua kali guru wanita yang modus mengantar Chika pulang, kau ini guru baru ya?" tanya Dio.
"Yah, baru beberapa bulan terakhir mengajar SD!" sahut Dinda.
Hujan mulai berhenti, hanya menyisakan gerimis yang masih berjatuhan.
Mobil yang di kendarai Dio mulai masuk ke dalam jalanan samping sekolah, rumah kosan Dinda juga sudah kelihatan.
Namun betapa terkejutnya Dinda saat melihat ada mobil yang terparkir di depan rumah kosannya itu, dan dia sangat mengenal siapa pemilik mobil itu.
"Hah? Ken? Itu mobil Ken? Untuk apa lagi dia datang ke sini?" gumam Dinda.
"Kau ini kenapa Bu? Aku tidak bisa mengantarmu sampai depan rumah kos, kau lihat sendiri ada mobil yang terparkir di sana, jalannya sempit, jadi tidak bisa dua mobil!" ujar Dio yang mulai menghentikan laju kendaraannya itu.
Di depan teras rumah kosan itu, duduk seorang laki-laki yang sudah sangat Dinda kenal sebelumnya, dia adalah Ken, laki-laki yang telah membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.
Tiba-tiba wajah Dinda berubah pucat, dia belum siap dan sangat tidak ingin bertemu dengan Ken untuk saat ini, luka itu masih basah dan belum kering.
"Hai Bu Dinda, kenapa kau tidak turun turun dari mobilku?!" seru Dio mengejutkan Dinda.
"Maaf Pak Dio, bisakah Bapak mundur dan pergi dari tempat ini sekarang juga? aku akan ikut bapak sampai ke Jalan depan sana, setelah itu baru aku akan turun dari mobil bapak!" ucap Dinda.
Dio mengerutkan keningnya, kemudian sekilas melirik kearah mobil di depan rumah kosan itu, juga laki-laki yang duduk di depan rumah itu, setelah itu dia menoleh kearah Dinda.
"Apakah kau ingin pergi karena laki-laki itu? Siapa dia? Apakah dia pacarmu?!" tanya Dio sambil menatap tajam wajah Dinda yang kini terlihat pucat.
Bersambung....
****
Mari dukung dan ramaikan guys ...