Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 6 - Kamu Manis
Acara syuting ala kadarnya itu berakhir ketika waktu sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam.
Semua orang bersiap-siap untuk pulang. Hampir semua temenku mengendarai mobil, ada beberapa yang mengendarai motor. Hanya Aku saja yang mengendarai sepeda kayuh.
Aku juga bersiap-siap untuk pulang. Bila melihat waktu, mungkin baru setengah sebelas Aku tiba di rumah. Aku mulai mengayuh sepedaku. Satu kayuh, dua kayuh dan seterusnya.
TIN... TIN... TIN...
Tiba-tiba ada bunyi klakson mobil. Aku yang terkejut segera meminggirkan sepeda dan menoleh.
"Khansa, ayo naik." Aku melihat Alex dan Diana di dalam mobil. Alex menurunkan kaca mobil dan berbicara denganku.
Aku masih terdiam. Bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba Alex memarkir mobilnya di pinggir jalan dan keluar dari sana. Dia berjalan ke arahku.
"Ayo naik. Aku akan mengantarmu. Sepedamu titipkan di parkiran saja. Aku akan menyuruh orang untuk mengambilnya."
"Eh... Ng-nggak usah... Aku bisa pulang sendiri..."
"Ini sudah malam. Jam berapa Kamu akan tiba dirumah kalau mengayuh seperti ini? Ayo naik."
"Be-bener deh... Nggak usah..."
"Sudahlah Ay... Ngapain sih dipaksa. Kalau dia mau pulang sendiri, ya biarin aja sih. Ayo masuk. Cepet anterin Aku pulang. Aku udah ngantuk." Diana menurunkan kaca mobil dan berbicara pada Alex. Wajah Diana tampak tidak suka dan terganggu.
"I-iya... Bener kata Mbak Diana. Ka-kalau begitu Aku pulang dulu." Aku segera naik ke atas sepedaku, dan bersiap-siap untuk mengayuh.
Namun ternyata Alex memegang bagian belakang sepedaku, sehingga Aku tidak bisa berbuat apa-apa.
"Turun. Masuk ke mobil." Suara Alex terdengar dalam. Aku melihat ekspresinya. Sepertinya Alex tidak ingin dibantah saat ini.
Aku begitu bingung. Harus menuruti kata-kata dia atau tidak. Aku melihat ke dalam mobil. Ekspresi Diana tampak kesal.
"Jangan membuatku memaksamu. Masuk ke mobil." Suara Alex mengandung magnet yang ampuh membuatku menurutinya.
Alex menggiringku ke dalam mobilnya dan membukakan pintu. Setelah memastikan Aku sudah masuk di dalam mobilnya, dia kembali ke sepedaku dan menuntunnya ke area parkiran foodcourt. Dia berbicara sejenak dengan keamanan di sana. Setelah dipastikan aman, dia kembali ke mobil.
"Kamu tidak perlu sampai kayak gini deh Ay. Kalau dia mau pulang sendiri, biarin aja sih."
"Dia cewek. Dia temanku. Aku ketua kelompok ini. Aku bertanggung jawab pada semua anggota kelompokku." Alex duduk di balik kemudi dan mulai melajukan kendaraan. Aku hanya memperhatikan aksi debat mereka dari kursi belakang. Mereka membicarakanku seolah-olah Aku tidak ada di sana.
"Aku akan mengantarmu lebih dulu, setelah itu baru mengantar Khansa."
"Kamu jangan terlalu baik Ay. Sikapmu yang seperti ini akan bikin cewek kege'eran loh."
"Khansa tidak seperti itu. Iya kan Khans?" Alex menatapku melalui kaca spion. Aku hanya bisa menelan ludah ditatap mata tajam itu. Aku mengangguk-anggukan kepalaku sebagai jawaban.
"Terserahlah. Jangan terlalu baik sama cewek lain Ay. Aku bisa cemburu lho." Diana mencubit lengan Alex dengan main-main. Tatapannya terlihat sangat manja. Alex menatapnya dan tersenyum kecil. Dengan satu tangan dia mengambil tangan Diana dan meletakkannya di dadanya.
"Kamu pemilik hati ini. Jadi jangan berpikiran bodoh untuk cemburu pada hal-hal kecil." Suara Alex tampak sungguh-sungguh dan dalam. Siapa saja wanita yang mendengar suaranya pasti akan langsung jatuh cinta. Bila kata-kata itu ditujukan untuknya. Sedangkan Aku? Aku benar-benar mual mendengar kata-kata itu. Bukan karena merasa kata-kata Alex itu sangat klasik dan penuh dengan bualan, tapi kata-kata itu menekankan bahwa memang tidak ada celah di hati Alex untuk wanita lain. Hati Alex hanya untuk Diana. Titik.
Hatiku sangat sakit. Aku ingin segera keluar dari mobil itu dan meninggalkan mereka berdua. Aku tidak sanggup melihatnya.
Aku tahu Alex begitu baik padaku karena memang dia memiliki sifat yang baik. Dia akan baik pada semua orang. Bila ada orang bodoh (Aku) yang ge'er terhadap segala sikapnya, itu bukan salah Alex tapi salah orang itu (Aku).
Aku menghela napas dalam-dalam. Kutatap jalan yang mulai sepi. Aku berusaha mengacuhkan sepasang kekasih yang sedang di mabuk kasih itu. Menekan hatiku dalam-dalam agar tidak sakit hati. Menahan airmataku agar tidak terjatuh. Ini benar-benar memalukan. Bagaimana mungkin seorang pungguk seperti diriku merindukan seorang bulan? Hal yang tidak mungkin bukan?! Sungguh hal yang sia-sia.
Tanpa Aku sadari tiba-tiba mobil sudah memasuki kawasan perumahan elit di kotaku. Kemudian Alex menghentikan kendaraan di salah satu rumah besar bercat coklat.
Alex turun dari mobil. Dia berjalan mengitari mobil dan membuka pintu di samping Diana. Meskipun mataku tidak ingin melihat mereka, namun tetap saja mata ini mengekori Alex.
Mereka berdua tampak berpegangan tangan. Diana memeluk Alex dan Alex membalas pelukannya. Kemudian Alex berbicara, sepertinya menyuruh Diana untuk segera masuk ke dalam rumah.
Diana tampak keberatan. Tanpa diduga Diana mencium Alex terlebih dulu. Alex segera menjauhkan tubuhnya dan melihat ke dalam mobil. Sepertinya Alex khawatir adegan itu dilihat olehku. Aku mengalihkan perhatianku pada arah lain.
Dan mereka melanjutkan berciuman. Tubuhku bergetar. Berusaha menahan segala sakit hati. Aku menekankan diriku sendiri. Aku bukan siapa-siapa. Aku bukan siapa-siapa. Aku tidak berhak untuk sakit hati. Aku menutup mataku rapat-rapat. Berusaha menghilangkan bayangan mereka berciuman di kepalaku. Namun bayangan itu tetap terngiang-ngiang.
CEKLEK
Tiba-tiba saja Alex sudah kembali berada di kemudi. Wajahnya nampak tak terbaca.
"Khans, pindah ke depan ya." Ucapnya.
"Eh??"
"Kalau Kamu dibelakang seperti itu, Aku benar-benar terlihat seperti supir taksi lho." Senyum kecil tersungging di bibirnya.
"Eh, oh i-iya..." Aku dengan canggung pindah ke kursi di sebelahnya, bekas kursi yang diduduki oleh Princess Diana.
"Maaf ya, Kamu jadi melihat adegan seperti itu." Wajah Alex tampak memerah.
"Eh ya... Ng-nggak apa-apa. Su-sudah biasa..."
"Kamu sudah biasa melihat adegan seperti itu?"
"Ehmm ya..." Meskipun tidak sering, tapi Aku memang beberapa kali pernah melihat teman-teman yang lain berciuman di sekolah. Melihat mereka seperti itu tidak membawa pengaruh apa-apa untuknya, tapi melihat Alex yang melakukannya seolah-olah Aku ingin menenggelamkan diriku di pusaran air yang dalam. Aku ingin melupakan adegan itu.
"Kamu sudah punya pacar Khans?" Aku menggeleng dengan cepat. "Kenapa belum punya? Untuk anak SMA seperti Kita bukannya sudah wajar berpacaran ya?"
"Tidak ada yang mau." Aku menjawab asal-asalan. Jawabanku sepertinya membuat Alex terkejut. Dia menatapku agak lama dan kemudian tertawa.
"Kamu lucu juga ya." Katanya masih dengan tertawa geli. "Kok bisa bilang nggak ada yang mau sih, ada-ada saja Kamu ini..."
"Memang tidak ada yang mau kok..."
"Kok bisa?" Alex bertanya dengan bodoh. Sepertinya otak pintarnya mulai tidak berfungsi. Kok bisa katanya?! Bisa banget lah. Bagian dirinya yang mana yang akan membuat laki-laki tertarik? Sungguh pertanyaan bodoh.
"Entah Kamu mengejekku atau apa..."
"Hei, kenapa Kamu berpikir Aku mengejekmu? Aku benar-benar serius bertanya, kok bisa tidak ada yang mau? Kamu kan manis." Alex berbicara seolah-olah tanpa beban. Tatapannya lurus kedepan, melihat jalanan. Dia tidak tahu pengaruh perkataannya pada jantung dan hati anak gadis orang?!
Jantungku berdegup kencang. Sungguh sangat bodoh. Padahal kata-kata itu keluar dari pria yang baru saja mengecup bibir pacarnya, tapi entah mengapa kata-kata itu masih berpengaruh besar terhadapku.
"Ja-jangan berkata bohong..."
***
Happy Reading 🥰
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/