Viki Ricardo, anak angkat Davin Ricardo yang menikah dengan Sakira Amanda. Perjalanan hidup yang cukup rumit hingga memiliki anak bernama Arsila Putri Ricardo.
Setelah hidup bahagia, ternyata di saat Viki tumbuh besar, ia menyadari jika hidupnya di tugaskan untuk melindungi sang adik, yaitu Arsila putri Ricardo, wanita yang sangat ia cintai dan sayangi.
Sejak kecil sudah bersama dan saling menyayangi Arsi merasa menjadi orang paling bahagia, hingga suatu saat Viki berubah dan mulai menjauhinya dan terlihat membencinya.
Apakah mereka akan bersatu?? bagaimana kisahnya, silakan ikutan dari episode pertama yah😘😘. Jangan lupa baca kisah Davin dan Sakira dulu. Because Baby
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06 Tugas?
"Pagi ma.. Pa.. " Sapa Viki tersenyum, lalu duduk di kursinya. Di edarkan pandangannya ke sekeliling ruang makan, ia tidak melihat Arsi di sana.
"Pagi juga sayang" balas Mama Sakira.
"Arsi belum bangun? " tanya Viki.
"Seperti yang kamu tahu" jawab papa Davin setelah menyeruput kopinya. Viki menghala nafas nya, baru saja kemarin ia memberikan pelajaran untuk adiknya, malah hari ini bangun terlambat. Apalagi pagi ini adalah jam kuliah Viki.
"Mau kemana? " tanya mama Sakira bingung melihat Viki kembali berdiri dari duduknya.
"Mau bangunin gadis nakal itu" jawab Viki mengedipkan matanya dengan seringaian yang mama Sakira paham apa artinya.
"Baiklah, tapi jangan buat dia kelas lagi" ucap Sakira membuat Viki mengangguk kecil. Lalu Viki bergegas menuju kamar adik nya yang terletak di sebelah kamar nya.
Tiba di depan kamar Arsi, Viki langsung membuka pintu secara perlahan agar Arsi tidak terbangun.
Mata Viki melotot melihat gadis cantik yang berstatus sebagai adiknya itu tengah bergelung di dalam selimut nya.
Viki melangkah cepat mendekati ranjang Arsi yang penghuni nya masih tidak sadar akan kehadiran nya.
"Cantik juga" gumam Viki menatap wajah polos Arsi, ia sudah jongkok di samping ranjang Arsi.
Viki berpikir sejenak, apa yang harus ia lakukan agar adiknya terbangun.
"Engggg.... Viki sialan!! awas lo!! " teriak Arsi dalam tidurnya sembari melayangkan tangannya kesamping sehingga mengenai Viki.
Mendengar ucapan Arsi membuat Viki melotot, sebegitu kesalnya Arsi padanya? dalam mimpi pun Arsi masih mengatainya.
Viki menepis lengan Arsi yang masih berada di lehernya, kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga Arsi, sebuah rencana terlintas di benaknya.
"KEBAKARAN!!!!!!! " teriak Viki kuat di telinga Arsi, membuat Arsi mau tak mau membuka mata dan langsung secara spontan bangun dan berlari keluar.
"Kebakaran, kebakaran, kebakaran.. " teriak Arsi terus berlari dan menuruni tangga dengan cepat.
"Ahahahahah!... " tawa Viki menggelegar, reaksi Arsi sesuai ekspetasi nya.
"Sayang kamu kenapa? " tanya mama Sakira menatap Arsi ngosngosan.
"Ma.. kebakaran, ayo lari" ucap Arsi menarik tangan mamanya. Davin malah terkekeh mendengar ucapan putrinya, membuat Arsi menghentikan aksi nya menarik tangan mama. Ia membuka lebar, matanya dan tersadar, tidak ada kebakaran di rumah.
"Sial" umpat Arsi kesal.
"Kamu di kerjai kakak kamu lagi? " tanya mama Sakira menggeleng sembari tersenyum. Viki selalu saja membuat ulah pada adiknya.
"Siapa suruh bangun terlambat" jawab Viki yang baru saja turun dari kamar Arsi.
"Ihhhh nyebelin!! " teriak Arsi menghampiri Viki dengan kesal.
"Apa?? mau marah?? ingat yah, pagi ini loe ada mata kuliah sama gue" jawab Viki dingin, membuat Arsi menghentikan langkahnya tepat di depan Viki.
Viki tersenyum miring menatap Arsi yang juga menatapnya, tak melakukan apapun, Arsi hanya menatap tajam pada sang kakak.
"Au ah!!! " ucap Arsi kesal, lalu berlalu dari hadapan Viki.
"Kamu ini yh, gak bosan bosannya jailin adek kamu" ucap mama Sakira yang dijawab Viki dengan mengangkat bahunya.
"Hati-hati loe nanti adek kamu bisa ngamuk beneran" sambung papa Davin.
Viki malah menantikan hal itu, Arsi selalu saja menahan emosinya dan memilih pergi ketika Viki membuatnya kesal. Tentu saja hal itu membuat Viki penasaran.
...***...
Arsi tiba dikelasnya sedikit terlambat, semua teman temannya sudah duduk di bangku masing masing. Untung Viki belum datang, sehingga Arsi tidak mendapat masalah lagi.
"Sehari doang taubatnya? " bisa Egi pada Arsi, membuat Arsi langsung melayangkan buku tebalnya pada Egi yang duduk di belakangnya.
"Aw sakit ar,,, " rengek Egi mengusap bahunya.
"Rasain" ledek Meri dan Bayu kompak. Sementara Arsi hanya diam menatap Egi tajam, suasana hatinya masih sangat buruk sekarang.
"Pagi semuanya, silakan kumpulkan tugas kalian" ucap Viki sembari meletakkan tasnya di atas meja.
"Tugas??? " teriak Arsi kaget, ia tak tahu soal ini. Sejak kapan Viki memberi mereka tugas.
"Loe gak tahu? " bisik Meri yang di jawab gelengan kepala oleh Arsi.
"Kapan dia ngasih tugas? " tanya Arsi juga berbisik.
"Kemarin" Jawab Bayu. Membuat Arsi semakin melotot, mengapa ia malah tidak tahu, padahal kemarin Arsi masuk jam kuliah Viki.
"Apa ada masalah nona Arsi? " tanya Viki yang kini berjalan pelan mendekat pada meja Arsi.
"Kapan bapak ngasih kami tugas ya? " tanya Arsi kikuk, ia benar-benar tidak tahu soal ini.
Viki tersenyum miring melihat Arsi bertingkah malu malu sekarang.
"Apa di antara kalian semua ada yang tidak tahu kapan saya ngasih tugas? " tanya Viki yang langsung di jawab oleh mahasiswa lain.
"Tidak! " jawab mereka serempak, membuat Arsi melotot tak percaya.
"Hanya kamu yang tidak tahu" ucap Viki tersenyum sinis.
"Tapi kemarin loe ada Ar" ucap salah satu mahasiswi.
"Silakan keluar, dan temui saya nanti di ruangan saya" ucap Viki dingin, lalu kembali berjalan ke mejanya.
Arsi mendengus kesal, lalu meraih tasnya dan melangkah keluar dari ruang kelas.
"Kenapa gue gak tahu sih! " omel Arsi geram, uang merasa benar-benar tidak tahu kapan Viki memberi mereka tugas.
Pelajaran kembali di lanjutkan, semua perhatian mahasiswa kembali pada Viki. Mereka belajar dengan serius, termasuk teman teman Arsi. Sebenarnya mereka tak enak hati melihat Arsi keluar sendiri, tapi mau bagaimana lagi, mereka juga tak ingin menambah masalah jika mereka keluar juga.
Selesai mata kuliah Viki, Arsi bergegas menuju ruangan Viki.
"Apa coba salah gue, sampai berurusan sama dia" gerutu Arsi kesal memasuki ruangan dosen yang terlihat depi. Di liriknya setiap meja dosen untuk mencari tag nama Viki.
"Dimana sih! " dengus Arsi kesal, sudah ruangan ke Lima ia masuki.
"Arsila" panggil seseorang.
Arsi langsung menoleh ketika namanya di ucapkan oleh seseorang.
"Ada apa bu? " tanya Arsi santai.
"Apa yang sedang kamu lakukan di ruang dosen? " tanya Ninda, salah satu dosen di kampus ini.
"Saya mau cari ruangan Viki.. eh pak Viki" jawab Arsi salah menyebut Viki lalu cepat cepat memperbaikinya.
"Ruangannya bukan di sini, tetapi samping ruangan Dekan" jawab bu Ninda sinis, membuat Arsi bergidik ngeri. Entah apa salahnya, tiba-tiba bu Ninda sinis padanya.
Arsi tak ambil pusing ia melanjutkan niatnya menuju ruangan Viki yang ternyata terletak di samping ruangan dekan. Arsi bergegas sebelum Viki kembali membuat nya kesal, meski ia sudah sangat malas untuk bertemu kakaknya itu.
"Wahh... pak Viki ganteng banget yah"
"Gue gak nyangka dosen baru itu seganteng dan sebaik itu"
"Idaman banget"
Arsi memutar matanya bosan mendengar pujian pujian mahasiswi untuk kakaknya. Viki memang tampan, tapi sikap dingin dan jutek kakaknya membuat nilai nilai itu hilang film mata Arsi.
"Gak tahu ajah kalian gimana dia" cibir Arsi kembali melanjutkan langkahnya yang spat ia perlambat untuk mendengar ocehan mereka.
Jangan lupa Vote, like, kasih komen yang buat aku menjadi lebih baik lagi yah😘😘😘
Tapi Viki gak tau kan kalo ortu mereka menjodohkan mereka berdua..😅😅