NovelToon NovelToon
ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ia ditemukan di tengah hujan, hampir mati, dan seharusnya hanya menjadi satu keputusan singkat dalam hidup seorang pria berkuasa.

Namun Wang Hao Yu tidak pernah benar-benar melepaskan Yun Qi.

Diadopsi secara diam-diam, dibesarkan dalam kemewahan yang dingin, Yun Qi tumbuh dengan satu keyakinan: pria itu hanyalah pelindungnya. Kakaknya. Penyelamatnya.
Sampai ia dewasa… dan tatapan itu berubah.

Kebebasan yang Yun Qi rasakan di dunia luar ternyata selalu berada dalam jangkauan pengawasan. Setiap langkahnya tercatat. Setiap pilihannya diamati. Dan ketika ia mulai jatuh cinta pada orang lain, sesuatu dalam diri Hao Yu perlahan retak.

Ini bukan kisah cinta yang bersih.
Ini tentang perlindungan yang terlalu dalam, perhatian yang berubah menjadi obsesi, dan perasaan terlarang yang tumbuh tanpa izin.

Karena bagi Hao Yu, Yun Qi bukan hanya masa lalu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Apartemen itu terlalu sunyi. Bukan sunyi yang menenangkan, melainkan sunyi yang membuat Yun Qi merasa suaranya sendiri akan terdengar terlalu keras jika ia bernapas sedikit lebih dalam. Sejak pagi, ia duduk di tepi ranjang besar dengan seprai putih rapi, tangannya bertumpu di pangkuan, punggungnya lurus tanpa sadar seperti anak yang takut dimarahi meski tidak melakukan apa pun.

Kamar itu besar. Terlalu besar. Langit-langitnya tinggi, jendela kaca membentang dari lantai ke atas, memperlihatkan kota yang bergerak jauh di bawah sana. Mobil tampak seperti titik-titik kecil. Orang-orang seperti bayangan. Yun Qi menelan ludah, lalu perlahan menurunkan kakinya dari ranjang.

Ujung kakinya menyentuh lantai kayu yang dingin. Ia refleks menarik kaki kembali. Beberapa detik kemudian, ia mencoba lagi, kali ini lebih pelan. Lantai itu bersih, mengilap, dan terasa asing. Bukan seperti ubin rumah lamanya yang selalu dingin karena bocor, atau lantai semen yang kasar. Ini… halus. Terlalu halus sampai Yun Qi merasa ia akan mengotori semuanya hanya dengan berdiri di atasnya.

Ia menatap sepatunya yang sudah dilepas rapi di dekat pintu kamar. Sepatu itu masih sepatu lama. Ada bekas lecet di bagian samping. Yun Qi ragu sejenak, lalu berjalan pelan menuju lemari pakaian.

Lemari itu lebih besar dari kamar tidurnya dulu. Ketika pintunya dibuka, deretan pakaian baru tergantung rapi jaket, kaus, kemeja, semuanya dengan warna-warna netral. Tidak mencolok. Tidak berisik. Yun Qi menyentuh ujung kainnya dengan dua jari, sangat hati-hati, seolah takut kain itu akan robek hanya karena sentuhan. “Ini… semua buat aku?” Suaranya kecil. Hampir tidak terdengar. Tidak ada yang menjawab. Ia menutup lemari lagi.

Di luar kamar, apartemen itu terasa seperti labirin. Ruang tamu luas dengan sofa abu-abu, meja marmer, dan televisi besar yang mati. Dapur bersih, terlalu bersih tidak ada bau masakan, tidak ada piring kotor. Semuanya tampak seperti belum pernah dipakai. Yun Qi berhenti di tengah ruang tamu.

Tangannya saling menggenggam. Bahunya sedikit terangkat, tanda tubuhnya tegang. Ia memutar badan pelan, memperhatikan sekeliling, lalu akhirnya duduk di ujung sofa. Duduknya pun ragu-ragu, hanya separuh, punggungnya tidak bersandar penuh. Ia menatap lantai.

Di rumah lamanya, suara selalu ada. Entah itu pertengkaran, televisi yang terlalu keras, atau suara orang lewat. Di sini, tidak ada apa-apa. Bahkan jam dinding pun tidak berdetak. Beberapa menit berlalu.

Yun Qi mulai menggeser duduknya, kemudian berdiri lagi. Ia berjalan ke jendela besar dan menempelkan telapak tangannya ke kaca. Dingin. Kota di bawah sana tetap bergerak, tidak peduli ada seorang anak kecil berdiri sendirian di lantai tinggi sebuah gedung mewah. “Ge…” gumamnya pelan, meski ia sendiri belum berani memanggil begitu secara langsung.

Nama Wang Hao Yu terlintas di kepalanya, bersama wajah pria itu yang selalu tenang, dingin, dan sulit ditebak. Pria itu jarang bicara. Ketika bicara, suaranya datar. Tidak pernah membentak, tapi juga tidak pernah menghibur. Yun Qi tidak tahu harus merasa apa. Ia tahu satu hal: ia tidak diusir lagi.

Pintu apartemen terbuka dengan bunyi pelan. Yun Qi refleks menoleh. Tubuhnya menegang seketika, seperti kucing kecil yang mendengar langkah asing. Wang Hao Yu masuk, jas hitam masih rapi, rambutnya sedikit basah mungkin hujan di luar belum benar-benar berhenti. Ia melepas sepatu, lalu menatap Yun Qi.

Tatapan itu singkat, tapi cukup untuk membuat Yun Qi langsung menunduk. “Saya… sudah bangun,” ucap Yun Qi cepat, bahasanya formal, tangannya kembali saling menggenggam di depan perut. Wang Hao Yu mengangguk. “sudah makan?” Yun Qi menggeleng pelan. “Belum, saya tidak tahu… harus di mana.”

Jawabannya jujur, tanpa nada mengeluh. Wang Hao Yu berhenti sejenak, lalu berjalan ke dapur. Beberapa menit kemudian, ia keluar membawa semangkuk sup hangat dan roti.

“Duduk,” katanya singkat. Yun Qi segera duduk di kursi makan, punggungnya tegak. Ia menerima mangkuk itu dengan dua tangan. Uap hangat naik, membawa aroma sederhana yang membuat perutnya berkontraksi pelan. “Terima kasih,” katanya lirih.

Ia makan perlahan. Sangat perlahan. Setiap sendokan kecil, seolah ia takut makanan itu akan habis terlalu cepat. Wang Hao Yu tidak duduk bersamanya. Ia berdiri menyandar di meja dapur, memperhatikan tanpa terlihat benar-benar menatap. Setelah beberapa suapan, Yun Qi berhenti.

“Kenapa berhenti?” tanya Wang Hao Yu. “Sudah… cukup,” jawabnya, meski perutnya belum benar-benar kenyang. Wang Hao Yu menatap mangkuk itu, lalu kembali ke wajah Yun Qi. “Habiskan.”

Nada suaranya tidak keras. Tidak marah. Tapi ada sesuatu di sana yang membuat Yun Qi menurut tanpa bertanya. Ia kembali makan, kali ini sampai mangkuk itu kosong. Setelah itu, Wang Hao Yu mengambil mangkuknya, meletakkannya di wastafel, lalu berkata, “Kamar kamu di ujung kiri. Kalau perlu apa-apa, bilang.”

“Baik,” jawab Yun Qi. Ia ragu sejenak, lalu menambahkan, “Terima kasih… sudah membawa saya ke sini.” Wang Hao Yu berhenti melangkah. Ia menoleh sedikit. “Tinggal saja dengan tenang.” Itu saja.

Malam datang tanpa terasa. Yun Qi berbaring di ranjang besar itu, tubuhnya kecil di tengah seprai putih. Lampu kamar diredupkan, tapi ia masih terjaga. Matanya terbuka, menatap langit-langit. Apartemen ini aman. Itu yang pikirannya katakan. Tapi aman tidak selalu berarti nyaman.

Ia menarik selimut sampai ke dada, memeluk bantal kecil. Di rumah lama, ia terbiasa tidur dengan suara. Di sini, ia harus belajar tidur dengan keheningan. Air matanya mengalir pelan, tanpa suara. Ia tidak tahu apakah ia rindu rumah lama atau hanya rindu merasa tidak sendirian.

Di kamar lain, Wang Hao Yu berdiri di depan jendela, menatap kota yang sama. Ponselnya bergetar. Pesan singkat masuk, laporan singkat tentang anak itu dari berat badan, kondisi kesehatan, riwayat singkat. Ia membaca semuanya. Lalu menutup layar. “Beradaptasilah,” gumamnya pelan, entah ditujukan pada Yun Qi atau pada dirinya sendiri.

Di balik dinding tebal apartemen mewah itu, dua orang hidup berdampingan satu terlalu kecil untuk dunia sebesar ini, satu terlalu terbiasa mengendalikan segalanya. Dan malam pertama itu menjadi awal dari tahun-tahun sunyi yang perlahan membentuk mereka berdua.

1
@fjr_nfs
tinggalkan like dan Komen kalian ☺❤️‍🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!