Kabur dari perjodohan toksik, Nokiami terdampar di apartemen dengan kaki terkilir. Satu-satunya harapannya adalah kurir makanan, Reygan yang ternyata lebih menyebalkan dari tunangannya.
Sebuah ulasan bintang satu memicu perang di ambang pintu, tapi saat masa lalu Nokiami mulai mengejarnya, kurir yang ia benci menjadi satu-satunya orang yang bisa ia percaya.
Mampukah mereka mengantar hati satu sama lain melewati badai, ataukah hubungan mereka akan batal di tengah jalan?
Yuk simak kisahnya dalam novel berjudul "Paket Cinta" ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imamah Nur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Perang Belum Usai
Mendengar ucapan Reygan, pipi Nokia terasa panas.
“Ulasan itu seratus persen akurat. Anda memang pantas mendapatkannya.”
“Oh, ya?” Reygan mengangkat sebelah alisnya. “Menurut saya, yang pantas dapat ulasan bintang satu itu pelanggan yang egois. Pelanggan yang merasa dunianya paling penting, yang merasa aturan tidak berlaku untuknya hanya karena dia punya sedikit masalah.”
“Sedikit masalah?” ulang Nokiami, suaranya meninggi. Amarah yang susah payah ia tekan kini mulai meluap. “Saya tidak bisa berjalan! Saya terperangkap di sini! Apa itu terdengar seperti masalah sepele bagi Anda?”
“Semua orang punya masalah, Mbak Nokia,” sahut Reygan, nadanya masih dingin, tetapi terkendali, berbanding terbalik dengan emosi Nokia yang mulai meledak.
“Ada yang harus kerja dua puluh jam sehari buat bayar utang. Ada yang harus merawat orang tua sakit sambil kuliah. Ada juga yang harus menelan hinaan dari pelanggan manja cuma karena menjalankan prosedur. Masalah Mbak tidak membuat Mbak jadi spesial.”
Setiap kata yang terlontar dari mulut Reygan terasa seperti tamparan. Nokiami terdiam, napasnya terengah. Pria ini di matanya tidak hanya menyebalkan tapi juga serasa menghakimi.
“Anda tidak tahu apa-apa tentang saya,” desis Nokia.
“Saya cukup tahu,” balas Reygan.
“Saya tahu Mbak pesan makanan mahal kemarin, dan hari ini pesan lagi. Saya tahu Mbak tinggal di apartemen yang sewanya mungkin lebih besar dari penghasilan saya sebulan. Jadi, maaf kalau saya tidak bisa menangis tersedu-sedu melihat penderitaan Mbak yang harus menggeser badan beberapa senti untuk ambil makanan.”
“Ini bukan soal uang!” pekik Nokiami, frustrasi. “Ini soal kemanusiaan! Sesuatu yang jelas tidak Anda miliki!”
“Kemanusiaan itu dua arah. Mbak mau dibantu, tapi Mbak juga harus paham posisi orang lain. Saya ini kerja, bukan relawan panti sosial,” kata Reygan tajam. Ia akhirnya menyodorkan kantong plastik berisi bubur itu. “Ini. Pesanan Mbak.”
Tangan Nokiami gemetar saat meraih kantong itu. Pertarungan mulut ini membuatnya lelah, lebih lelah daripada merangkak kemarin. Ia merasa kalah, meskipun ia tidak tahu persis dalam hal apa.
“Sudah?” tanya Nokiami ketus, ingin segera mengakhiri interaksi yang semakin membuat darahnya mendidih.
“Belum,” jawab Reygan. Dengan gerakan cepat, ia merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan secarik kertas struk yang terlipat. Ia menyelipkannya ke tangan Nokiami bersamaan dengan kantong plastik itu. “Ini, bonus dari saya. Catatan kecil, biar kita sama-sama belajar.”
Nokiami menatap kertas di tangannya dengan curiga, alisnya mengkerut lalu kembali menatap wajah Reygan yang tanpa ekspresi. “Apa ini?”
“Anggap saja umpan balik,” kata Reygan. Senyum miring yang penuh kemenangan terbit di bibirnya. “Biar adil.”
Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan melangkah pergi dengan santai menuju lift, meninggalkan Nokiami yang termangu di ambang pintu. Suara langkah sepatunya menggema di koridor yang sepi.
Nokiami membanting pintu dengan sisa tenaganya. Jantungnya berdebar liar. Ada campuran antara amarah dan rasa penasaran yang aneh. Ia bersandar di pintu, napasnya memburu. Aroma gurih bubur ayam menguar dari kantong plastik, tetapi ia mengabaikannya. Matanya terpaku pada kertas struk yang tergenggam di tangannya.
Dengan jari yang sedikit gemetar, ia membuka lipatan kertas itu. Di baliknya, tercetak tulisan tangan yang rapi, tajam, dan miring. Setiap hurufnya seolah ditulis dengan tekanan penuh dendam.
Hanya ada satu kalimat pendek di sana.
Berhenti buang-buang uang untuk lemak kalau cuma bisa rebahan.