Malam itu Lily gadis polos dan culun yang bekerja sebagai room service disebuah hotel mengalami nasib naas karena diperkosa oleh seorang pria yang sedang mabuk namun siapa sangka itu justru membuatnya terjebak dalam sebuah pernikahan tanpa cinta hanya demi status bayi dalam kandungannya agar tidak menjadi anak haram seperti dirinya dan setelah bayinya lahir ia ditendang begitu saja dari keluarga Wilson, keluarga kaya raya di kotanya hingga membuatnya terpaksa berpisah dari bayinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~06
"Katakan apa yang kamu inginkan hm?" ulang pria itu lagi namun Lily hanya diam membisu sembari merutuki tubuhnya sendiri karena diam-diam menginginkan lebih.
"Baiklah aku tahu apa yang kamu mau," pria itu pun sedikit menjauhkan wanita itu agar ia mudah melepaskan resleting celananya sendiri hingga sesuatu yang menonjol dan keras nampak terpampang didepan mata gadis itu.
Melihat itu pun Lily langsung menggeleng cepat. "Tidak, jangan lakukan!" mohonnya meskipun tubuhnya berbanding terbalik.
"Jangan lakukan hm?" ulang pria itu dan gadis itu pun langsung mengangguk namun tiba-tiba pria itu menarik celana da lam nya hingga membuatnya langsung berteriak tapi belum sempat memberontak tubuhnya sudah diangkat dan ....
Bles!
Sesuatu yang besar langsung memenuhi miliknya hingga membuatnya tersentak kaget karena sedikit dipaksa masuk hanya saja miliknya yang sudah basah mudah bagi pria itu untuk menyatukan miliknya.
Alexander langsung memejamkan matanya merasakan miliknya seakan sedang di re mas re mas di dalam surga kenikmatan milik gadis itu.
"Sial!" umpatnya lantas segera digerakkan pinggulnya naik turun memasuki gadis itu.
Melihat Lily kurang nyaman dengan tangannya yang terikat, Alexander pun segera melepaskannya hingga kini gadis itu langsung memeluknya seiring dengan hentakannya yang semakin intens dan kuat.
Lily terus mendesah meskipun sudah ia tahan sedemikian rupa, ia tidak ingin pria itu tahu jika sebenarnya ia mulai menikmati permainannya.
Kemudian pria itu memindahkan gadis itu ke kursinya yang sebelumnya sudah ia rebahkan sandarannya lantas kembali ia hentakkan pinggulnya sampai pada akhirnya cairan percintaannya ia lepaskan ke dalam rahim wanita itu hingga tak bersisa dan langsung jatuh ke atas tubuhnya dengan napas naik turun tak beraturan.
Diciumnya bibir gadis itu sejenak lantas segera beranjak menjauh, sementara Lily nampak tak berdaya dan buliran kristal pun mengalir dari sudut matanya, lagi-lagi ia tak bisa menolak pria itu yang kembali menodainya tanpa henti setiap kali bertemu.
"Pakailah kemejaku!" pria itu mengulurkan kemejanya mengingat pakaian gadis itu telah rusak karena ulahnya.
Lily pun langsung mengambilnya dengan kasar lalu segera dipakainya, ia menyesal kenapa tadi menggunakan rok hingga mudah bagi pria itu untuk menarik da la man nya.
Ting
Tiba-tiba terdengar notifikasi di ponselnya dan gadis itu pun langsung meliriknya dimana sebuah nominal uang masuk sebesar 500 juta ke rekeningnya.
"Terima kasih untuk hari ini," ucap pria itu dengan santai. Wajahnya tak sedingin sebelumnya bahkan cenderung hangat saat ini.
Setelah mengenakan kemejanya Lily pun segera mengambil ponselnya lantas dikembalikan uang tersebut. "Aku tak membutuhkannya," ucapnya dengan ketus karena ia memang tak menjual tubuhnya meskipun sebenarnya sangat membutuhkan uang itu.
Alexander menatapnya heran, gadis itu tidak secantik gadis yang biasa berkencan dengannya tapi harga dirinya setinggi langit. "Kalau begitu dimana rumahmu akan ku antar?" ucapnya kemudian.
"Biarkan aku keluar dari sini jika tidak aku akan semakin membencimu ba ji ngan!" teriak Lily dengan murka.
Alexander langsung mengepalkan tangannya lantas menekan sebuah tombol hingga pintunya pun terbuka dan Lily segera keluar meninggalkan pria itu.
Menatap sejenak tuan Miller dan kedua anak buahnya yang berada tak jauh dari sana kemudian menghentakkan kakinya pergi.
"Tuan, apa mau kami ikuti gadis itu?" ucap tuan Miller ketika kembali masuk ke dalam mobil bosnya tersebut.
"Tidak usah," sahut pria itu menatap datar gadis yang telah melangkah pergi jauh didepannya.
Kemudian tuan Miller pun kembali mengendarai mobilnya melewati gadis itu yang nampak melangkah tertatih namun Alexander sama sekali tak menatapnya, pandangannya dingin dan lurus ke jalanan depannya.
Malam harinya, Lily pun baru sampai rumahnya setelah menenangkan dirinya dan membeli pakaian ganti karena neneknya pasti akan bertanya saat ia memakai kemeja kedodoran milik seorang pria.
"Sayang, kamu baru pulang bekerja nak?" ucap sang nenek ketika cucunya itu baru datang dengan wajah kelelahan, sebersit rasa bersalah langsung menyelinapi hatinya mengingat sebelum ia jatuh sakit ia yang bekerja dan cucunya itu hanya fokus pada kuliahnya saja. Meskipun gadis itu lahir sangat malang tanpa hadirnya sosok ayah tapi ia ingin cucunya sekolah tinggi agar mendapatkan pekerjaan yang layak hingga suatu saat ia bisa mati dengan tenang.
Lily pun tersenyum menatapnya. "Aku punya berita baik untuk nenek," ucapnya kemudian.
"Benarkah? apa kamu mendapatkan nilai bagus di kelasmu?" tebak sang nenek.
Lily menggeleng cepat. "Desainku di lirik oleh perusahaan di ibukota dan bulan depan aku sudah bisa magang disana nek," ucapnya lantas memeluk neneknya itu.
Tadi saat sedang perjalanan pulang ia dihubungi oleh kampusnya jika ada perusahaan yang tertarik dengan desainnya dan memintanya untuk segera mengatur jadwal magang.
"Dan gajinya lumayan besar nek," imbuhnya lagi.
"Benarkah?" neneknya kembali terkejut sekaligus senang.
Lily pun terdiam sejenak, mungkin ini saatnya ia bujuk neneknya untuk segera melakukan operasi jantung. "Sebenarnya tadi aku sempat membuat penawaran untuk mengambil gajiku diawal agar nenek bisa operasi dan perusahaan menyetujuinya," dustanya kemudian lagipula perusahaan mana yang mau seperti itu.
"Tapi nak ..." sang nenek nampak keberatan mendengarnya.
"Ku mohon nek, kelak aku kurang punya waktu untuk merawatmu jadi tolong segera melakukan operasi itu agar aku bisa meninggalkan mu untuk bekerja dengan tenang," mohon gadis itu dengan penuh harap.
"Tapi bagaimana dengan biaya hidupmu nanti nak kalau uangnya ku gunakan untuk operasi?" tanya sang nenek mengeluarkan isi hatinya.
Lily kembali tersenyum. "Gajiku masih tersisa sedikit untuk biaya hidupku lagipula nenek jangan pikirkan hal itu yang penting saat ini kesehatan nenek yang paling utama." terangnya kemudian.
Sang nenek pun mengangguk, sungguh ia bersyukur memiliki cucu seperti gadis itu tak peduli berbagai hinaan para tetangganya diarahkan padanya sebagai anak yang lahir tanpa ayah.
Beberapa hari kemudian neneknya pun segera melakukan operasi dan Eric setia menemani Lily menunggunya di rumah sakit.
"Ly, aku boleh bicara padamu?" ucapnya kemudian.
"Hm, tentu saja." Lily pun mengangguk menatapnya.
Eric nampak menghela napasnya sejenak. "Sebenarnya aku sudah lama menyukaimu, apa kamu mau menjadi kekasihku?" ucapnya kemudian. Pria itu tahu gadis itu sebentar lagi akan tinggal di ibukota untuk magang kerja dan ia ingin mengutarakan perasaannya lebih dahulu.
Lily terkejut mendengarnya, sebenarnya ia juga menyukai pria itu namun ia merasa tidak pantas karena selain sebagai anak haram dan tak cantik ia juga sudah tak suci lagi.
"Terima kasih tapi saat ini aku benar-benar ingin fokus bekerja karena biaya operasi nenek tidaklah sedikit dan aku harus menggantinya," sahutnya beralasan agar pria itu tidak tersinggung.
Eric mengangguk kecil. "Baiklah aku akan menunggumu sampai kamu siap nanti," ucap kakak senior di kampusnya itu yang sebentar lagi akan lulus sedangkan ia harus menunggu beberapa semester lagi.
biasanya ke HRd duluu klu ada sesuatu ga demo2 bgitu
Haduh victori si hama juga datang,,,,,kamu datang aja di abaikan lho🤣🤣🤣🤣🤣piye ngono iku.....
Haduh eong Cinta ae gensi,malu,karena kily culun,,LiLy juga mbok yo berubah ojok katrok nemen2 LiLy