Safa, gadis dari kalangan atas terpaksa menawarkan diri untuk menjadi istri dari Lingga, seorang CEO terkemuka demi menyelamatkan Perusahaan orang tua angkatnya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku"
"Kau yakin mau menikah dengan ku?"
"Aku yakin!"
Safa menjawabnya dengan tegas. Tanpa memikirkan suatu saat nanti hatinya bisa goyah dan mencintai Lingga.
Tapi sayangnya hati Lingga telah mati, dia hanya mencintai Asyifa tunangannya yang telah meninggal dunia. Lingga menikah hanya karena paksaan orang tua serta untuk melahirkan penerus keluarganya.
"Dia sangat mencintai anaknya, tapi tidak dengan wanita yang melahirkan anaknya" ~ Safa ~
Bagaimana nasib Safa saat Lingga pulang membawa wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Asyifa? Apa yang akan Safa lakukan disaat dia sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati?
Akankan Safa bertahan atau merelakan suaminya bahagia dengan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku tak segila itu!
Safa membaringkan Kendra yang telah selesai menyu*u di atas ranjang. Dia membiarkan bayi yang baru berusia tiga hari itu bebas bergerak dan menggeliat di atas ranjang meski gerakannya masih sangat lembut.
Dia menatap putranya yang saat ini seolah sedang menatap kearahnya. Telunjuk Safa ia selipkan diantara telapak tangan kecil yang berwarna kemarahan itu. Genggaman kecil di jari telunjuknya dari Kendra membuat Safa tersenyum.
"Apa benar kalau Mama mulai mencintai Papa kamu Ken?" Safa mengajak putranya bicara.
"Tapi gimana caranya Mama bisa jatuh cinta sama pria sedingin Papa mu itu?" Heran Safa.
Tapi katanya, cinta datang karena terbiasa dan tidak diduga-duga. Meski sikap Lingga sedingin es, namun ternyata Safa tak bisa menolak pesona seorang Lingga.
"Beruntung sekali wanita yang dicintai Papa kamu itu, dia pria yang setia. Meski sikapnya dingin, tapi sebenarnya dia baik"
Kenapa Safa menilai Lingga adalah pria yang baik?
Kalau seandainya Lingga hanya menginginkan seorang keturunan dan tidak memikirkan menyakiti orang lain, pasti sejak awal Lingga tidak akan pernah menolak perjodohan mereka.
Pastinya Lingga akan mengajukan sebuah kesepakatan seperti yang Safa lakukan. Atau mengajak Safa melakukan pernikahan kontrak, kemudian menceraikan Safa setelah Safa memberinya keturunan.
Kalau Lingga bukan pria baik, tentu saja Lingga tidak akan menafkahi Safa, membiayai operasi jantung Papanya Safa, Lingga juga tidak mungkin memenuhi semua kebutuhan Papanya Safa sampai menggaji asisten rumah tangga untuk rumah Safa.
Lingga juga masih memikirkan anak mereka, di mana Lingga tidak ingin anak mereka kehilangan sosok Ibu, makanya dia tidak pernah mengatakan ingin menceraikan Safa meski hal itu bisa saja terjadi.
Tapi untuk sikap dingin Lingga selama ini, Safa mengira kalau Lingga sengaja menjaga jarak darinya karena Lingga belum bisa melupakan Asyifa. Pria itu terlalu mencintai tunangannya hingga tak bisa membuka hati. Mungkin kalau Safa berada diposisi Lingga, dia akan melakukan hal yang sama. Dimana saat hatinya sudah mati, pasti akan sulit untuk membuka hati lagi.
Kalau soal mengabaikan, Lingga juga tak sepenuhnya benar-benar mengabaikan Safa. Lingga ingin Safa tetap sehat selama mengandung. Dia tidak diperbolehkan melakukan apapun yang membuat Safa kelelahan. Bahkan saat ini Lingga mempekerjakan suster untuk membantunya merawat Kendra agar Safa tidak kerepotan saat Lingga tak ada dirumah. Meski semua itu terlihat hanya untuk anaknya saja, namun itu salah satu bentuk perhatian dari Lingga secara tidak langsung.
Lingga juga selalu menemaninya periksa ke dokter kandungan. Kemudian, permintaan Safa yang dituruti Lingga saat Safa meminta Lingga memberikannya es krim beberapa hari sebelum dia melahirkan. Juga sigapnya Lingga ketika Safa merintih kesakitan karena air ketubannya sudah pecah.
Lingga juga tidak pernah menyakitinya sama sekali baik dengan tangan atau kata-kata kasar. Hanya sikapnya saja yang kelewat dingin.
"Kalau Mama memang mencintai Papa kamu, apa itu salah Ken?" Safa mengusap pipi Kendra dengan jarinya.
Cklek...
Safa menoleh karena pintu kamarnya terbuka. Lingga muncul dari sana dengan wajah yang sudah terlihat segar. Harumnya sabun langsung tercium di hidung Safa dari kulit Lingga yang sudah segar.
Ternyata pria itu langsung membersihkan diri sebelum menghampiri putranya. Tapi Safa langsung memalingkan wajahnya karena Lingga hanya mengenakan celana pendek saja tanpa menutupi tubuh bagian atasnya.
"Tante Ana sudah pulang Mas?"
"Sudah" Jawab Lingga dengan singkat tanpa ada niatan untuk memberikan umpan balik.
Lingga mendekati Kendra yang masih terjaga. Kini bayi kecil itu berada di antara kedua orang tuanya. Safa duduk di tepi ranjang serahkan Lingga berbaring di sisi seberangnya.
"Aku pompa asi dulu ya Mas" Safa merasa canggung ketika di posisi seperti ini. Pasalnya tak ada hal yang bisa ia bicarakan dengan Lingga. Jadi dia memilih untuk menghindar.
"Kau mendengar apa yang aku katakan dengan Juna tadi?" Safa yang sudah beranjak terpaksa berhenti meski dia tak membalikkan badannya sama sekali.
"Kak Juna tau tentang pernikahan kita yang hanya didasari sebuah kesepakatan?" Safa bertanya dengan posisinya yang masih sama, yaitu membelakangi Lingga.
"Hmm" Gumam Lingga.
Sejak tadi rasanya Safa malu sekali saat berhadapan dengan Juna. Pria itu pasti berpikir jika Safa rela menjual dirinya demi uang.
"Dia memintaku untuk melepaskan mu. Kalau kau memang mau terlepas dari semua ini, aku tidak akan menahan mu".
Safa meremas dressnya. Rasanya sakit sekali saat Lingga sama sekali tak ada niatan untuk menahan dirinya. Minimal Lingga mengatakan pada Safa untuk bertahan demi anak mereka.
Sekarang Safa sadar, perasaan aneh yang ia rasakan belakangan ini adalah cinta. Kalau bukan cinta, kenapa hatinya terasa begitu sakit hanya karena ucapan Lingga.
"Kalau memang aku ingin terlepas dari semua ini, rasanya tidak mungkin aku pergi di saat anak yang aku lahirkan masih sangat membutuhkan ku, dia bahkan masih merah. Aku tidak segila itu meski kita hanya menikah demi menghadirkannya ke dunia ini" Safa berusaha mati-matian agar suaranya yang sudah bergetar itu tidak disadari oleh Lingga.
Safa memilih pergi dari kamarnya untuk menyembunyikan air matanya yang sudah lebih dulu menetes sebelum dia keluar dari sana.
Dia menyendiri di kamar yang telah Lingga persiapkan untuk Kendra. Dia tersedu-sedu sendirian di kamar itu sembari melihat asinya yang menetes begitu banyak.
"Bahkan asi ku saja sederas ini, kalau aku pergi, ini semua untuk siapa kalau bukan untuk anakmu?" Safa mengusap air matanya yang tak mau berhenti menetes.
"Aku juga tidak mau meninggalkan putramu itu. Meski dia dari benihmu, tapi aku yang mengandung dan aku yang melahirkan. Tidak ada satupun orang di dunia ini yang mengalahkan ikatan batin seorang Ibu dan anak meski dia hanya anak mu"
Sekarang Safa semakin yakin dengan perasaannya sendiri. Padahal dari awal dia sudah membentengi hatinya agar tidak mencintai Lingga. Dia selalu memperingati dirinya sendiri agar tidak main hati. Tapi apa daya ketika cinta sudah bersemi dengan sendirinya. Safa pun tak bisa mengelak lagi. Semuanya menjadi lemah dan berantakan karena satu kata itu.
Safa kembali ke kamarnya setelah beberapa waktu berlalu. Dia juga sudah mencuci wajahnya agar tidak terlihat kalau dia habis menangis.
Dengan perlahan Safa mendorong pintu kamarnya. Takut jika dia mengagetkan Kendra yang bisa saja sudah tertidur dengan Papanya.
Tapi apa yang ia lihat saat ini membuat Safa tersenyum, Kendra tampak begitu nyaman berada di atas dada Papanya. Safa seolah melupakan rasa sakit yang ia rasakan tadi. Diam-diam Safa menggunakan ponselnya untuk mengambil foto dua orang yang ia sayangi itu.
"Mungkin mulai sekarang, melihat kalian seperti ini adalah kebahagian ku" Safa tersenyum menatap foto yang sudah ia ambil di ponselnya.
*
*
Jangan pada salfok yaaa!!!! ☺
*
sekarang lingga yg akan berjuang untuk mengejar cinta dari safa lagi
nyesekkkk akuuuu