Alina harus menikah dengan laki laki yang usia nya jauh di atas nya karena sang kakak tiba tiba membatalkan pernikahan di saat acara akan di mulai.
demi nama keluarga, Alina merelakan masa muda nya dan menggantikan sang kakak untuk menikahi laki-laki yang bahkan tak ia kenal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Kartu hitam vs nafkah tiga ratus ribu
Alina dengan cekatan mengambil kan minum untuk sang suami, dan menepuk punggung Surya dengan pelan.
Entah apa yang salah dengan pertanyaan nya, hingga membuat sang suami tersedak seperti itu.
Sementara Risa dan Arya saling tatap dan tersenyum geli melihat interaksi lucu pasangan pengantin baru itu.
" Ya ampun om kalau makan hati-hati gak usah cepet cepet. Gak ada juga yang mau minta kok makanan nya! ". Cerocos Alina layaknya seorang ibu yang sedang memarahi anak nya.
" Hm ". Dehem Surya setelah batuk nya reda.
Salah kan saja Alina yang menawari pria dewasa seperti nya kopi atau susu. Kan Surya jadi berpikiran susu yang lain.
Eh..
" Kalau suami sedang makan gak usah di ajak ngomong. Gak sopan tahu gak, cucu ku jadi tersedak kan! ".
" Maaf nek, aku hanya nawarin aja kok. Gak tahu kalau cucu nenek akan kesedak gini ". Jawab Alina sedikit menunduk.
" Saya tidak apa apa, jangan di perpanjang nek! ". Kata Surya menatap nenek nya. Lalu tatapan nya beralih pada istri kecil nya yang masih berdiri.
" Saya mau kopi hitam! ". Kata Surya menatap sang istri. Alina hanya mengangguk dan membuat kan kopi hitam untuk sang suami. Meski ada layanan hotel, namun Alina ingin hari pertama melayani suami dengan tangan nya sendiri. Agar lebih berkesan.
Arya dan Risa saling pandang, mereka berdua seolah tahu jika menantu nya merasa tidak nyaman dengan perkataan Dedes yang terkesan memojokan Alina. Kedua nya saling memberikan kode lewat tatapan mata.
" Ma,, bagaimana kalau kita jalan jalan di sekitar hotel. Udara nya sangat sejuk sekarang?! ". Ajak Risa menatap mertua nya yang masih menatap Alina dengan tatapan judes.
" Gak mau, mending mama di sini! ".
" Ayolah ma, mumpung aku ada waktu. Kalau udah sampai di rumah, aku pasti sibuk kerja. Jadi ayo kita jalan jalan bertiga! ". Ajak Arya memberi alasan.
Bukan nya apa, mereka tidak mau Dedes menganggu Alina dan membuat gadis itu merasa tidak nyaman karena ucapan pedas Dedes.
" Ya sudah ayo! ". Jawab Dedes pada akhir nya.
Arya tersenyum, begitu pula dengan Risa. Ke tiga nya beranjak dari meja makan dan berjalan keluar restoran untuk jalan jalan di sekitar taman hotel.
" Loh, mereka kemana om? ". Tanya Alina saat tak mendapati ketiga paruh baya yang tadi di sana.
" Jalan jalan di taman! ". Alina hanya menganggukan kepala dan kembali duduk.
" Ini kopi nya om! ".
" Hm ". Kedua nya memulai sarapan dengan hening. Bahkan Alina makan dengan lahap, karena tak ada Dedes yang sejak tadi menatap nya bak musuh.
Diam diam, Surya mencuri pandang ke arah sang istri, yang makan apa ada nya, bahkan tak ada kesan di buat buat sedikit pun, seperti kebanyakan wanita di luar sana saat makan bersama nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selesai sarapan, Alina yang bingung kembali ke kamar. Sementara Surya pergi entah kemana.
Gadis itu memilih duduk di balkon menikmati hari tenang nya. Karena saat di rumah, jangan kan duduk santai, diri nya baru menginjak kan kaki di rumah pun ada saja hal yang harus ia kerjakan, entah itu membuat kan minum atau menyetrika baju sang mama.
Alina mengaktifkan ponsel nya yang sejak kemarin tak ia sentuh sama sekali, namun sayang baterai ponsel nya habis, hingga tak bisa di gunakan.
" Kalau kayak gini aku bosen banget. Kapan ya om Surya ajak aku pulang?! ". Gumam Alina bersandar malas di kursi yang ia duduki.
" Kenapa? ".
" Astaga! ". Pekik Alina saat tiba tiba mendengar suara bariton seseorang di belakang nya.
" Ya ampun, om sejak kapan di sini. Bikin kaget aja. Minimal kalau mau datang kasih aba aba dulu dong, bikin kaget aja! ". Omel Alina sambil mengusap dada nya.
Surya hanya menaikan salah satu alis nya, mendengar omelan sang istri. Mata nya menatap intens ke arah Alina, hingga membuat gadis itu tersadar jika diri nya terlalu cerewet.
" Eh, ma maaf om. Aduh, ini mulut suka gak ada rem nya deh, suka nya nyerocos aja! ". Kata Alina sambil memukul mulut nya pelan.
Surya duduk di samping sang istri dimana terdapat satu kursi kosong di sana. Lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam dompet nya.
" Itu apa om? ". Tanya Alina menatap polos ke arah meja, dimana sebuah kartu warna hitam teronggok di sana.
" Apa kau bodoh, hingga tak tahu jika itu sebuah kartu? ".
" Ya maksudnya bukan seperti itu! ". Ujar Alina gemas.
Enak saja diri nya di katai bodoh, padahal kan Alina selalu menjadi juara di sekolah.
Huh dasar om om menyebalkan!.
" Itu untuk mu, pakai kartu itu untuk semua kebutuhan mu! ".
Alina menganga tak percaya mendengar jawaban santai suami nya.
" Tapi om, boleh gak kalau aku minta uang cash aja. Gak usah banyak banyak deh, tiga ratus ribu aja cukup untuk seminggu ? ". Cicit Alina pelan.
Kening Surya mengerut mendengar permintaan nyeleneh sang istri.
" Kau tidak mau dengan kartu yang ku berikan? ".
" Ya, aku hanya ingin uang cash saja. Lagipula aku tidak bisa menggunakan kartu itu. Selama ini mama selalu memberi ku uang cash tiga ratus ribu satu minggu ". Ungkap Alina jujur.
Surya makin di buat terkejut dengan fakta baru yang ia dengar, bukan kah keluarga istri nya termasuk orang kaya. Tapi kenapa gadis muda seperti Alina hanya di jatah uang segitu untuk seminggu. Bahkan itu tidak ada apa apa nya dari uang yang diri nya keluar kan untuk makan satu kali.
Melihat ke terdiaman sang suami, Alina hanya bisa menunduk sambil memilin jari jari nya.
" Apa uang tiga ratus ribu untuk satu minggu terlalu besar ya, buat om Surya. Aduh gimana ini, tapi kan mama emang biasa kasih segitu untuk jatah satu minggu? ".
" Emmm,, om kalau gak ada ya udah aku minta dua ratus ribu aja, gak usah tiga ratus ribu !". Ralat Alina cepat.
" Apa kau kira saya begitu miskin hingga tak mampu memberikan mu uang receh segitu, gadis kecil ?". Tanya Surya menatap intens ke arah Alina.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...