Bangkitnya Ratu Yang Terabaikan

Ratu Amora berjalan mendekat, tatapannya tidak lagi dingin saat melihat putranya, tetapi berganti menjadi fokus yang intens, Ratu Amora melihat dirinya di masa lalu pada mata Kevin, kekuatan yang tersembunyi di balik kesendirian.

"Tidak perlu bersikap formal denganku, Kevin," ucap Ratu Amora, suaranya lebih lembut dari sebelumnya, meski masih tegas.

Ratu Amora berlutut sedikit, menyamakan tinggi nya dengan Kevin.

"Apa kamu makan dengan baik Hem? Tanya Ratu Amora mengelus lembut rambut Kevin.

Kevin sedikit tersentak dengan sentuhan dan pertanyaan dari ibunya.

Dengan kaku Pangeran Kevin mengangguk kan kepala.

"Aku ingin bicara padamu," ucap Ratu Amora.

Kevin mengangkat alisnya masih sedikit terkejut, sebelum nya bunya tidak pernah bersikap seperti ini.

"Tentu Yang Mulia," jawab Kevin, dengan suara pelan nya.

Ratu Amora bangkit, berdiri di depan Kevin, menyunggingkan senyum dingin nya.

"Aku sudah bilang, jangan panggil aku seperti itu. Panggil aku Ibu Kevin," ucap Ratu Amora lembut.

"Maaf, Yang Mulia," jawab Kevin menundukkan kepalanya.

Hah....

Ratu Amora menghela napas, menatap putranya lurus.

"Aku tahu, selama ini aku bukan ibu yang baik buat kamu, Aku sibuk dengan hal yang tidak penting, tapi itu sudah berakhir!" ucap Ratu Amora tegas.

Kevin tetap diam, menunggu, Kevin adalah Pangeran kecil yang cerdas, tahu bahwa setiap perubahan memiliki motif.

"Mulai sekarang Ibu akan melindungi mu, Ibu akan memastikan tidak ada yang bisa meremehkan mu lagi! Tapi ada syaratnya," lanjut Ratu Amora.

Kevin mengangkat pandangannya, tatapan tajam ibunya membuatnya sedikit gentar, tapi juga penasaran.

"Syarat apa, Ibu?" tanya Pangeran Kevin dengan mata jernih nya.

"Pertama, kau harus kuat! Bukan hanya fisik, tapi juga pikiran, kau harus lebih pintar dari para pengkhianat di istana ini!" jawab Ratu Amora tegas, penuh penekanan.

"Kedua, kau harus percaya pada Ibu, seutuhnya! Dan ketiga, jangan pernah menunjukkan kelemahanmu pada siapapun. Paham?" lanjut Ratu Amora menatap Putra nya darat.

Kevin memproses kata-kata dari ibunya, ini bukan nasihat Ratu Amora yang cengeng, ini adalah perintah dari seorang komandan.

"Saya paham, Ibu," jawab Kevin, nadanya mantap.

"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Pengeran Kevin tegas, kayaknya prajurit.

Ratu Amora tersenyum kecil, menyentuh pundak Kevin, senyum tipisnya membuat Kevin merasa sedikit kehangatan yang tak pernah pria kecil itu dapatkan dari Ratu Amora sebelumnya.

"Untuk sekarang, kau hanya perlu menjadi dirimu Kevin, Ibu akan mulai membersihkan kekacauan di Istana ini. Kau akan melihat, Kevin, bahwa ibu baru mu ini adalah Ratu yang sebenarnya!" ucap Ratu tersenyum lembut.

"Sekarang Ibu harus pergi, ada urusan mendesak yang harus Ibu selesaikan, ingat kata-kata yang Ibu katakan tadi!" lanjut Ratu Amora penuh penekanan.

"Ya, Ibu," jawab Kevin mengangguk.

Cup

"Ibu pergi dulu Sayang," pamit Ratu Amora mencium pipi kanan Pangeran Kevin.

Kevin menatap kepergian Ratu Amora, tangan kecilnya menyentuh pipi kanannya yang baru saja di cium oleh ibunya, ini adalah kali pertama nya dirinya mendapatkan ciuman dari ibunya.

"Ibu berubah," ucap Pangeran Kevin tersenyum kecil.

Langkah kaki ibunya kini terdengar berwibawa, punggungnya tegap dan penuh otoritas, sebuah percikan api harapan kecil menyala di mata Pangeran yang terabaikan itu.

Setelah dari Paviliun Naga, Ratu Amora segera menuju ruang rapat istana, tempat Marco menunggunya.

Ratu Amora masuk tanpa ragu, mengenakan gaun sederhana namun berwibawa, rambutnya diikat rapi, Aura yang dibawanya memasuki ruangan, seketika membuat para menteri yang sedang berdebat langsung terdiam.

Marco, bersama empat menteri senior lainnya. Menteri Keuangan Tuan Delton, Menteri Pertahanan Tuan Silas, Menteri Perdagangan Tuan Edgar, dan Menteri Hukum Tuan Victor, mereka semuanya berdiri dan membungkuk hormat.

"SALAM YANG MULIA RATU AMORA LEMOS!!"

"Hem"

Jawab Ratu Amora mengibaskan tangannya.

Aura dingin, yang dikeluarkan oleh Ratu Amora, membuat semua orang yang ada di sana menahan nafas nya.

Marco segera menyambut kedatangan Ratu Amora, dengan perasaan lega.

"Yang Mulia Ratu, terima kasih sudah bersedia datang, masalah ini sudah dua hari tidak terselesaikan, ini melibatkan keluhan serius dari para pedagang di Ibukota yang merasa dirugikan oleh sistem pajak baru yang dikeluarkan saat Raja Arthur pergi," ucap Marco menjelaskan apa masalah yang sedang terjadi.

Ratu Amora mengangguk kan kepala nya kecil, mengambil posisi duduk di kursi utama, tempat Raja Arthur biasa duduk, Ratu Amora mengibaskan tangan, memberi isyarat agar mereka semua duduk.

"Jelaskan masalahnya secara detail, Tuan Denton," perintah Ratu Amora, matanya tertuju pada Menteri Keuangan yang tampak gugup.

"A-anu, Yang Mulia Ratu," Tuan Denton tergagap.

Entah kenapa Tuan Delton merasa buluk kuduk nya merinding, keringat dingin membanjiri pelipis nya.

"Katakan yang jelas!" perintah Ratu Amora tegas.

Glek

"Pajak impor baru sebesar 30% dikenakan pada gandum dari Kerajaan Timur, kami pikir ini akan mendorong produksi gandum lokal, tetapi justru membuat harga roti meroket dan memicu kerusuhan kecil di pasar," jawab Tuan Delton berusaha tenang.

Ratu Amora menyilangkan tangan di atas meja, matanya yang tajam menelanjangi Tuan Denton, yang terlihat berkeringat dingin.

"Pajak 30%?" Tanya Ratu Amora mengulang, nadanya dingin.

"Apakah Anda sudah menghitung daya beli rakyat dan tingkat produksi lokal kita sebelum mengeluarkan kebijakan ini? Atau ini hanya cara untuk mengisi kantong Anda dengan sisa dari kenaikan pajak?" tanya Ratu Amora tersenyum miring.

Deg

Mendengar pertanyaan dari Ratu Amora, wajah Tuan Denton langsung memucat, jantung nya berdegup kencang.

"Y-yang Mulia! Saya tidak bermaksud demikian! Itu murni kesalahan perhitungan! Saya bersumpah!" jawab Tuan Delton sedikit gugup.

"Kesalahan perhitungan yang menyengsarakan rakyat," ucap Ratu Amora tajam.

"Tuan Denton, tunjukkan padaku laporan keuangan tiga bulan terakhir dan proyeksi dampak dari kebijakan pajak ini! Sekarang juga!" perintah Ratu Amora penuh penekanan.

Mata Tuan Denton membulat sempurna, suara nya tergagap lagi, berusaha mencari alasan.

"Laporan itu ada di kediaman saya Yang Mulia, Saya harus mengambilnya," jawab Tuan Delton meremas tangan nya kuat.

"Saya tidak punya waktu untuk drama," ucap Ratu Amora tegas, matanya menyipit.

"Marco, kirim dua penjaga untuk mengambil semua laporan keuangan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Tuan Denton dalam enam bulan terakhir! Segera!" perintah Ratu Amora tegas, tidak mau di bantah.

Marco terkejut, tapi langsung mengangguk patuh.

"Siap Yang Mulia." jawab Marco, bergegas keluar.

Para menteri lainnya bertukar pandang penuh kekhawatiran, mereka melihat bahwa Ratu di depan mereka ini bukan lagi Ratu bodoh yang bisa mereka manipulasi.

"Baiklah, kita tunggu laporan itu," ucap Ratu Amora, suaranya merendah.

"Sambil menunggu Lopar milik Tuan Delton. Tuan Silas, jelaskan padaku tentang sistem keamanan perbatasan utara! Saya dengar ada laporan peningkatan aktivitas bandit di sana, padahal anggaran pertahanan baru saja ditingkatkan!" ucap Ratu Amora menatap tajam pada Tuan Silas.