Aku yang menyimpan setiap cerita dalam diamku. menuangkan setiap rasa pada pena didalam kertas putihku. Aku yang takut kamu tahu, meski aku ingin kamu melihat aku yang menyimpan rasa kepadamu. Sampai kapan aku harus menunggu atau menyimpannya dalam diamku dan merelakanmu bahagia atas rasa dihatimu.
setiap hari dipinggir danau ini aku menunggunya.. ditemani gitar tua peninggalan ayah, yang selalu mengiringi suaraku dan dia saat bernyanyi..
ibarat kaca hatiku telah pecah berkeping-keping .. seperti petir yang menyambar disiang hari .. saat mendengar ceritanya .. dia yang mencintai sseorang dan itu bukan aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Permintaan Maaf
Pagi hari kusibukkan dengan membuat Fruit Sandwich Sando. Dengan buah strawberry yang ada di kulkas.
"tumben mba laury bikin sarapan sendiri." Ucap Bibi Ronah sambil mengelap meja.
"lagi pengen aja, bi."
"buat mas reska ya ?" Tanya Bibi Ronah.
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan Bibi, aku rasa itu cukup untuk menjawabnya. Aku menutup kotak terakhir.
"loh, ko ada tiga mba ? Yang satu lagi buat siapa ?" Tanya Bibi penasaran.
"buat orang baru yang masuk dalam kehidupan aku." Ledekku.
"mba, pesen bibi. Hati-hati ya, mba laury kan anak perempuan, sudah gadis, sudah remaja. Zaman sekarang pergaulan serem, mba. Ibu sama bapak, bibi ronah juga sayang banget sama mba laury. Ngga mau mba laury kenapa-kenapa." Ucap Bibi Ronah.
"iya, bi. Aku akan jaga diri ko. Aku ngga mau bikin kalian khawatir." Balasku.
"Bi, aku siap-siap dulu ya."
"eh, iya mba. Kalau mas reska datang jemput mba bibi harus gimana ?"
"seperti biasa ajah, bi. Sediain susu hangat buat dia." Ucapku.
"oke, siap." Balas Bibi Ronah, gembira.
Benar saja saat aku membuka pintu untuk keluar , dia tetap datang untuk menjemputku. Dirinya yang biasa ku temui, dirinya yang kembali memainkan permainan di dalam ponselnya.
“udah siap ?” Sapanya sambil menyempatkan menatapku sebentar dan meneguk susunya hingga habis.
“yuk.” Ajaknya yang langsung menaruh ponsel dikantong celananya.
“senyum dong. “ ucapnya sambil mengacak rambutku pelan.
“ish, udah dibilang jangan suka ngacak rambut.” Ucapku.
“pagi-pagi tuh senyum, ceria. Sambut pagi tuh dengan bahagia.” Ucapnya.
“iya.. iya.. si paling bahagia.” Balasku.
Setibanya di sekolah, aku buru-buru meninggalkan Reska di parkiran. Tapi tak berhasil karena tanganku ditangkap olehnya.
“mau kemana si buru-buru banget. Helm tuh lepas.” Ucap Reska.
“oh iya.” Ucapku.
Reska langsung membantu melepaskan hingga membuatku salah tingkah karena jarak yang terlalu dekat. Aku bergegas mengeluarkan kotak makan yang ku simpan di dalam tas.
“nih, buat sarapan.” Ucap ku, memberikan dan langsung berlari meninggalkan.
Aku berlari pelan menuju kelas Arfan. Aku berdiri disamping pintu setelah menyampaikan kepada temannya untuk memanggil Arfan.
“hai..” Ucap Arfan dengan senyum dibibirnya.
Aku membalasnya degan senyuman, lalu memalingkan pandanganku ke kotak makan yang ku bawa. Aku menjulurkan kotak itu tanpa berkata apa-apa kepadanya.
“buat gue ?” Tanyanya sambil menerima.
Aku menganggukkan kepala sebagai balasan dari pertanyaannya.
“lagi sariawan ? sakit gigi ?” Ledeknya yang membuatku tertawa kecil.
“sorry ya. Yang kemarin.” Ucapku.
“kemarin ? kenapa ya ? gue ngga inget ada sesuatu yang salah tuh sampe lo hrus minta maaf.” Jelasnya.
“yaudah, kalo gitu lanjut lagi belajarnya. Gue mau kekelas.”
“mau dianter ?” Tawarnya.
“orang kelasnya deket.” Balasku.
“deket tapi tetap ada jarak.” Ucapnya sambil bersandar ditiang pintu.
Aku langsung berjalan dengan senyum malu. Sesekali ku tengok kebelakang dan masih mendapati dia yang menatapku pergi sambil tersenyum ke arahku. Aku membalasnya dengan mengisyaratkan agar dia masuk kedalam kelas. Dia tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku.
Tiba dikelas, aku mendapati Reska yang sudah duduk bersandar di kursinya dan terus menatapku hingga duduk. Aku tidak tau pasti apa yang difikirkannya, tapi jika ku tebak dia pasti dia sedang bertanya-tanya dari mana aku yang terburu-buru meninggalkannya.
Saat ini pelajaran sedang berlangsung, suasana kelas ramai dengan keseruan pelajaran hari ini. guru yang ramah, pelajaran yang menyenangkan, penyampaian yang santai dan mudah diterima oleh para murid.
selesai pelajaran, aku dan reska akan berkumpul di ruang osis untuk membicarakan kegiatan LDKS yang biasa dilakukan setiap tahunnya. Ku lihat Reska berjalan keluar tanpa menunggu atau mengajakku. Aku buru-buru membereskan buku dan menyiapkan buku catatan dan alat tulis yang akan aku bawa. Tapi tiba-tiba saja Reska kembali masuk dan menghampiriku.
“ayo, cepet.” Ajaknya sambil menggenggam pergelangan tanganku.
Aku hanya menurutinya sampai keluar pintu. Hingga aku mendapati Arfan yang hendak masuk kedalam kelasku. Dia ingin menyapaku tapi langkahku sudah semakin cepat mengikuti Reska yang menarikku. Aku menyempatkan menoleh untuk melihat Arfan yang kutinggal dan aku menemukan senyumannya yang saat ini selalu menggetarkan hatiku.
“tuh kan.. ciee.. kalian pacaran ya ? bener ya kalian pacaran ?” Ledek Pembina osis
yang selalu mengharapkan perkembangan dari kedekatan aku dan Reska.
Diruangan telah berkumpul kaka kelas dan teman-teman lainnya. Termasuk juga Risky yang ada diruangan itu dan menyaksikan. Reska langsung melepasku dan menghampiri Risky. Aku duduk di dekat Pembina osis, Bu Vira.
“iihh.. ini lagi ketua osis dateng belakangan.” Ucapnya sambil memukul pelan Arfan.
“tadi mau jemput orang, bu. Eh terlambat.” Balasnya sambil melirikku.
“kebiasaan si terlambat mulu, nanti kalo suka sama orang keburu diambil orang deh.” Ledek Bu Vira.
“ngga dong, bu. Jangan.” Balasnya.
“sudah sudah ayo kita mulai ya.” Ucap Bu Vira.
Arfan duduk memimpin didepan bersama dengan Bu Vira. Rapat dimulai dengan tenang dan lancar. Tidak ada yang tidak sependapat. Semua selesai dengan mudah.
“Laury, kamu bagian keuangannya jangan lupa ya mintain ke kelas-kelas sama reska. Jangan pacaran mulu.” Ucap Bu Vira.
Aku hanya menutup wajahku tak membalas apa-apa.
“bu, reska udah punya pacar, bu. Nih pacarnya disampingnya.” Ucap Maura salah satu teman Risky.
“oh kamu sama kiky, ya ampun. Reska risky, iih gemes banget si kalian. Jodoh ih namanya samaan.” Ucap Bu Vira.
“ih kamu lagi patah hati ya.” Ledek Bu Vira.
“ampun ya, si ibu. Aman bu hati saya mah.” Balasku.
“saya pamit ya, bu mau kekelas.” Ucapku yang langsung melangkah keluar.
“ih laury, kamu cemburu ya.”
“bu, saya pamit duluan.” Ucap Arfan yang langsung membuntutiku.
Arfan meraih lenganku dan tersenyum dihadapanku saat mataku menatapnya.
“arfan.” Ucapku.
“kantin dulu yuk, masih ada waktu.” Ajaknya.
Aku hanya menganggukkan kepala, setuju dan mengikuti langkahnya. Dia melepas genggamannya dan berjalan bersama.
“susu strawberry ?” Tanyanya sambil membuka pintu kulkas.
“jeruk ajah deh kayanya biar seger.” Balasku.
“okey. Gue minta buatin dulu ya.” Ucapnya.
Aku duduk sambil menunggunya. Sambil melihat sekeliling kantin yang tidak begitu ramai, mungkin karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Aku menemukan Risky dan Maura yang memasuki kantin. Risky yang membisikkan Maura dan langsung berjalan ke arahku. Aku berharap dia tidak menghampiriku, namun nyatanya aku salah. Dia memang ingin menghampiriku.
“hai.” Sapaku dengan senyuman.
“boleh gue duduk disini ?” Tanyanya.
“eh, ada lo lagi.” Ucap Arfan membawa minumanku.
Belum sempat kujawab dan mempersilahkan Risky untuk duduk, Arfan datang menyelakku.
“mau makan bareng ?” Tanya Arfan.
Aku langsung menikmati minuman yang diberikan Arfan.
“ngga. Cuma mau ngobrol ajah, gue kira dia sendiri dan ngga ada temen.” Jawabnya.
“selain reska, dia punya gue ko sebagai temannya.” Tegas Arfan yang membuatku terkejut.
“oh iya, gue ganggu ? mau gue pindah meja ?” Tanya Arfan.
“ngga usah, kayanya makanan gue udah siap sama Maura. Gue kesana dulu ya. Bye.” Ucap Risky dengan ramah.
Yati Surachman as Bibi Ronah