NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:28.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 28 : Cahaya Baru di Langit Semarang

Delapan tahun telah berlalu sejak peristiwa di Pantai Marina yang menjadi penutup manis cerita Aira dan Raka bersama Rinai kecil. Kini, Rinai telah tumbuh menjadi gadis berusia 10 tahun yang cerdas dan penuh semangat, dengan rambut ikal panjang yang sering di kuncir dua dan mata berbinar yang penuh rasa ingin tahu.

Dia kini duduk di kelas 4 SD, aktif di klub seni sekolahnya, dan sering membawa pulang gambar-gambar laut, dermaga, atau keluarga kecilnya yang digambar dengan penuh cinta. Aira dan Raka, yang kini berusia pertengahan 30-an, telah menemukan ritme baru dalam kehidupan mereka sebagai orang tua dan pasangan yang saling mendukung dalam karier masing-masing.

Rumah kecil mereka di daerah Candi masih menjadi tempat penuh kenangan, meskipun kini telah direnovasi dengan tambahan ruang kecil di belakang untuk studio Raka dan perpustakaan mini Aira. Aira kini dikenal sebagai penulis novel romansa yang cukup populer, dengan beberapa karya terbarunya yang terinspirasi dari perjalanan cinta mereka, termasuk Hujan di Dermaga yang menjadi salah satu buku terlarisnya.

Raka, di sisi lain, telah membangun nama sebagai ilustrator buku anak-anak yang disegani, sering berkolaborasi dengan Aira untuk proyek-proyek khusus.Pagi itu, Aira sedang menyiapkan sarapan di dapur, roti panggang dengan selai stroberi dan telur mata sapi untuk Rinai, serta kopi untuk dia dan Raka.

Dia mengenakan kaus panjang dan celana jeans, rambutnya dibiarkan tergerai dengan jepit kecil di samping. Rinai duduk di meja makan, mengenakan seragam sekolahnya, tangannya memegang pensil sambil menyelesaikan tugas menggambar tentang “Keluargaku” untuk pelajaran seni.

“Mama, Rinai gambar kita bertiga di dermaga!” seru Rinai, menunjukkan gambar keluarga mereka dengan laut sebagai latar belakang.

“Ini Mama, ini Papa, ini Rinai. Lihat, ada ombak kecil!” tambahnya, matanya berbinar.Aira tersenyum, mendekati Rinai dan mengelus rambutnya dengan lembut.

“Bagus banget, Rinai. Mama suka banget ombak kecilnya, bikin Mama inget cerita kita dulu sama Papa,” katanya, nadanya penuh kelembutan.

Raka masuk ke dapur, mengenakan kemeja flanel dan celana chino, rambutnya sedikit berantakan tapi wajahnya penuh semangat.

Dia baru saja menyelesaikan ilustrasi untuk sebuah buku anak-anak tentang petualangan di laut, dan hari ini dia berencana untuk mengantar Rinai ke sekolah sebelum pergi ke pameran seni kecil di pusat kota.

“Pagi, Mama sama Rinai,” sapanya, tersenyum lebar.

“Aku liat tadi Rinai gambar dermaga lagi?” tanyanya, duduk di samping Rinai dan mencium keningnya.

“Pagi, Papa! Iya, Rinai suka dermaga. Papa bilang dermaga itu tempat cerita Mama sama Papa, kan?” kata Rinai, tersenyum sambil memeluk Raka.Raka tertawa kecil, mengangguk.

“Iya, Rinai. Dermaga itu… tempat spesial buat Papa sama Mama. Dan sekarang, kamu jadi bagian dari cerita itu,” katanya, nadanya penuh cinta.

Aira tersenyum, meletakkan sarapan di meja lalu duduk di samping mereka.

“Raka, aku ngerasa hidup kita penuh keajaiban sekarang. Rinai… dia bikin setiap hari jadi lebih berarti. Aku… aku juga seneng banget liat kita masih bisa ngejar mimpi kita bareng keluarga,” katanya, suaranya lembut.

Raka mengangguk, tangannya memegang tangan Aira dengan erat.

“Iya, Aira. Aku… aku bersyukur banget punya kamu sama Rinai. Aku juga seneng liat kamu masih semangat nulis, dan aku… aku seneng kita bisa kerja bareng lagi di proyek-proyek kita,” katanya, nadanya penuh rasa syukur.

Setelah mengantar Rinai ke sekolah, Aira dan Raka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di studio Raka. Aira membawa laptopnya, berencana untuk melanjutkan novel terbarunya, sementara Raka mengerjakan sketsa baru untuk proyek buku anak-anak.

Studio kecil itu penuh dengan kenangan, dindingnya dihiasi dengan gambar-gambar Rinai dari kecil hingga sekarang, serta beberapa ilustrasi cover novel Aira yang dibuat Raka.Saat Aira mengetik dengan fokus, Raka tiba-tiba menoleh ke arahnya dengan ekspresi penuh antusias.

“Aira, aku dapet ide. Aku… aku pengen kita bikin buku anak-anak bareng, cerita tentang petualangan Rinai di dermaga. Kamu nulis ceritanya, aku bikin ilustrasinya. Aku pikir… Rinai bakal seneng banget kalau kita bikin buku yang terinspirasi dari dia,” katanya, nadanya penuh semangat.

Aira tersenyum lebar, matanya berbinar.

“Raka, itu ide yang bagus banget! Aku… aku suka banget. Kita bikin cerita tentang Rinai yang petualang di dermaga, mungkin dia ketemu ikan ajaib atau… kapal kecil yang bikin dia belajar tentang keberanian. Aku… aku yakin Rinai bakal seneng banget,” katanya, suaranya penuh antusias.

Mereka menghabiskan pagi itu dengan merencanakan buku anak-anak itu, Aira menulis draf awal cerita sementara Raka membuat sketsa karakter Rinai kecil dengan topi jerami dan ember kecil di tangannya.

Suasana studio terasa penuh harmoni, seperti dua jiwa yang saling melengkapi dalam setiap langkah mereka. Tapi di tengah kebahagiaan itu, Aira tiba-tiba merasa sedikit pusing, tangannya memegang kepala dengan ekspresi tidak nyaman.

“Raka… aku… aku pusing tiba-tiba,” kata Aira, suaranya pelan sambil menutup matanya sejenak.

Raka langsung mendekati Aira, wajahnya penuh kekhawatiran.

“Aira, kamu baik-baik aja? Aku… aku khawatir. Kita ke dokter, yuk. Aku enggak mau kamu kenapa-kenapa,” katanya, nadanya penuh perhatian.

Aira mengangguk, meskipun dia mencoba tersenyum untuk menenangkan Raka.

“Aku… aku baik-baik aja, Raka. Mungkin cuma kecapean. Tapi… iya, kita ke dokter aja biar pasti,” katanya, suaranya lembut.

Mereka pergi ke klinik langganan mereka, tempat Dokter Rina yang dulu memeriksa Aira saat hamil Rinai masih praktik.

Setelah pemeriksaan singkat, Dokter Rina tersenyum lebar, membuat Aira dan Raka saling pandang dengan rasa ingin tahu.

“Selamat, Aira, Raka. Aira hamil lagi, usia kandungannya sekitar 8 minggu. Kalian bakal punya adik untuk Rinai!” katanya, nadanya penuh kebahagiaan.

Aira menutup mulutnya dengan tangan, air mata haru mengalir di pipinya.

“Ya Tuhan… aku… aku hamil lagi, Raka,” katanya, suaranya gemetar karena bahagia.

Raka langsung memeluk Aira erat, air mata kebahagiaan juga terlihat di matanya.

“Aira… kita bakal punya anak lagi. Aku… aku seneng banget,” kata Raka, suaranya serak karena haru.

“Makasih, Aira. Makasih udah bikin hidupku makin lengkap,” tambahnya, mencium kening Aira dengan penuh kasih.

Sore itu, mereka menjemput Rinai dari sekolah dengan hati penuh kebahagiaan. Rinai berlari kecil ke arah mereka, tersenyum lebar saat melihat Aira dan Raka.

“Mama, Papa, Rinai gambar lagi di sekolah! Gambar kapal!” serunya, menunjukkan gambar kecil di tangannya.

Aira tersenyum, mengangkat Rinai ke pelukannya.

“Bagus banget, Rinai. Mama sama Papa… kita mau bilang sesuatu. Rinai… Rinai bakal punya adik,” katanya, suaranya lembut sambil memandang Rinai dengan penuh cinta.

Rinai membelalak, matanya berbinar.

“Adik?! Rinai mau adik! Adik laki-laki apa perempuan, Mama?” tanyanya, nadanya penuh antusias.

Raka tertawa kecil, mengelus rambut Rinai.

“Kita belum tahu, Rinai. Tapi… Papa sama Mama seneng banget, dan kita harap Rinai juga seneng jadi kakak,” katanya, nadanya penuh kelembutan.

Malam itu, mereka duduk bersama di ruang tamu, Rinai tertidur di pangkuan Aira setelah mendengarkan cerita tentang ikan ajaib yang Aira buat untuk buku anak-anak mereka.

Aira dan Raka saling berpelukan, memandang langit Semarang yang dipenuhi bintang melalui jendela.

“Raka… aku ngerasa hidup kita penuh cahaya sekarang,” kata Aira, suaranya lembut.Raka tersenyum, memeluk Aira erat.

“Iya, Aira. Rinai… dia cahaya kita, dan sekarang kita bakal punya cahaya baru lagi. Aku… aku pengen kita terus ciptain cerita indah bareng mereka. Aku sayang kamu, selamanya,” katanya, nadanya penuh cinta.

Di bawah langit Semarang yang berkilauan, Aira dan Raka saling berpelukan, merasa bahwa cahaya baru ini akan menjadi bagian dari cerita cinta mereka yang abadi, cerita yang terus berkembang bersama Rinai dan adik kecil yang akan segera hadir.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!