NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 14

Tak dianggap

Luka di dahi Vito memang tidak terlalu besar hanya segaris lidi, tapi karena dahi adalah bagian kepala makanya darah yang keluar lumayan banyak.

"Apa masih terasa pusing." tanya dokter Alfad. Setelah selesai menempelkan perban di dahi Vito.

"Sudah kurang." jawab Vito

"Setelah istirahat beberapa menit pusingnya akan hilang." Dokter Alfad menjelaskan agar Vito tidak terlalu cemas.

Sementara Husein dibawa ke ruang VVIP dan langsung ditangani oleh dokter spesialis jantung. Beberapa menit berada di ruang rawat Husien pun sadarkan diri. Naman untuk membantunya bernapas masih memerlukan ventilator.

Yura menyusul ke rumah sakit. Namun tidak menemui Husein, dia langsung ke ruangan dokter Alfad untuk menemui Vito, dia akan memperbaiki hubungannya dengan Vito dulu, karena kalau dengan papanya itu masalah gampang.

"Vito maafkan aku! Aku tidak bermaksud melukaimu." ujar Yura saat masuk ruang rawat, kala melihat dahi Vito sudah tertempel perban.

Vito yang tidak ingin bermasalah lagi dengan Yura, akhirnya mengangguk tanda kalau dia sudah memaafkan Yura.

"Terima kasih ya sayang. Aku janji tak akan mengecewakanmu lagi." ujar Yura memeluk Vito.

Vito hanya tersenyum mendengar ucapan Yura, dia tahu betul bagaimana Yura yang tak pernah menepati janjinya.

"Papa bagaimana?" tanya Vito, karena tadi dia sempat melihat Husein terduduk lemas.

"Papa ada di ruang penyakit jantung."

"Ayok! kita ke sana melihat papa." ajak itu.

"Kamu tidak usah khawatirkan papa, di sana ada dokter Raju dan Lila yang menjaganya." Yura menahan Vito saat dia ingin beranjak dari tempat tidurnya.

Setelah beberapa jam istirahat dan rasa pusing di kepala itu sudah tidak terasa lagi dia pun mengunjungi Husein di ruang rawat jantung.

"Bagaimana keadaan papa." tanya Vito pada dokter Raju.

"Beliau sudah sadar, tetapi masa krisisnya belum lewat." ujar dokter Raju.

Dokter Raju lalu menyarankan Vito untuk pulang dan istirahat agar bisa memulihkan kesehatannya, dan dia berjanji akan menjaga Husein dengan baik.

Vito melihat Husien yang terbaring di atas tempat tidur dari balik kaca pembatas, karena info dari dokter Raju, Husien belum mau ditemui siapapun.

"Yuk! pulang, kamu butuh istirahat, lebih baik kita pulang saja." Ajak Yura menarik tangan Vito, dan beranjak meninggalkan rumah sakit.

Yura akan menemui Husien beberapa hari lagi, kalau sekarang dia menemui Husien pasti papanya itu belum mau memaafkannya. Karena Yura tahu betul karakter pria itu, sebesar apa pun kesalahannya pasti di maafkan, jadi tak terlalu khawatir menghadapi Husien.

*****

Selama Husien dirawat di rumah sakit. Atas keputusan para petinggi direksi, Kantor pusat dipimpin oleh Vito untuk sementara. Sedangkan kantor cabang yang biasa dikelola Vito diserahkan ke Yura.

"Tuan saya ke rumah sakit dulu mengantarkan sarapan tuan Husien." ujar LIla begitu sampai ke kantor

Demi misinya Lila rela memasak sarapan untuk Husien dan menu makan malam. Bahkan dia juga membujuk Tuan Husein agar tidak memberi hukuman kepada Yura, karena jika Yura dikirim ke luar negeri, maka dia tidak bisa merasakan penderitaan demi penderitaan yang akan diberikan oleh Lila. Maka dari itu dia gigih membujuk Husein agar tidak mengirim Yura ke luar negeri.

"Biar ku antar, aku sekalian ingin ketemu papa untuk meminta beberapa tanda tangan beliau." ujar Vito seraya mengambil beberapa berkas di atas meja.

"Kalau begitu sarapan untuk tuan dibawa saja, bisa sarapan bareng di rumah sakit." usul Lila, Vito hanya mengangguk.

"Yuk kita berangkat."

Lila berjalan keluar beriringan dengan Vito, beberapa mata karyawan ada yang iri dengan kedekatan Lila dengan tuan Vito, ada juga menyukai kedekatan mereka.

"Mereka cocok ya, sama-sama baik dan ramah." terdengar obrolan salah satu karyawan.

"Iya benar. Andai mereka berjodoh." kata yang lain lagi menyahut.

"Hisss...Jangan menggosip." Nora memberi peringatan pada bawahannya.

Lila dan Vito sampai di parkir, Niko segera membuka pintu mobil depan untuk Vito. Namun Vito menolaknya, dia ingin duduk berdua dengan Lila di bangku belakang. Niko hanya pasrah kala Vito membukakan pintu mobil untuk Lila.

"Dasar buaya darat." batin Niko seraya masuk ke dalam mobil, lalu tancap gas.

Mobil yang dikendarai Niko melaju di jalan raya, lima belas menit kemudian sampai di parkir rumah sakit. Niko turun dan membuka pintu untuk Lila dan membiarkan Vito membuka sendiri pintu untuknya.

"Biar Abang bantu bawa." ujar Niko seraya meraih boks nasi dari tangan Lila. Namun ditepis Vito.

"Biar aku yang bawa. Kamu tunggu di mobil saja." titah Vito lalu mengambil boks nasi dari tangan Niko. Niko hanya pasrah tanpa bicara, dari pada dipecat terpaksa menurut.

Lila dan Vito beranjak meninggalkan Niko, melangkah masuk ke pintu utama rumah sakit, menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang rawat Husien.

"Selamat pagi tuan! selamat pagi Nona Yura." sapa Lila ramah.

"Pagi juga Lila." jawab Husien. Sementara Yura bergeming duduk di samping tempat hospital bed, dia jangankan menjawab salam Lila, menatap Lila pun tidak mau, dia hanya sibuk menatap layar ponselnya.

"Pagi ini Tuan terlihat lebih segar dari semalam." ujar Lila seraya tersenyum manis, sambil meletakkan boks sarapan di atas lemari. Lila tidak memperdulikan kehadiran Yura yang menganggapnya tidak ada.

"Senyum manismu membuat saya bersemangat untuk segera sehat." ujar Husien memuji Lila. Lila hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Husien.

"Dasar wanita sampah, beraninya dia beramah tamah dengan papa saya." batin Yura seraya melirik kearah Lila yang sedang mengambil sendok dan gelas di dalam lemari.

"Dasar kadal tua." maki Lila di dalam hati, saat mendengar Husein menggodanya.

"Terima kasih Tuan, kalau senyum saya bisa membawa dampak positif buat tuan." ujar Lila seraya melirik Yura yang mulai terusik dengan ucapannya.

"Maksud mu? nyindir saya?" tanya Yura akhirnya buka suara, Yura merasa tersindir, karena dari tadi dia memang memasang wajah cemberut, dia sudah muak mendengar percakapan antara Husein dan Lila.

"Yura.." Husein memberikan peringatan kepada Yura dengan kerlingan matanya, Yura yang berniat mendekati Lila kembali ke posisi awal.

Wajah cerah Husien mendadak berubah saat melihat Vito masuk ruangannya sambil membawa beberapa map. Tadi sebelum ke ruang rawat Husien, Vito menemui dokter Raju untuk menanya perkembangan kesehatan papa mertuanya.

"Kamu kenapa ke sini, di kantor siapa?" tanya Husien.

"Di kantor ada Nora, Aku ke sini mau minta tanda tangan papa." ujar Vito seraya menyodorkan beberapa dokumen yang dibawanya.

"Lila tolong kamu koreksi dulu dokumennya." titah Husien.

"Pa! berikan pada ku. Kenapa harus Lila." pinta Yura yang menganggap dia lebih hebat dari Lila.

"Sudah kamu duduk manis saja di situ." titah Husien.

"Sabar Yura! kamu tidak boleh terbawa emosi kalau ingin mengambil hati papamu lagi. papa begitu percaya pada wanita sampai itu." batin Yura sambil menahan sesak di dadanya.

Melihat perlakuan baik papanya, kepada wanita sampah itu. rasanya Yura ingin mencakar wajah cantik Lila. Namun, sekarang dia sedang memperbaiki hubungan baik dengan papanya, dan itu pun karena bujukan Lila sehingga Husein mau memberinya kesempatan ketiga, jadi tidak apa kali ini dia mengalah, jangan sampai pengorbanannya sia-sia dan membuat Husien tidak percaya lagi padanya.

"Okay Lila! mulai hari ini aku akan bermain cantik, hingga kau tak menyadarinya." batin Yura sambil meremas ujung bajunya, karena menahan rasa kesal di hatinya

"Lila! Biar saya yang menyiapkan sarapan papa, Bukankah kamu dapat tugas lain dari papa?" Yura bangkit dari duduknya kemudian mendekati Lila dan mengambil sendok yang sedang dipegang Lila.

Trang.. gelas berisi air jatuh dan curahan airnya mengenai pakaian Yura. Padahal tadi Yura berniat menyenggol boks sarapan yang dibawa Lila, agar tidak bisa dimakan papanya dan kemudian dia akan keluar membelikan sarapan baru, ternyata Lila bertindak lebih cepat dari dia.

"Maaf Nona Yura! saya tidak sengaja." ujar Lila seraya membungkuk.

Yura mengepal tinjunya dengan kuat rasa kesalnya seperti meletup-letup, andai saja dia tidak lagi memperbaiki hubungan dengan papanya, maka sudah melayang tangannya ini berkali-kali di pipi Lila.

"Tidak apa-apa Lila! cuman basah kok." kata Yura sambil mengibas tangannya ke rok yang terkena air.

"Lebih baik Nona Yura bersihkan dulu ke kamar mandi." ucap Lila seraya menyerahkan kotak tisu.

Setelah menyiapkan sarapan Husien dan Vito, Lila mengambil berkas yang diserahkan Husien dan memeriksanya satu persatu. Selesai Husien dan Vito sarapan, Lila pun selesai memeriksa berkas yang dibawa Vito.

"Ini udah selesai tuan." ujar Lila menyerahkan kembali dokumen itu ke Husien, Kemudian dia menjelaskan kepada Husien, ada beberapa angka yang harus dinaikkan agar perusahaan mendapatkan keuntungan besar dan ada juga beberapa angka yang harus ditinjau ulang agar penjualan mencapai target.

Vito yang ikut menyimak penjelasan Lila juga menyetujui, selama ini dia tak pernah memikirkan hal yang dianggap sepele ternyata sangat menguntungkan.

"Saya setuju dengan pendapatmu, sangat logis. Bagaimana menurut papa?"

"Papa juga setuju."

"Tapi saya tidak setuju." tiba-tiba Yura ikut menyeletuk.

"Papa tidak minta pendapatmu, Yura!" ujar Husein kembali memberi isyarat agar Yura tidak ikut campur urusan kantor pusat.

Mendengar ucapan Husein Yura hanya pasrah dan kembali diam.

"Tapi untuk merubahnya kita harus rapatkan dulu dengan para direksi perusahaan, agar mereka tidak menggapai kita hanya mengambil keuntungan sepihak." usul Lila.

"Kamu memang cerdas." puji Husien.

"Untuk kedepannya semua berkas penting ku serahkan padamu untuk menindaklanjutinya." ujar Husien lagi, dia bangga memiliki asisten pribadi secantik dan sepintar Lila.

"Papa!.." Yura kembali menyela. Namun dia tidak jadi meneruskan ucapannya, karena Husein mengangkat tangan memintanya untuk tidak berbicara.

"Tapi Pa! Kenapa harus Lila? Ada aku dan Vito." ujar Yura lagi dia, tetap tidak menerima keputusan Husien.

"Kenapa harus Lila? ya karena Lila asisten pribadi papa, jadi semua pekerjaan papa sebagai asisten Lila harus tahu. Kamu paham sekarang?" Husien menegaskan ucapannya pada Yura yang menekankan kata paham.

"Paham pa!" akhirnya Yura mengalah.

"Tidak apa-apa Yura! Ada masanya kau menyingkirkan wanita sampah itu." Gumamnya lagi.

"Terima kasih atas kepercayaannya Tuan, Saya akan amanah menjalankan semua tugas yang tuan berikan kepada saya." ujar Lila seraya beranjak ingin membereskan tempat boks sarapan Vito dan Husien. Namun Husien melarangnya dan menyuruh Yura yang membereskannya. lagi-Yura hanya bisa pasrah.

Melihat wajah Yura yang cemberut dan ditekuk sedemikian rupa membuat Lila tersenyum penuh kemenangan.

"Selamat pagi tuan Husein bagaimana tidurnya malam ini?" tiba-tiba dokter Raju masuk bersama dua orang suster.

"Apa masih terasa sesak di dadanya." tanya dokter Raju kembali, sebelum Husein sempat menjawab pertanyaannya pertama.

"Alhamdulillah malam ini sudah terasa nyaman dokter." Jawab Husien.

"Hari ini Tuan sudah boleh pulang! jaga pola makan kemudian minum obat secara teratur." pesan dokter Raju.

Sementara dua orang suster yang datang bersamaan dengan dokter Raju, melepaskan jarum infus dan memeriksa tekanan darah Tuan Husein. Selesai memeriksa keadaan kesehatan Husien, dokter Raju dan dua orang suster itu pun keluar dari ruang rawat.

"Tugas saya sudah selesai. Apakah saya boleh kembali ke kantor Tuan?" tanya Lila setelah kepergian dokter Raju.

"Kamu di sini saja menemaniku pulang, biarkan Vito yang kembali ke kantor." Titah Husein tegas.

"Dan kamu Yura! kembalilah ke kantormu, jangan sampai kamu melalaikan pekerjaanmu lagi dan mengecewakan papa." ucapkan Husein mengingatkan Yura dengan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya.

"Jangan pernah berniat menyingkirkan ku dari papamu, cukup kau jaga Vito jangan sampai kau kehilangan kedua-duanya." bisik Lila saat Yura ingin keluar meninggalkan ruang rawat papanya.

"Sial beraninya dia mengancam ku." batin Yura.

Perseteruan Lila dan Yura semakin memanas

Baca cerita kelanjutannya di part 15

Jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan hadiahnya

Terima kasih sudah mampir di novelku

Love sekebun cabe dari author ♥️♥️♥️

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!