apa itu cinta...?! adakah semua orang benar benar tahu pasti apa artinya ?!
dan apakah itu benci yang sebenarnya...?! adakah semua orang juga tahu pasti apa artinya ?!
namun yang pasti....
benci dan cinta sungguh tak bisa di pahami oleh dua anak manusia yang terlibat dan terjebak akan hal itu.
Farid Ibrahim Hamzah Tarek
merasa sangat membenci seorang gadis yatim piatu bernama Mayrea Mazaya Khanza hingga ia tega merenggut kesucian gadis malang dan yatim piatu itu.
tak cukup sampai di situ, Ibrahim tega terus menghina dan merendahkan gadis itu.
sementara Rea, panggilan dari seorang Mayrea Khanza tetap berusaha kokoh dan tegar meski badai terus menerpanya.
apa yang terjadi selanjutnya ketika keduanya kembali di pertemukan setelah perpisahan hampir 10 tahun lebih lamanya dalam situasi dan kondisi yang begitu menyedihkan ?!
ikuti kisah baru aku....
" Antara benci dan cinta "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12 hinaan yang terus terucap
Niel mengajak Rea ke kantin saat jam istirahat, bak seorang putri Niel melayani Rea.
Entahlah ini sudah hari ke berapa Niel memperlakukan Rea bak seorang putri sejak pengumuman pencapaian prestasi tertinggi yang di capai oleh gadis itu.
Pemuda tampan berdaran Tionghoa itu memesankan makanan dan minuman untuk gadis manis berhijab itu.
" ini adalah bentuk apresiasi hadihku padamu, tunggu hadiahku yang lain untukmu nona pintar " kata Niel sambil meletakkan semangkok bakso juga es campur di hadapan Rea.
Kedua makanan itu adalah makanan favorit Rea, maklum....Rea memang sangat membatasi diri jika mengenai makanan.
Intinya,
ia tak ingin bergaya jika soal makanan, bisa saja ia makan makanan ala ala anak jaman sekarang karena ia juga memiliki gaji sendiri sebagai pelayan di sebuah Kafe.
Tapi itu tak pernah ia lakukan, ia lebih memilih mengirimkan uang gajinya ke pantai dari pada untuk membeli makanan yang menurutnya mewah itu.
Rea tertawa sambil menutupi bibirnya.
" ini terlalu berlebihan Niel....cukup kau ucapakan kata selamat kepadaku saja seperti saat itu, aku sudah sangat senang " jawab Rea.
" o tidak....seorang yang istimewa pantas mendapatkan perlakuan yang istimewa " jawab Niel membantah kata kata Rea.
" ah...andai aku bisa ikut bersamamu ke Jerman.
Rea...rasanya..... kenapa berat sekali melepasmu ke sana sendirian " kata Niel lagi ketika ia kembali menyadari sesuatu.
Saat ini ia duduk di hadapan Rea dengan bertopang dagu.
Niel sebenarnya ingin ikut Rea kuliah di Jerman, tapi itu tak mungkin mengingat dirinya adalah putra satu satunya keluarganya karena kakak kakaknya semua adalah perempuan.
Dan sudah menjadi tradisi turun temurun di keluarganya jika sang pewaris harus berkuliah di Amsterdam.
Ia ingin membawa Rea bersamanya juga kesana sebenarnya.
Ia bahkan sudah pernah membahas hal itu dengan keluarganya dan keluarganya setuju walau dengan satu syarat yang sebenarnya sulit untuk ia terima.
Dan syarat itu tak mungkin ia katakan kepada Rea.
Yakni....
Boleh mengajak atau membiayai semua kebutuhan atau pun pendidikan gadis itu, tapi Niel di larang menikahi Rea karena ada banyak perbedaan yang ada di antara mereka.
Salah satunya adalah keyakinan dan latar belakang Rea.
Kalaupun Niel memaksa, maka Rea hanya harus menjadi istri keduanya.
karena jodohnya, tentu sudah di atur oleh keluarganya.
Niel sempat frustasi saat itu, tapi apa boleh buat.
ia pun menyerah.
Karena nampaknya, Rea pun hanya menganggapnya sebagai sahabat saja.
Selain itu,
keinginan gadis itu juga terlalu kuat. Rea ingin menjadi seorang dokter spesialis kejiwaan dengan menuntut ilmu di negara itu.
Sejak awal, Niel sudah tahu..
Psikiater adalah tujuan Rea.
" tidak bisakah kau rubah sedikit saja keinginanmu itu Rea..
Di Amsterdam aku akan carikan Universitas kedokteran yang bagus untukmu.
Aku janji itu " bujuk Niel lagi.
Pasalnya dua minggu lagi ujian nasional berlangsung. Dan setelahnya Rea akan segera berangkat ke Jerman jika ia tetap mengikuti program beasiswa itu.
" Niel..kau tahu kenapa aku memilih itu kan ?! "
" ya..aku tahu..
Sofia..." jawab Niel sambil menundukkan kepalanya.
" itu kau tahu "
" tapi Rea...demi Sofia kau juga tak harus menjadi seorang dokter kejiwaan.
Kau bisa memiliki profesi lain yang membuatmu tak harus pergi ke Jerman kan ?!
Atau begini saja,
Soal perawatan Sofia, biar aku yang bertanggung jawab..."
" tidak Niel...aku tidak mau, aku tidak mau merepotkan siapapun terutama kamu.
Doakan saja aku "
Niel mencebikkan bibirnya dengan raut wajah yang kecewa.
Entah bagaimana lagi caranya agar ia bisa membujuk Rea untuk mengurungkan niatnya.
Sofia....
Ya, menurut Niel.
Semua memang hanya karena Sofia.
Rea terlalu menyayangi gadis itu hingga Rea rela berusaha keras ingin menjadi dokter Kejiwaan hanya agar bisa merawat dan menyembuhkan Sofia.
Niel akhirnya mengalah,
Ia tak lagi membahas tentang hal itu.
Saat ini ia sedang mengaduk es campur kemudian ia mendorongnya ke hadapan Rea.
" Sepertinya kau salah meratukan seseorang sobat..." tiba tiba seseorang bersuara sambil menepuk pundak Niel.
Niel menoleh ke belakang,
Saat tahu siapa yang tengah menepuk pundaknya, ia segera menyingkirkan tengan seseorang itu dari pundaknya.
" biar aku beri sedikit nasehat padamu kawan...jika kau ingin meratukan seseorang, seharusnya kau cari tahu lebih dulu siapa dia sebenarnya.
Apakah dia memang sesuatu yang berharga sehingga ia pantas kau ratukan.
Atau....
dia hanya sebuah sampah karena dia hanya sebuah barang sisa " kata seseorang itu yang tak lain adalah Ibra.
Entah sejak kapan pemuda itu berada di tempat itu, tiba tiba saja ia sudah berada di sekitar Niel dan Rea.
Rea menundukkan kepalanya dalam dalam.
Sungguh ia tak berkutik di hadapan Ibra. Apalagi tatapan tajam pemuda itu yang seolah menembus hingga ke jantungnya.
Niel sontak berdiri ketika mendengar ucapan Ibra.
" jaga bicaramu tuan muda Tarek...sebenarnya apa masalahmu dengan Rea ?! Kenapa aku merasa kau seolah sengaja mencari masalah dengannya ?! " sentak Niel dengan tatapan tak kalah tajam dan raut wajah menantang kepada Ibra.
Tatapan mata Ibra beralih kepada Niel. Kedua pemuda tampan berbeda garis keturunan itu saling menatap tajam.
" kau tanyakan saja sendiri kepadanya " jawab Ibra dengan masih menatap kepada Niel.
Niel mengerutkan keningnya dan menyipitkan matanya menatap Ibra sebelum akhirnya ia menoleh kepada Rea.
" Rea..." panggilnya.
Rea sontak menggeleng, namun ia masih menundukkan kepalanya.
Mata Ibra melebar sempurna demi melihat gelengan kepala Rea.
Sekali lagi ia merasa tak di anggap sama sekali oleh gadis itu.
Penghinaan...
ini benar benar penghinaan. Apa menurut gadis itu apa yang telah ia lakukan kepadanya adalah hal yang biasa...?!
Rutuk Ibra di dalam hati sembari terus menatap Rea tajam.
" Rea tak merasa memiliki masalah apapun denganmu, jadi...
berhenti membuat masalah dan bersikap seolah olah kau sedang bermasalah dengannya...
atau....sebenarnya kau menyukainya ?! " sentak Niel sembari menatap Ibra penuh telisik.
Mendengar kata kata Niel, wajah Ibra sontak berubah merah padam.
" gadis seperti dia jelas bukan seleraku...." jawab Ibra dengan melotot.
Sementara Rea semakin menundukkan kepalanya dalam dalam.
Hatinya sungguh sakit mendengar semua yang di katakan Ibra barusan.
Matanya tiba tiba terasa panas dan dadanya berdenyut nyeri.
" kalau begitu berhenti membuat masalah dengan Rea....
atau kau akan bermasalah denganku " sentak Niel lagi sambil mendorong Ibra kebelakang kemudian ia menarik tangan Rea untuk bangkit dari duduknya.
" kau merasa tak memiliki masalah denganku Rea ?! "
tanya Ibra tiba tiba kepada Rea.
Tangannya tanpa sadar menarik salah satu tangan gadis itu.
Jadilah kini kedua tangan Rea di pegang oleh Niel dan Ibra.
Tubuh Rea kian gemetaran, keringat dingin membasahi keningnya.
" apa apaan kau...siapa kau berani menyentuh tangannya ?! "
sentak Niel sambil menyentak tangan Ibra dari pergelangan tangan Rea hingga terlepas.
Kemudian ia menarik Rea ke padanya dan menyembunyikan gadis itu di balik tubuhnya.
Mata Ibra semakin melebar dan memerah karena menahan amarah.
" lalu siapa kau berani melarang melarangku ?! " Ibra tak mau kalah.
" apakah kau bodoh atau tolol ?! Haruskah ku perjelas padamu siapa aku baginya hah ?! " sentak Niel lagi.
Wajah Ibra semakin merah padam, matanya memerah.
Ia hendak merangsek maju dan memukul Niel jika saja Arhan dan Sandy tak segera memegangi tubuhnya.
" Niel...kumohon, ayo pergi..." terdengar suara pelan dan bergetar dari arah belakang Niel.
Niel segera menoleh dan ia terkejut melihat wajah Rea yang sudah memucat.
Bahkan jemari gadis itu yang mencekal pergelangan tangannya terasa dingin.
" Rea...kau baik baik saja ?! " tanyanya dengan cemas sembari menggenggam jemari gadis itu kemudian mengusapnya lembut.
" iya...." jawab Rea pelan sambil mengangguk.
Tapi tak lama.
Brugh....
Tubuh gadis itu limbung dan jatuh tergeletak di lantai.
" Rea....!! " pekik Niel dan sontak pemuda itu meraup tubuh yang tergeletak tak berdaya di lantai itu.
Sama dengan Niel,
Ibra tiba tiba merasa khawatir melihat hal itu. Ia ingin mengejar Niel yang membopong tubuh Rea menembus kerumunan.
Tapi Langkah Ibra urung karena Tomy menghentikan langkahnya.
" ada apa ini sebenarnya ?! " kau tdak sedang berebut gadis itu dengan Niel kan Bra...?! "
Tanya Tomy yang sontak menghentikan langkah Ibra. Ibra menatap tajam kepada Tomy.
" apa maksudmu ? " tanya Ibra.
" tidak ada, aku hanya merasa sedikit penasaran melihat sikapmu.
Kau sudah seperti cacing kepanasan saja setiap kali melihat Rea bersama Niel.
Dan sekarang...
Hanya karena gadis itu kau hampir saja berkelahi dengan Niel "
Bugh.....
Sebuah pukulan mendarat di pipi Tomy hingga membuat sudut bibir pemuda itu berdarah.
" Bra kau...." Tomy menunjuk Ibra dengan wajah marah, ia tak terima di pukul Ibra tanpa ia tahu apa salahnya.
" tutup mulut busukmu itu Tomy, aku muak mendengarnya " sentak Ibra.
" kau yang harus menutup mulutmu itu, memangnya apa salahku sehingga kau memukulku ?!
apa karena gadis miskin itu ?! " ejek Tomy lagi.
" Sialan kau...sudah ku bilang tutup mulutmu yang busuk itu Tomy " teriak Ibra lagi sambil bersiap menghajar Tomy.
Tapi lagi lagi gagal karena ia di pegangi oleh teman temannya yang lain.
" Bra..kendalikan dirimu, ini di kantin.
Lihat...kalian menjadi tontonan mereka " Sony berbisik di telinga Ibra.
Ibra menoleh ke sekitarnya.
banyak siswa yang sudah berkerumun di kantin ini dan menjadikan dirinya juga Tomy sebagai pusat perhatian.
Ibra tak menyadari jika dirinya telah menjadi bahan tontonan para siswa itu bahkan sejak tadi.
Ibra mengibas pegangan Sony pada tubuhnya dengan kasar dan segera berlalu pergi dari tempat itu.
Tak ia hiraukan semua tatapan mata yang menatap aneh dan penuh tanya kepadanya.
" apa dia sudah gila karena Rea ?! " rutuk Tomy.
" Tomy....sudahlah, mungkin dia sedang ada masalah "
Thor.. endingnya jangan biarkan Ibra kenapa2 ya 🙏🙏🙏
dans segera pertemukan mereka 👍😢
tunggu Rea merawatmu..
❤❤❤❤❤
aku kok jadi gemezzzz ama Niel..
bisa2nya dia bikin berita hoax..
❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
❤😉😉😉😉❤❤❤❤❤
ikuti akun Rea..
cari di yogya..
kalian akan bertemu...
perjuangkan cintamu..
kalo gak ngerti cinta atau bukan..
minimal ranggung jawab atas rasa bersalahmu..
❤😉😉😉😉😉❤❤❤❤❤
apakah Rea pernah hamil..
aaahhh..
masih musteri..
penasarannnn..
❤❤❤❤❤
Apakah itu Ibra yg melihat Rea lagiii?? 🤩🤩🤩🤩