Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sean yang merupakan ketua genk motor tersohor sangat mencintai Yun, pria itu juga posesif pada Yun. Yun juga memiliki perasaan yang sama, walau sering dibuat jengkel oleh sifat kekanakan pria itu. Mereka bahagia memiliki satu sama lain, tapi...
Semuanya berubah kala Yun harus pergi, kondisi keuangan keluarganya merosot tajam. Yun tak ingin pergi, ia ingin bersama Sean. Tapi Sean berubah, pria itu membuatnya memutuskan untuk pergi dari sisinya. Ia mencoba memulai kehidupan baru dengan kepribadian baru, ia pun bertemu pria berkepribadian tak tersentuh. Sama dengan Sean, pria itu adalah anggota genk motor di kota itu. Saat pria itu tak sengaja mendekatinya, semua orang jadi menjodoh-jodohkan mereka, Yun pun memutuskan untuk dekat dengan pria sekali lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I Can't Let You Go!!
"Kenapa, Sean?" Tanya pria itu, membuat Sean menunduk. Ia tengah berhadapan dengan Stuart, ketua dari semua pimpinan EXO. Berbeda dengan DS dan genk di kota ini, EXO adalah genk yang terorganisir di kota mereka. DS adalah salah satu genk yang cukup besar di kota ini, sedangkan EXO adalah kesatuan genk yang tersebar di seluruh kota. EXO memiliki ribuan anggota yang dipimpin oleh 12orng pemimpin yang masing-masing memiliki daerah pimpinan, tapi tetap dengan ketua yang sama. Stuart adalah ketua dari 11orng lainnya, dia adalah pemimpin yang cerdas, bijaksana, dan yang paling berkuasa atas EXO. Semua yang terjadi pada genk itu, rencana, perubahan, atau apapun harus dilaporkan padanya, termasuk rencana penyerangan. Meskipun semua dibawah kendali dirinya, tapi selalu ada saja yang seolah mengambil kendali dirinya. Dari 12orng itu kini hanya tersisa 9orng, termasuk dirinya, Sean, dan Kai. Berbagai alasan mundur mereka tak terlalu diambil pusing, yang penting EXO tetap ada dibawah kendalinya. Sebenernya sulit mengendalikan orang sebanyak itu, tapi berkat kepemimpinan dan bantuan mereka, tak terlalu sulit untuknya melakukan hal itu.
Sean adalah salah satu anak kesayangan Stuart, pria yang paling muda diantara yang lain itu memang memiliki tempat tersendiri di hati Stuart. Dulu Stuart sempat mempercayakan Sean sebagai pemimpin salah satu kelompoknya, awalnya ia terlihat bisa mengendalikan semuanya. Tapi semuanya kacau, saat Sean kehilangan gadis yang ia sukai, yang tak lain adalah Yun. Situasi semakin tak terkendali, saat Sean mulai mabuk-mabukan. Dengan terpaksa, Stuart menyerahkan kepemimpinannya pada Kai, salah satu teman terbaik Sean. Meskipun begitu, Stuart harap, Kai hanya sementara menempati posisi itu. Kai memang bisa diandalkan, tapi jiwa kepemimpinan kurang. Selain karena dia sudah memiliki daerahnya sendiri, Kai sangat tak tegas, berbeda jauh dengan Sean. Stuart selalu berharap, Sean seperti dulu lagi. Tapi ia tak bisa melakukan apapun, saat melihat Sean benar-benar menyerah untuk mendapatkan Yun. Stuart tak terlalu mengharapkan Yun kembali pada Sean, jika Yun memang tak mau kembali, ia takkan memaksa. Ia hanya berharap, Sean bisa belajar untuk dewasa kala itu. Tapi lagi-lagi harapannya bagai angin lalu, Sean malah semakin terpuruk tiap harinya. Bahkan saat Stuart menurunkan jabatannya, Sean tak memedulikan itu.
"Bisa jelaskan apa yang terjadi?" Tanya Stuart, Sean hanya melirik Kai tajam. "Chan yang memanggilku, Kai takkan berani melaporkanmu." Ujarnya, membuat Sean kembali diam.
"Kalian berdua tak mau menjelaskannya, apa aku harus bertanya pada Yun yang berada didalam?" Tanya Stuart, Sean hanya menggigit bibirnya, Kai melirik Sean melalui ekor matanya. "Sepertinya aku memang harus bertanya padanya, ya?" Ujarnya sambil berjalan terlebih dahulu, Sean dan Kai saling melempar tatapan, lalu segera mengikuti Stuart.
"Sore, Yun!!" Sapa Stuart, membuat Yun yang tengah duduk langsung berdiri. "Kau ingat aku?"
"Kak Stuart...?"
Stuart tersenyum, ia memeluk gadis itu. "Kau tak melupakanku rupanya, aku terharu."
Yun menghela nafas, semua anggota EXO memang mengenalnya dan dikenalnya, terutama Stuart. Mereka cukup dekat, tapi semuanya berubah setelah kejadian itu. Yun pernah berpikir itu semua rencana EXO, karna ia terlalu mengekang Sean, tapi nyatanya itu adalah rencana ayahnya.
"Kamu, apa kabarnya?"
"Ba-baik." Jawab Yun, agak ragu. "Kak Stuart, ngapain kesini?" Tanyanya lagi, nadanya terdengar sama. Yun hanya takut, Stuart ikut menyerang DS. Ia akan memohon kalau itu terjadi, karna Yun tau, Sean adalah adik kesayangan Stuart.
Stuart duduk disamping Yun, membuat Yun refleks ikut duduk. "Aku hanya ingin melihat kota adikku, apa tak boleh?"
"Ah, itu..."
Yun terlihat meragukan ucapan Stuart, tapi ia sungguh tak bisa berpikir untuk membuat Stuart mengatakan hal yang menjadi tujuannya kemari.
"Ada yang ingin kau katakan? Jangan takut, katakan saja!!" Ujar Stuart, penuh senyuman. Pria itu tak banyak berubah, masih membuat Yun nyaman saat bersamanya. Yang bilang pemimpin genk motor menyeramkan pasti akan langsung berubah pikiran bila bertemu dengan Stuart, ketua pimpinan EXO berwajah babyface itu sungguh baik, sangat sesuai dengan wajahnya yang tampan bak malaikat.
"Kak, Kak Stuart gak akan nyerang DS juga, kan?" Tanya Yun, pelan.
"Nyerang DS? Maksudnya?" Tanya Stuart, tak mengerti. Ia menatap Chandra yang tak memberitahukan itu padanya, ia hanya mengetahui bahwa beberapa anggota mereka dipanggil Sean, tanpa mengetahui tujuan mereka. Jadi, tujuan pria itu memanggil mereka untuk menyerang anggota genk kota ini?
Chandra hanya bisa diam, tanpa bisa bicara sedari tadi. Ia tentu tau Stuart akan datang, tapi ia tak mengira akan secepat itu ia datang. Apa karna Sean adalah adik kesayangannya? Apa karna Stuart khawatir pada Sean? Atau apa karna Stuart tak memiliki kerjaan lain? Entah, Chandra tak tau alasan Stuart datang secepat itu. Yang jelas, ia hanya tak mau melihat Kai pusing memikirkan Sean yang seperti remaja labil.
"Jadi Kakak gak tau sama sekali soal penyerangan DS? Kak Sean yang merencanakan semuanya?" Tanya Yun, kaget. Baru kali ini Yun tau, Stuart bisa menjadi orang yang tak tau apa-apa soal ini.
Stuart menghela nafas, ia menatap Kai dan Sean yang berdiri tak jauh darinya. "Kenapa? Ingin menjelaskan sesuatu?"
"Ma-maaf, Bang, ini salah gw." Ujar Kai, Sean menatapnya tak percaya. "Gw terlalu ngikutin cara Sean, gw jadi semakin larut mengikuti maunya." Ujarnya, lagi.
Stuart menatap Sean yang menunduk, mereka kini terlihat seperti sedang berhadapan dengan seorang guru killer yang mengetahui anak didiknya telah berbuat keonaran diluar sana. "Ada yang ingin kau katakan, Sean? Kenapa kau melakukannya? Untuk Yun?"
"Karna Dega, Bang." Jawab Sean, agak ragu. "Karna Dega udah rebut Yun dari gw, dia gak pantas sama Yun, dia terlalu penakut untuk Yun."
"Terus, loe sendiri cukup berani?" Tanya Stuart, membuat Sean bungkam. "Loe sendiri berani ngadapin rasa takut loe?" Tanyanya, lagi. "Loe berani ngadepini bokap Yun, huh?"
"Bang...?"
"Sean, Yun itu punya orangtua, punya ayah dan ibu. Kan loe gak berani sama bokapnya? Bukannya itu sama aja?" Ujar Stuart, Sean menggigit bibirnya. "Loe bahkan gak lebih baik dari Dega, memangnya loe siapa bisa bawa Yun tanpa restu orang tuanya, huh? Loe mau misahin Yun dari orangtuanya?"
"Tapi gw cinta dia, Bang, gw suka dia."
"LOE bahkan belum bisa bedain mana cinta dan obsesi, dan loe berani bilang kalo loe cinta dia?" Ujar Stuart, semua orang disana kaget, karna baru kali ini Stuart membentak Sean.
"Memang apa yang Abang tau dari cinta? Gw yang ngerasain, Bang."
"Loe pikir cuman loe yang pernah jatuh cinta, huh?" Bentak Stuart, lagi. "Loe udah dewasa, jangan bertindak kekanakan, Sean!! Lihat dia, lihat Yun!!" Ujar Stuart sambil menarik Yun, membuat Sean menatapnya. "Loe lihat Yun bahagia sama loe? Dia senang sama loe? Dia sama kayak dulu?"
Sean menatap Yun, ia akui, gadis itu berbeda dengan yang dulu, gadis yang menyukainya, mencintainya, bahkan rela dibenci ayahnya sendiri, Yun tak seperti itu lagi. Yun telah berubah, Yun tak menyukainya sebanyak dulu, Yun malah terlihat takut padanya, tertekan meskipun baru beberapa jam mereka bersama.
"Sean, gw ngerti gimana perasaan loe, gw ngerti. Tapi kalau loe benar-benar cinta Yun, loe harusnya bisa nerima kalau Yun mencintai orang lain, Yun bahagia dengan orang lain."
"Tapi..."
"Dega kan orangnya? Dega yang dulu ingin bergabung dengan kita, yang loe bully habis-habisan karna terlalu penakut, yang gak loe izinin masuk ke kelompok kita?" Ujar Stuart, Sean mengangguk pelan. "Loe gak terima Dega bersama Yun? Atau tak terima Dega menang dari loe? Atau bahkan loe gak terima Dega berada di posisi yang sama kayak loe dulu?"
Sean hanya diam, semua tebakan Stuart sepertinya benar. Stuart begitu mengenalnya, Stuart memperhatikannya. Tapi ia tak bisa kehilangan Yun, ia sungguh menyayangi gadis itu. Ia ingin melihat senyuman gadis itu, tatapan tajamnya saat marah, dan bibir mengerucutnya saat ngambek, Sean merindukan itu semua. Apa Sean harus merelakan Yun? Apa benar perasaannya hanya obsesi ingin menang dari Dega? Apa ia bisa bahagia tanpa Yun disisinya? Selama ini ia tak pernah mencoba melepaskan Yun dari pikirannya, bahkan tak ada niat sedikitpun untuk mencari pengganti Yun, meskipun banyak yang rela melemparkan diri padanya.
Stuart menghela nafas, tentu saja ia mengerti, melepaskan Yun sangat berat untuk Sean. Kesempatan melihat Sean seperti dulu juga rasanya sudah tak mungkin lagi, Sean telah banyak bergantung pada bocah SMP yang sekarang bahkan hampir menyetarainya. Tapi Stuart tak bisa mengorbankan perasaan orang lain, Sean juga harus mengerti bahwa tak semua hal bisa ia miliki.
"Maaf, Yun!!" Ujar Sean, pelan. Pria itu menarik Yun, memeluk gadis itu cukup erat.
"Sean..."
Stuart mengangkat tangannya, Kai langsung diam di tempatnya, Chan memalingkan wajahnya.
"Aku tak bisa melepasmu..."
spirit thor