Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Nando dan Mahira sudah sampai rumah, rumah masih dalam keadaan sepi. Meera masih di rumah sakit anak -anak Nando masih menuntut ilmu.
Nando mencoba untuk menghubungi Meera . Sehari tak berjumpa Meera membuat Nando merindukan Meera.
Waktunya bersama Meera memang berkurang, namun rasa cintanya kepada Meera tidak pernah berkurang.
Tut....
Tut....
Tut....
Panggilan pertama tidak diangkat oleh Meera mungkin Meera masih sibuk. Nando tidak menyerah. Nando mencoba menghubungi Meera kembali. Dan sambungan kedua baru di angkat oleh Meera.
"Hallo mas," sahutan Meera
"Hallo sayang,aku sudah sampai di rumah. Dan kebun teh kini sudah terjual."
" Benarkah Mas? Aku senang mendengarnya Mas."
"Katakan sayang apa yang kamu inginkan? Mas akan menuruti apapun yang kamu inginkan sayang." Ucap Nando
" Kamu tanya Mahira saja Mas, apa yang Mahira inginkan!"
Nando menghela nafas kasar " Jika kita berdua bisa tidak kamu tidak sebut nama orang lain di antara kita! " Pinta Nando dengan kecewa atas respon Meera.
Nando langsung mematikan teleponnya,lalu membanting ponsel nya. Nando benar-benar kecewa karena Meera tidak mengerti keinginan Nando. Nando hanya ingin menikmati moment -moment bersamanya tanpa membawa-bawa orang lain.
Prang.........
Suara gaduh dari luar membuat Nando keluar kamar. Ternyata suara gaduh itu ulah Dinda putrinya. Dinda membanting semua perkakas didekat nya.
"Arrrrrrrrgh......."
Dinda teriak untuk meluapkan emosi nya , kecewa itu sudah pasti Dinda rasakan.
"Dinda, apa yang telah kamu lakukan?" Tanya Nando. Dinda langsung menoleh ke arah suara yang menegurnya. Ya suara papa nya.Papa nya yang menegur Dinda.
"Seharusnya kau membawa pelakor ini pergi dari sini! Papa tahu betapa menderitanya Mama kan Pa? Bawa jauh-jauh pelakor ini Pa!" Bentak Dinda.
Mahira ketakutan. Nando mendekati putrinya mencoba untuk menenangkan Dinda , namun Dinda semakin histeris. Mahira sadar bahwa kehadiran nya dirumah ini hanya menorehkan luka pada semua keluarga ini.
"Ini semua salah Papa!" Teriak Dinda sambil menangis tersedu-sedu di pelukan Nando.
Nando memeluk Dinda dengan erat untuk memberikan kehangatan, cinta kasih untuk putri nya.
"Sabar sayang, Papa akan segera menyingkirkan Mahira. Tapi Papa mohon kamu bersabar." Bisik Nando sambil mengelus punggung putri nya.
Dinda masih menangis di pelukan Nando. Para pembantu di rumah itu mulai bersimpati pada kondisi keluarga bos mereka. Tak sedikit dari mereka memandang sinis ke arah Mahira. Padahal Mahira adalah korban. Tapi masih saja di anggap duri di keluarga ini.
Mahira kembali ke kamar nya. Mahira luapkan perasaan nya di kamar nya. Air mata Mahira sudah lolos sedari tadi. Tak ada hari dimana pipinya selalu basah karena air matanya yang lolos.
Mahira serba bingung ,serba salah. Jika Mahira pergi bagaimana dengan bayi twins nya, sedang jika tidak pergi dia akan menjadi duri di keluarga ini.
"Nak , ibu harus bagaimana? Apa ibu harus pulang kampung? Tapi bagaimana dengan nasib kalian? Kalian masih membutuhkan sosok ayah." Gumam Mahira sambil mengelus perut nya.
Krieettt
Suara pintu terbuka. Mahira langsung mengusap air matanya. Rupanya Nando yang datang dengan membawa koper besar.
"Ra, kamu harus pindah dari rumah ini! Kamu sudah melihat sendiri kan bagaimana terpuruk nya Dinda putri kesayanganku."
Mahira mengangguk. Nando membantu Mahira memasukkan barang - barang milik Mahira yang tak begitu banyak.
Cukup berat Mahira meninggalkan rumah ini karena Meera selalu baik padanya. Tapi Mahira harus memikirkan anak-anak Nando yang sangat membenci kehadirannya.
Setelah beberes, Nando mengantar Mahira keluar, sebelum keluar Mahira menemui Bi Inem.
" Bi, saya pamit, ya Bi ."
"Yang sabar ya Non,!"
"Makasih Bibi sudah perhatian dan selalu bersama mahira."
"Non, harus kuat, percayalah Non keadilan pasti akan datang!"
Mahira mengangguk, setelah itu mereka berpelukan salam perpisahan. Bi Inem menatap Mahira yang keluar dengan perasaan iba. Sedangkan Nando menunggu Mahira di mobil.
Akhirnya mereka berangkat menuju ke suatu tempat. Nando sudah menyiapkan rumah untuk Mahira.
Dalam perjalanan Mahira menatap arah jendela, Mahira melamun memikirkan nasibnya yang Ter ombang ambing tak jelas. Nando menggenggam erat tangan Mahira seolah ingin memberikan kekuatan pada Mahira.
"Ra, aku akan datang menemui mu 3 hari sekali dan menginap di rumah mu. Kamu jangan khawatir!"
Mahira mengangguk, Mahira menyandarkan kepalanya ke pundak Nando. Mahira teringat kalau hari ini ada jadwal kontrol .
"Tuan, saya hampir lupa jika hari ini ada jadwal untuk kontrol Tuan," Ucap Mahira
"Ra, maafkan aku hari ini aku tidak bisa mengantarkan mu. Aku sudah ada janji untuk bertemu dengan seseorang , bagaimana kalau lain kali ya?"
Mahira mengangguk, sepertinya Mahira harus berangkat kontrol sendiri. Setelah ini Mahira tidak mau memaksa Nando yang sudah berusaha baik padanya.
Setelah sampai Mahira dibuat shock. Perumahan kumuh dan berdesak -desakkan .
Apakah Nando yang kaya raya akan memberikan rumah kumuh ini padanya. Bukannya Mahira tidak tahu terimakasih. Namun apakah pantas seorang Nando yang kaya raya memberikan sebuah rumah reot untuk Mahira. Sedangkan Nando memberikan fasilitas kemewahan untuk Meera. Padahal mereka sama-sama istri Nando.
"Ra, rumah ini milikmu, kamu akan tinggal disini. " Ucap Nando.
Benar rumah yang sangat kumuh dengan t**i ayam yang berserakan di halaman serta dinding dari papan kayu sebagai temboknya.
"Kamu tidak suka?" Tanya Nando.
"Su... suka ,tuan ," Mahira terpaksa berbohong.
Pak Ibnu membukakan pintu, sedangkan Nando merasa sangat jijik ketika mau masuk. Di dalam hanya ada perabot sederhana dan karpet menjadi alas lantainya.
" Kamu tinggal disini dan 3hari sekali aku akan datang dan menginap." Ucap Nando. Nando sudah merasa tidak nyaman di situ, ruangan yang pengap, serta bau yang kurang sedap.
Pak Ibnu menaruh koper Mahira di dalam, setelah itu Nando berpamitan pulang. Mahira melihat kepergian mobil mewah Nando sampai tidak terlihat. Setelah itu Mahira bersih-bersih rumah barunya.
Pak Ibnu sebagai seorang pria merasa bahwa perlakuan Bos nya itu sudah cukup keterlaluan.
"Tuan, apa tidak apa-apa Nyonya Mahira tinggal disana?" Protes Pak Ibnu.
"Bukankah rumah Mahira di kampung seperti itu bahkan lebih buruk karena hanya berdinding kan dari anyaman dan lantai nya pun dari tanah. Bukankah rumah yang aku beri itu sudah lebih layak dari rumahnya yang di kampung.!"
Pak Ibnu terdiam karena tidak mau berdebat lagi dengan Bos nya yang tidak ber perasaan.
Terkutuklah Tuan Nando yang telah tega memperlakukan istri mudanya yang sedang hamil seperti itu.
Nando mendapat telepon dari calon pembeli kebun teh nya. Nando tersenyum saat Mister Serhan meminta nya untuk bertemu dengan Nando. Nando langsung menyuruh Pak Ibnu untuk menuju ke apartemen milik Mr Serhan
********
sakit hati ku baca nya...
semoga ending nya Mahira dgn laki² lain yg lebih menyayangi nya dgn tulus...
semangat Kaka.. karyamu bagus..