NovelToon NovelToon
Azizah Dikira Miskin

Azizah Dikira Miskin

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Azizah pura pura miskin demi dapat cinta sejati namun yang terjadi dia malah mendapatkan penghinaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15 masa lalu Romi dan azizah

Di halaman rumah yang penuh dengan rerumputan hijau, Azizah kecil duduk bersila di bawah pohon mangga yang rindang. Angin sore berhembus lembut, menggoyangkan anak rambutnya yang keluar dari kunciran. Dia memegang dua boneka kecil yang sudah mulai lusuh.

"Rom, main yuk!" seru Azizah dengan suara riang, matanya berbinar menatap sahabat kecilnya.

Romi yang sedang duduk di atas tanah dengan kaus lusuhnya menoleh dan menggaruk kepalanya. "Main apa, Zah?"

Azizah mengangkat boneka-bonekanya dengan semangat. "Main boneka-bonekaan!"

Romi mendengus, tapi akhirnya tersenyum. "Ya udah, ayo."

Azizah segera menyodorkan satu boneka kepada Romi. "Ini Luna, ini Tiko. Kamu jadi suami aku, aku jadi istri kamu, terus kita besarin anak kita sama-sama, ya?"

Romi mengangguk polos. "Ayo."

Azizah pura-pura menata dapur kecilnya dengan piring plastik dan cangkir-cangkir mini. "Sekarang kamu kerja dulu. Aku buatin teh dan jagain Tiko sama Luna."

Romi mengambil cangkul-cangkulan mainannya dan mulai mencangkul tanah di dekat Azizah. Debu-debu halus beterbangan, membuatnya sedikit batuk. Azizah, dengan tangan mungilnya, sibuk menuang air ke dalam cangkir kecil, seolah-olah sedang menyeduh teh sungguhan.

"Nih, Bang, teh manisnya udah jadi!" katanya dengan senyum lebar.

Romi menerima cangkir plastik itu dan berpura-pura meniupnya sebelum meneguk. "Hmm, enak banget!" katanya dengan mata berbinar.

Mereka tertawa bersama, tanpa menyadari bahwa waktu terus berjalan.

Lima belas tahun kemudian...

Di tepi danau kampus yang tenang, suara gemericik air terdengar lembut, berpadu dengan suara burung-burung yang sesekali berkicau di dahan pohon. Matahari senja mulai meredup, mewarnai langit dengan jingga keemasan. Azizah berdiri di tepi danau, jilbab merahnya berkibar tertiup angin sore. Dia menatap Romi dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa kamu ngajak aku ke sini, Rom?" tanyanya pelan.

Romi menghela napas dalam, menatap perempuan di hadapannya dengan penuh keraguan dan harapan. Tangannya perlahan mengeluarkan setangkai mawar merah dari balik jaketnya. Aroma mawar itu bercampur dengan semilir angin sore yang menusuk perasaan.

"Zah, gue cinta sama lu," ucap Romi, suaranya bergetar.

Azizah terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. "Maaf, Romi... Aku nggak bisa pacaran. Itu dilarang dalam agama."

Romi menatapnya, matanya penuh keyakinan. "Aku nggak ngajak kamu pacaran, Zah."

Azizah mengernyitkan dahi. "Terus apa?"

Romi menarik napas panjang sebelum mengucapkan kata-kata yang sudah lama tertahan. "Aku mau menikah dengan kamu, Zah."

Azizah terkejut. Ada keheningan yang panjang. Angin sore membawa aroma tanah basah, seolah-olah menambah beban dalam pikirannya. Dia menunduk, memainkan ujung jilbabnya dengan jari.

"Nggak bisa, Rom. Aku sudah punya calon," jawabnya lirih.

Jantung Romi seakan berhenti berdetak. "Siapa, Zah? Cuma aku yang pantas sama kamu. Aku mencintaimu sejak TK. Hanya kamu wanita yang aku cintai."

Azizah mengangkat wajahnya, menatap Romi dengan mata yang lembut, tapi tegas. "Tapi, Rom, menikah bukan hanya karena kita sudah kenal sejak kecil. Harus ada rasa."

"Jadi... kamu nggak punya rasa buat aku, Zah?" suara Romi terdengar rapuh.

Azizah tersenyum kecil, namun ada kesedihan di matanya. "Maaf, Rom... Aku hanya menganggapmu sebagai sahabat, tidak lebih."

Tanpa menunggu balasan, Azizah melangkah pergi, meninggalkan Romi yang berdiri kaku di tempatnya. Angin sore bertiup lebih dingin, membawa serta aroma danau yang tiba-tiba terasa lebih sepi. Mawar merah di tangannya perlahan layu, seiring dengan hancurnya harapan di hatinya.

Azizah, kenapa lu tinggalin gue, Zah?" suara Romi lirih, penuh kesedihan.

"Bos... bos, bangun!" suara David menggema, mengguncang bahu Romi.

Mata Romi terbuka. Nafasnya memburu. Ah, ternyata tadi hanya mimpi. Mimpi yang tak pernah terwujud.

Ia memijit pelipisnya dan menatap David dengan kesal. "Kalau saja lu nggak kompeten, udah gue pecat lu," gerutunya, kesal karena mimpi indahnya terganggu.

David hanya bisa tersenyum kecut, sementara Romi kembali menatap kosong, seakan masih terjebak di masa lalu yang tak bisa ia ubah.

..

"Ada apa lagi sih, lu bangunin gue?"Romi mengerjapkan mata, suaranya berat oleh kantuk. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, enggan beranjak dari tempat tidur.

"Biasa, Bos. Ada meeting, Bos,"jawab David, berdiri tegap di ambang pintu, ragu sejenak sebelum bicara.

"Emang lu nggak bisa handle apa?"Romi mendengus, matanya masih setengah tertutup.

"Ini pertemuan penting, Bos. Andi Pratama juga hadir,"kata David dengan nada lebih hati-hati.

"Alah, ngapain lagi itu orang datang?"Romi langsung membuka mata lebar-lebar, rahangnya mengeras.

"Bos, kenapa kamu benci banget sama keluarga Pratama?"David akhirnya mengutarakan rasa penasarannya.

"Udah. Jangan tanya tentang Pratama."Nada suara Romi turun satu oktaf, dingin dan penuh peringatan.

Berikut versi yang lebih showing, dengan tambahan monolog untuk memperkuat emosi dan konflik batin Romi:

Romi Aditama menghela napas pelan. Setiap kali nama itu disebut, bayangan Azizah selalu datang tanpa diundang. Dan setiap kali Azizah hadir di kepalanya, luka lama kembali menganga, semakin dalam, semakin menyakitkan. Inilah alasan sebenarnya mengapa ia menjaga jarak dari keluarga Pratama—tidak bersaing, tidak juga bekerja sama. Hanya menghindar.

Ia melirik ke luar jendela kantornya, memandangi gedung-gedung tinggi yang membentang luas. Dulu, ia tidak pernah membayangkan dirinya duduk di posisi ini—pewaris tunggal keluarga Aditama, CEO di usia yang masih muda. Sejak kecil, ia bukanlah anak yang mudah diatur. Bandel, urakan, sering terlibat tawuran. Teman-temannya dulu bilang, Romi bukan sekadar berani—dia gila. Pernah dengan sengaja mencari gara-gara hanya untuk merasakan bagaimana rasanya dipenjara. Dan ketika akhirnya benar-benar masuk sel untuk pertama kalinya, bukannya kapok, ia malah tertawa.

Tapi ada satu hal yang selalu berbeda. Azizah Pratama.

Cinta pertamanya. Obsesinya. Luka yang tak pernah benar-benar sembuh.

Ia masih bisa mengingat senyum gadis itu, suara tawanya yang dulu akrab di telinganya. Azizah yang dulu begitu dekat, begitu hangat, begitu… miliknya. Sampai akhirnya, ia memilih menikah dengan orang lain. Saat itulah, Romi merasakan sesuatu dalam dirinya mati. Sejak hari itu, ia membenci Azizah. Membenci semua hal yang berkaitan dengannya.

Namun, anehnya… di balik kebenciannya, ia tetap diam-diam mengawasi perempuan itu.

Sungguh sial. Romi bahkan tak tahu apakah ia masih mencintai atau benar-benar membenci. Yang jelas, semakin ia berusaha melupakan, semakin kuat bayangan Azizah menghantuinya. Seperti luka yang selalu kembali berdarah setiap kali hendak sembuh.

Sejak hari pernikahan itu, Romi berubah drastis.

Dulu ia hangat, periang, penuh candaan. Sekarang, ia dingin, gila kerja, dan tak kenal belas kasihan. Tapi satu hal yang tetap tak berubah—ia menghargai kerja keras. Karyawan yang berprestasi selalu digajinya dua kali lipat, bukan karena iba, tapi karena ia tahu, kerja keras harus dihargai.

Romi menutup matanya sejenak. Lalu menghela napas panjang.

"Bos, dia sekarang tinggal di keluarga Pratama," ujar seorang informan dengan suara hati-hati.

"Oke." Romi menjawab datar, tanpa ekspresi.

Tapi dalam hatinya, gelombang emosi mulai bergejolak.

Azizah… oh, Azizah…

Kenapa kamu selalu hadir dalam benakku? Kenapa aku tak bisa melupakanmu? Sudah bertahun-tahun, tapi bayanganmu tetap ada. Menyiksa. Menghantuiku di setiap waktu senggang, di setiap malam sunyi.

Sekarang kamu pasti disia-siakan suamimu. Aku tahu itu. Aku tahu tak ada yang bisa membahagiakanmu selain aku. Sudah aku bilang, hanya aku yang bisa. Hanya aku yang akan.

Tapi kamu malah memilih orang lain.

Romi mengepalkan tangan, rahangnya mengeras.

Haruskah aku kembali padamu?

Tapi… kamu sudah jadi milik orang lain. Kamu bekas orang lain. Apakah aku mau menerima itu?

Ia menghela napas panjang, matanya menerawang kosong.

"Bos… Bos!"David memanggil sambil mengetuk meja kerja Romi.

Romi tersentak, lalu menatap David dengan tatapan kesal. "Lagi-lagi lu! Kenapa sih selalu bikin kaget gue?"

David menyilangkan tangan di dada, matanya menyipit penuh selidik. "Bos, lu kenapa sih akhir-akhir ini sering ngelamun?"

Romi mendengus, menyandarkan tubuh ke kursinya. "Kenapa sih lu kepo banget sama gue?"

David menyeringai. "Jelas gue harus kepo, Bos. Gue ini sekretaris lu yang paling baik."

"Berisik banget lu!"Romi melirik tajam, tapi David tetap santai.

"Bos, Nyonya Laras dari tadi nelpon gue. Katanya nelpon ke lu nggak diangkat-angkat."

Romi mendesah panjang. "Terus? Mau ngapain nyokap gue nelpon?"

David memainkan ponselnya sebelum akhirnya menatap Romi dengan ekspresi geli. "Keluarga Wijaya dari kota seberang malam ini datang ke rumah, Bos. Kayaknya sih… mau jodohin lu."

Romi menatapnya tajam, dahinya berkerut. "Astaga, emang gue nggak laku apa sampai harus dijodohin segala?"

David mengangkat bahu santai. "Maaf, Bos. Itu emang fakta."

Mata Romi menyipit tajam. "Sekali lagi lu ngomong gitu, gue lempar lu dari lantai sepuluh. Mau lu?"

David tertawa kecil, mengangkat tangan seolah menyerah. "Uset, gitu doang marah. Makanya buktiin kejantanan lu! Kayak gue dong, tiap minggu ganti pasangan."

Romi meliriknya penuh jijik. "Makanya lu penjahat kelamin. Kalau gue? Laki-laki sejati."

David menahan tawa. "Laki-laki sejati kok nggak punya cewek?"

1
hidagede1
bukan perbedaan wanita kaya atau wanita miskin, tapi keinginan menjadi seorang ibu, apakah mau atau tidak nya raka...
hidagede1
mata sumarni
hidagede1
menikahi susan kali ya?
hidagede1
bu jgn suka mimpi di siang bolong 🤪
SOPYAN KAMALGrab
jangan terlalu sempurna soalnya di indikasi novel di buat ai hehehe
hidagede1
maaf thor, mungkin posesif ya 🙏
Jumiah
lanjut thor yg panjang...trmks
hidagede1
depan altar? sebelum nya sama zizah?
hidagede1
banyak banget yang kaya gini, tetap menomor satu kan ibu walaupun sudah menikah, uang gaji yg pegang ibu, tp minya makan sama istri 🤦‍♀️
Rizky Sandy
kirain mantan istri yg datang,,,, kecewa
hidagede1
pengen tau gmna sikap nya bu sumarni kalo tau zizah anak dri anak pengusaha sukses seorang milyarder
hidagede1
Luar biasa
hidagede1
waktu zizah minta pembantu blng nya pemborosan, eee skrng dia minta prmbantu juga🤪
hidagede1
terbalik, kalo bukan zizah, raka bukan apa"😤
hidagede1
kalo bukan doa dan kontribusi seorang istri juga gak bakalan bisa sesukses ini bro...
hidagede1
laki" yg gak punya prinsip... mencla mencle😏
hidagede1
mmmh selembar sejuta? 🤔
Rizky Sandy
zizah g tau klau suaminya menikah lagi,,,,
Jumiah
Rommy cari tau dong kenapa azizah .
gk sma suamix tinggal ,dodol bangat Rommy...kejar cinta msa lalu mu
Ma Em
Tuh kan Azizah nya tdk apapa kan kalian keluarga pratama dan Aditama malah adu kekuatan dan pamer kekayaan , kalian harus akur karena mungkin tdk lama lagi kalian akan jadi besan 🤭🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!