Kisah ini mengisahkan tentang seorang gadis lugu dan seorang pilot playboy yang saling jatuh cinta. Pertemuan pertama mereka terjadi di dalam pesawat, ketika sang pilot memenuhi permintaan sepupunya untuk mengajak seorang gadis lugu, ke kokpit pesawat dan menunjukkan betapa indahnya dunia dari ketinggian, serta meyakinkannya untuk tidak merasa cemas. Tanpa diduga, pertemuan ini justru menjadi awal dari kisah mereka yang dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RUDW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First Impression
Kepolosan Clarissa menjadi hal yang begitu menarik bagi beberapa orang di kokpit, termasuk Mirabella. Kegemasan mereka pada gadis itu terus bertambah. Apalagi terdengar beberapa pertanyaan polos yang keluar dari bibir mungilnya.
Clarissa mendadak menjadi gadis yang cerewet. Dia heran melihat pilot dan kopilot tidak memegang kemudi pesawat bahkan beberapa kali memutar arah duduk ke belakang hanya untuk meladeni dirinya.
"Kenapa, kalian tidak memegang kemudi? Bagaimana kalau pesawat ini jatuh?"
Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari bibirnya lengkap dengan wajah super tegang.
Xander dan kopilot tertawa lucu. Belum juga mereka menjawab gadis itu kembali bertanya.
"Kenapa pesawat ini goyang, padahal tidak berjalan di jalanan rusak"
"Apakah kita akan jatuh? Mirabella bagaimana ini?" dia memegang erat tangan sang sahabat.
Kali ini suara ketawa mereka tiba-tiba pecah. Termasuk Mirabella yang menepuk jidatnya.
Jangan tanya pramugari tadi, dia mencebik seolah mencibir.
"Darling, kamu ini cuma pintar di kampus saja ya? Hal begini pun kamu tidak tahu?" tanya Mirabella gemas
"Kan kita tidak belajar soal pesawat di kampus" Jawabnya polos.
Xander melihat itu gemas. Kesan pertama bertemu gadis ini, selain wajahnya yang begitu cantik, dia juga sangat polos tetapi keingin tahuannya sangat besar.
"Tadi sedang terjadi trambulensi ringan, ada awan besar disertai angin yang lumayan kencang, makanya pesawat terasa berguncang" jelas xander singkat dan sederhana agar gadis itu paham.
Clarissa menatap lurus pada xander. Matanya berkedip-kedip dan terdiam sesaat. Kemudian mengangguk. Dia tersenyum manis.
"Ya, saya paham. Terima kasih"
"Sebaiknya, kalian kembali ke tempat duduk" saran Xander karena memperkirakan di depan sana cuacanya kurang baik. Tetapi, dia tidak menjelaskan detail khawatir gadis di sampingnya akan ketakutan.
"Kenapa? Bukankah sudah bagus kita berdiri di sini?" tanya Clarissa heran juga bingung
"Nona, kalau anda lama di sini, pilot dan kopilot bisa terganggu aktivitasnya" serobot sang pramugari membuat Xander dan Mirabella menatapnya tidak suka. Padahal tadi Xander sudah ingin menjelaskan.
"Oh begitu ya. Kalau gitu saya minta maaf sudah mengganggu anda berdua. Kami permisi dulu. Terima kasih" ucap Clarissa sungkan. Dia segera mengajak Mirabella pergi dari sana.
Seketika, Xander merasa seperti kehilangan. Dia menarik napas panjang menetralkan perasaan yang aneh. Dia tidak meladeni pramugari tadi yang tiba-tiba mengambil tempat duduk di belakang padahal tidak di suruh.
"Sebaiknya anda juga kembali ke tempat semula" seru Xander mencoba tenang
Mau tidak mau si pramugari kembali dengan perasaan kecewa.
"Kamu seperti sangat tertarik melihatnya " kelakar kopilot dengan kekehan renyah
"Siapa? Pramugari tadi?" alis Xander terangkat sebelah meladeni pertanyaan rekannya
"Hehehe.. bukan. Maksud saya, Clarissa "
"Ah masa sih. Biasa saja. Saya hanya mencoba mencoba bersikap baik padanya " elak Xander padahal dalam hati dia membenarkan perkataan rekannya.
Mengingat mata hijau Clarissa membuat dia terus membayangkan wajah manis gadis itu.
"Tapi jujur saya baru pertama kali bertemu gadis sepertinya. Kulit putih, rambut hitam bermata hijau, sangat cantik bukan. Keturunan ras mana dia. Saya tertarik padanya" lanjut kopilot berbicara membuat mood Xander tiba-tiba turun. Entah kenapa dia tidak suka rekannya mengagumi si gadis lugu dan polos tadi.
"Jangan main-main. Dia sahabat adikku" timpal Xander datar
"Ya, ya ya. Saya akan meminta persetujuan adik mu sebelum mendekati Clarissa "
Selanjutnya Xander tidak menghiraukan lagi perkataan pria di sebelahnya.
Sementara itu, di tempat Clarissa dan Mirabella keduanya kembali mengobrol ringan. Hal itu di lakukan agar Clarissa tidak tegang karena pesawat beberapa kali mengalami guncangan.
Mirabella memesan beberapa cemilan dan minuman. Karena perjalanan masih cukup panjang, dia ingin Clarissa betul-betul menikmati pengalaman pertama naik pesawat.
Clarissa beberapa menguap. Dia mengantuk.
"Semalam kamu tidak tidur nyenyak?" Mirabella merasa heran. Padahal semalam gadis itu pamit lebih awal untuk tidur. Tadi pagi juga sempat tidur lagi sebelum bersiap-siap.
Clarissa mengangguk dan tersenyum lugu "Aku terlalu tegang dan cemas sampai susah tidur semalem "
Mirabella terkekeh "Ya sudah. Tidurlah. Aku bangunkan saat kita tiba. Kamu butuh selimut? Biar aku pesankan pada pramugari "
Kali ini Clarissa menggeleng. Dia sudah cukup tahu, dari tadi apapun yang mereka pesan pasti akan diberi harga oleh pramugari.
"Tidak perlu, jaketku cukup tebal"
"Baiklah"
Mirabella juga ikutan tertidur. Tetapi dia sempat memberi pesan pada seorang pramugari agar membangun mereka lima belas menit sebelum mendarat.
Saat pramugari mengumumkan beberapa saat lagi mereka akan tiba di bandara tujuan, Clarissa ternyata sudah bangun lebih dulu. Kemudian, dia membangun Mirabella.
"Mira, bangunlah. Sebentar lagi kita akan sampai"
Merasakan guncangan pada bahu, Mirabella menguap dan mencoba membuka mata yang masih terasa berat.
"Sudah mau landing ya?"
Clarissa hanya menanggapi dengan anggukan. Hingga beberapa saat kemudian pesawat tersebut landing di Berlin Brandenburg Airport.
Rasanya sangat lega, begitu pesawat sudah berhenti dengan maksimal dan mereka diperbolehkan untuk keluar.
Clarissa tersenyum bahagia. Pengalaman pertama naik pesawat sangat berkesan baginya.
Dia dan Mirabella segera turun dan menuju tempat pengambilan barang bagasi.
"Nanti, kita pulang bareng kak Xander saja. Kebetulan searah dan rumah kita masih lumayan berdekatan" jelas Mirabella
"Maksud kamu pilot tadi? Tunggu, dari tadi sebenarnya aku sangat ingin bertanya. Jadi, dia benaran saudara kamu?" tanya Clarissa seperti masih tidak percaya. Teka-teki mengenai keluarga sahabatnya ternyata cukup menyita perhatian. Entah kenapa dia merasa Mirabella bukan gadis sembarangan.
"Iya. Orang tua kami saudara kandung. Tepatnya, mama dari kak Xander adalah kakak dari daddy ku" terang Mirabella membuat Clarissa sedikit paham.
Setelah mengambil bagasi, keduanya langsung berjalan menuju pintu keluar sambil menyeret koper masing-masing.
Di luar, mereka masih menunggu Xander yang belum muncul. Nampak hari mulai gelap. Sambil duduk di kusi tunggu, Clarissa berharap nanti dia di sambut baik oleh orang tua Mirabella.
"Hei, kenapa melamun darling?"
"Aku hanya berpikir bagaimana reaksi orang tua kamu saat melihat ku nanti?" ucap Clarissa jujur
"Hehehe.. tentu saja mereka senang. Selama ini, mereka hanya mendengar cerita tentang kamu dariku. Hari ini mereka akan bertemu langsung dengan gadis cantik, satu-satunya yang mau berteman tulus denganku. Mereka, pasti senang "
"Aku berharap begitu" Clarissa tersenyum lembut. Walau gugup atau pun panik, dia selalu bersikap tenang. Inilah yang paling disukai Mirabella. Ketenangan gadis itu membuat dia sangat nyaman berteman.
"Kalian sudah lama menunggu?"
Sebuah suara bariton pria tiba-tiba mengagetkan mereka. Setelah di tengok ternyata Xander.
Mata Clarissa dan Xander lagi-lagi bersua. Untuk sejenak keduanya saling bertatapan. Keteduhan mata gadis di depan sana membuat Xander betah menatap lama. Dia seperti terperosok dalam indahnya dua bola mata hijau Clarissa.
"Ehem.. jangan menatapnya lama, nanti bisa naksir.Dan aku benar-benar tidak akan setuju. Sahabat ku yang polos dan baik ini tidak cocok dengan kakak Xander yang playboy" Cerocos Mirabella membuat pandangan Clarissa dan Xander terputus.
"Ck, kau terlalu banyak bicara bocah. Lagian, siapa yang suka dengannya. Bukan tipeku" bantah xander tegas dengan wajah datar.
Mendengar itu, Clarissa sempat tertegun. Lalu tersenyum kembali 'Tidak masalah. Memang tidak ada pria yang menyukai diriku yang sederhana ini' batin Clarissa mencoba menenangkan diri.