tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemana?
Beberapa hari kemudian.
"haaah?? Ke Bali pak? Kapan? " tanya Diandra, ketika Putra mengatakannya pada Diandra.
"lusa Dian, nanti mbak Jelita akan mengurus tiket kamu, biasanya beliau yang pergi, tapi sedang hamidun, jadi kamu sajalah, sekalian tahu cabang perusahaan di sana. " jelas Putra.
Hening.
"Dian.. Kenapa? Apa ibu dan bapak kamu tidak akan mengizinkan? " tanya Putra. Sejenak Dian kaget.
"mmmm..bukan pak. "
"terus apalagi? "
"orangtua saya sudah meninggal pak. " jawab Diandra ragu mengatakan itu, toh dia emang belum tahu juga kalau pak Yudistira adalah ayah kandungnya. Dika yang mau masuk ke ruangannya tertegun mendengar itu, tangannya menggantung di handle pintu.
"maaf Dian, maaf saya turut berduka ya, jadi bagaimana? Bisa kamu pergi. "
"nggak apa apa pak, saya bisa pergi, tapi saya belum pernah naik pesawat. " jawab Diandra jujur, dari kota J ke sini, dia naik kereta selalu.
"aman itu, aku akan duduk dekat kamu nanti, jadi deal kan? "
Diandra menggangguk saja. Diam diam putra memperhatikan penampilan Diandra, yang terlihat begitu enak di pandang, celana model pipa, pakai blazer dan tanktop yang matching juga sama jilbab, terus sepatunya, meski merk tidak terkenal, tapi serasi saja dengan pakaian Diandra.
"kenapa pak? " tanya Diandra, melihat Putra yang masih menatapnya.
"mmm.. penampilan kamu enak banget di lihat beberapa hari ini, pakaian kamu kok gak kayak yang dijual di toko ya, kamu beli dimana? " tanya Putra langsung. Dia adalah type cowok yang gak suka berbasa basi.
"saya beli bahan yang agam bagus, terus saja jahit sendiri dong pak. " jawab Diandra pede.
Selanjutnya kita panggil Dian saja ya.
"apa?? Dian? Kamu bisa jahit?? " tanya Jelita yang nyelonong masuk karena melihat pintu terbuka.
"hei mbak Jel, bikin kaget. " Putra yang jawab.
"astaga, ada pak Putra ternyata, maaf pak ya. " sahut Jelita.
"iya, berhubung mbak Jel gak bisa ikut ke Bali lusa, jadinya pak bos suruh bawa Dian ini. " jawab Putra.
"hehehe, lagi hamidun aike, jadi benar Dian bisa jahit? " tanya Jelita penasaran.
"iya bisa mbak, cuma kegiatan disela sela mata mengantuk saja. " jawab Dian.
"menunggu mata mengantuk bisa sebagus ini? aku kira barang butik lo Yan, produk limited edition gitu. " kata Jelita, sambil meraba bahan pakaian Dian.
"adem juga bahannya, halus dan rapi jahitannya, keren keren ih, dari kemaren aku sudah perhatikan penampilan kamu lo Yan, bikinin mbak agak beberapa stel ya. " pinta Jelita kagum.
"hei mbak Jelli rasa jeruk, Diandra ini pekerja kantoran, bukan tukang jahit, gimana sih? " selak Putra.
"ya kali aja Dian bersedia pak, hehe. "
Jelita memberikan daftar bahan meeting yang harus Diandra bawa besok ke Bali.
"Dian siapkan berkas sesuai urutan ini ya, nanti pas meeting, improve saja, jangan tegang, santai! " jelas Jelita, Putra masih memperhatikan dari dekat pintu masuk.
"satu lagi Yan. "
"apa mbak? "
"kapan bisa jahitkan baju hamil buat mbak? "
"Jelita jeruk, keluar, masih saja! " seru Putra.
Dian tertawa geli.
Jelita misuh misuh.
"namanya juga usaha pak, kan selera emang cenderung ke yang bagus. Salah aja mah. " gerutu Jelita, lalu berjalan keluar ruangan Dian. Putra menghela nafas.
"jadi Dian, lusa kita berangkat dengan pesawat jam 10 pagi, jam 7 kamu sudah harus sampai di kantor ini, akomodasi sudah disiapkan oleh mbak Jel. "
Dian mengangguk.
"baik pak "
"mm satu lagi. "
Diandra mendongak kembali, menatap Putra.
"kamu meeting dengan pakaian seperti ini ya, nyaman di lihat. " ucap Putra.
Dian hanya mengangguk, dia bikin beberapa pasang kemaren.
Putra mau kembali ke ruangannya, Jeni muncul di ujung lorong. Dengan pakaian yang menggoda syahwat laki laki mata keranjang, sayangnya tiga sekawan itu tidak tertarik dengan barang terbuka itu, haha.
"hai Putra, kita makan siang berempat yuk, sudah lama lo kita gak hangout bareng. " ajak Jeni
Putra melihat jam tangannya.
"jam tangan lo gak rusak kan Jen? " tanya Putra, sambil melirik jam tangan mahal Jeni. Dengan bloonnya Jeni melihat jam tangannya.
"masih dong, baru dibeliin papa di Paris nih kemaren. " jawab Jeni bangga.
"berarti beda dong, atau jam tangan gue yang rusak ya. " gumam Putra, sambil mengutak atik jam tangan mahalnya itu. Jeni meraih pergelangan tangan Putra.
"mana rusak, kan jam kita sama mahal ini. " ujar Jeni kalem.
*o iya sama, sama sama jam setengah sebelas. "kata Putra, lalu dia bergerak masuk ke dalam ruangannya.
Jeni menyusul.
" ayolah Putra. "
"Jeni Sujeni, cewek seksi seantero jagad maya dan nyata, sekarang belum jam istirahat, masih jam kerja sekitar 2 jam lagi, ada banyak hal yang bisa aku lakukan dalam 2 jam itu, jadi maaf hue gak bisa, udah capek capek ngasih sindiran, udah lihat jam juga, masih juga gak mengerti. " ucap Putra cuek. Jeni terperangah. Merasa dikerjain.
"idiiih apaan Putra, kalian kan bosnya, bisa keluar kapan saja, ayolah. "
"begini nih kalau kerja jalur nepotisme, seenaknya saja melanggar jam kerja, sana Jen, kembali ke kantor lo, ganggu aja. " kata Putra tanpa basa basi lagi.
Jeni mencebik kesal, lalu keluar ruangan menuju kantornya Yogi, dan ada Dika disana.
Jeni masuk tanpa mengetuk pintu.
"hei semua, waaah kebetulan ada Dika juga, kita makan siang bareng yuk. " ajak Jeni, lalu duduk disamping Dika, Dika beringsut sedikit, karena Jeni terlalu mepet.
"masih jam kerja, kenapa lo disini? " tanya Dika heran.
"kangen saja sama kalian, sudah lama kita gak keluar berempat lo. " jawab Jeni.
"ya tapi gak harus sekarang juga kali Jen, gue mau menyiapkan berkas berkas yang akan dibawa Dika lusa, buat meeting. " Yogi menyela.
"haaalah, makan siang kan gak berjam jam bro, ayolaaah. " pinta Jeni lagi.
Yogi dan Dika tak bergeming.
"kenapa sih kalian pada betah banget dikantor ini sekarang? "
"nggak sekarang aja Jen, kami selalu betah, karena ini perusahaan tempat kami bekerja, elo mah enak, kerja di perusahaan keluarga elo sendiri, bisa hengkang hengkang. " jawab Yogi malas.
"kan perusahaan teman kita ini. " tunjuk Jeni.
"terus?? " tanya Yogi, Dika hanya diam saja.
"masa terlalu serius amat sih lo pada, garing amat kalian. " jawab Jeni cepat dan masa bodo.
Yogi menggeleng.
Putra masuk, meminta tanda tangan Dika, di susul oleh Jelita.
"bos, semua pertiketan mereka beres, hotel juga aman, anda mau bareng mereka atau menyusul saja? " tanya Jelita santai, tak memperdulikan Jeni, sangat eneg dia melihat perempuan berkemeja kancing 2 terbuka diatas itu.
"saya berangkat sore mbak Jel, meeting pertama biar mereka dulu, besoknya baru saya hadiri, soalnya pagi saya ada meeting ke Garden Company dulu. " jawab Dika profesional. Jelita mengangguk.
Tak lama pintu diketuk. Dian berdiri di depan.
"Dian, pak bos kita ikut ternyata, tapi kita pergi duluan, karena beliau masih ada meeting. " kata Putra.
"iya pak, ini perlu tanda tangan pak. " Dian menyodorkan sebuah map pada Dika, sejenak Dika memperhatikan penampilan Dian, enak sekali dilihat. Jeni pun mendelik kesal, melihat mata Dika menatap Dian.
"eh, emang lo pada mau kemana siih? " tanya Jeni tiba tiba.
"mau meeting project di Bali Jen. " jawab Dika santai.
"eh, kapan? " tanya Jeni antusias.
Yogi dan Putra saling pandang. Dika membaca sekilas berkas Dian.
"oke semua, kalian tinggal berangkat saja lusa. " ucap Dika. Dian mengangguk lalu permisi keluar ruangan Yogi itu.
Jeni menatap Jelita.
"mbak pesan tiket dan hotel yang sama dengan Yudika ya, buat lusa juga. " kata Jeni pada Jelita.
Putra kaget.
"haaah?? elo mau ikut? "
Jeni mengangguk mantap.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂