pendaki yang sudah pensiun (gantung carrier) harus kembali dikarenakan adik kandung dari seangkatan komunitasnya tersesat di gunung ketika melakukan pendakian.
Dia harus kembali ikut pencarian demi sesuatu yang satu orang pun tidak tahu, di dalam pencarian dia menemukan arti dari sebuah kehidupan dan cinta yang selama ini dia cari.
Pencarian dihentikan karena sudah melewati ambang batas yang ditentukan. Tetapi demi orang yang dia sayangi balon dan beberapa temannya melanggar peraturan yang sudah ditentukan, karena adik sahabatnya belum juga ketemu, sedangkan rekan-rekan sudah ditemukan.
Pertukaran terjadi antara yang dicari dengan yang mencari. Akhirnya pencarian di tambah waktu nya dengan pergantian foto di papan pencarian. “Foto balon di letak di papan pencarian” sampai ambang batas yang ditentukan untuk pencarian balon juga belum ditemukan, dia kekal hidup di alam lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hambali balon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 : Membujuk
“Tugas yang sangat melelahkan membujuk ini anak” ucap kalem sebelum menelpon balon,
kalem mengambil Hp yang sedang di charger di dalam kantor, karena kalem masih di sekretariat komunitasnya, kalem menghubungi balon, suara Hp berdering, kalem menunggu teleponnya diangkat,
‘kemana sih ini anak, suntuk kali kayak gini, mana aku pulak yang disuruh bang soram ngajak dia ikut’ ucap kalem dalam hati
Sedikit kesal kalem menelpon lagi “gak angkat pun, emang ini anak, kalau dibutuhkan payah kali”
Tidak lama kalem ngedumel, balon mengangkat teleponnya,
Tak lupa Balon mengucapkan salam “Iya Lem, Ada apa?” tanya balon
“susah kali ya kau dihubungi, udah kayak pejabat kau Lon” ucap kalem
“maaf aku tadi lagi di mandi, ini baru selesai Lem, ada apa ini. Gak biasanya kamu telpon aku, pasti ada sesuatu”
dengan tertawa “hahaha kau tahu aja ya Lon”
“jangan bilang kau mau pinjam uang!!!” ucap balon sambil bercanda
“hehehe, gak lah Lon. Tapi sekalian kalau di kasih hehehe”
“dasar kamu Lem, udah tahu nya aku. Otakmu sudah di bokong ku”
“telur itik lah kau Lon,”
“ya sudah mau jumpa di mana kita?” tanya balon
“hmmm, di cafe biasa aja gimana?”
“ya udah kita jumpa disana”
“Oke, siap wak.”
Kalem segera bergegas menuju cafe yang mereka biasa jumpa, dengan membawa peralatannya,
dengan rasa bingung “aku naik motor atau naik angkutan umum aja ya” ucap kalem.
“kalau aku naik motor, nanti si balon mau ikut terpaksa motor aku di letak di kosannya, bahaya juga. Mending aku naik angkutan umum aja lah”
“kalaupun balon gak mau ikut aku minta antar aja sama dia ke terminal, sekalian pinjam uang nya hehehe” sambil tersenyum sinis.
Akhirnya kalem memutuskan pergi ke cafe yang biasa mereka jumpa dengan menaiki angkutan umum, sesampainya di cafe, kalem sudah ditunggu sama balon, dari kejauhan balon sudah terlihat kalem dengan membawa carrier, balon langsung memanggil kalem,
“Lem sini” panggil balon
dengan isyarat kalem mengiyakan ucapan balon
‘hmmm, udah gak pelak ini, pasti dia mau pinjam uang, dari gayanya udah bawa carrier, pasti mau naik gunung ini anak’ ucap balon dalam hati
“wak apa kabar kau” ucap kalem sambil berjabat tangan dengan balon
“sehat Lem, ada apa ini kayaknya penting”
“hmmm, iya gitu sih”
“ohhh, iya sudah pesan aja dulu kau, pasti kau belum makan kan”
sambil garuk-garuk kepala “ tahu saja kau ya Lon, kau sudah pesan” tanya kalem
“sudah aku sudah pesan kok, jadi apa ini cerita” ucap balon
sambil mengambil sebatang rokok balon “sabar kenapa Lon, sebatang dulu oke”
“iya-iya”
“emang lah kau ini”
mereka berbincang-bincang, karena mereka memang sudah lama gak jumpa, sengaja kalem belum membuka apa maksud dia menjumpai balon, biar balon gak menolak jika kalem meminta balon ikut.
‘kayaknya sudah pas waktunya ini aku bilang apa maksudku jumpai dia’ ucap kalem dalam hati
“hmmm, Lon kayaknya kita mulai serius bicaranya” ucap kalem
balon sambil bercanda “sejak kapan kau bisa bercanda Lem hehehe”
dengan wajah yang ketat “kali ini aku serius Lon, aku gak main-main”
“iya-iya, aku tadi cuma bercanda loh Lem” balon pun mulai terlihat serius
‘aku lihat muka kalem serius, kayaknya ada hal yang serius ini’ ucap balon dalam hati
“iya sudah, aku dengarkan Lem, aku serius ini”
“gini lon, kau pasti beranggapan aku mau naik gunung dan mau pinjam uang sama mu, karena aku bawa carrier kan.” wajah kalem semakin serius
“iya Lem, aku beranggapan seperti itu sih” ucap balon
“iya aku memang mau naik gunung, tapi ada hal lebih serius makanya aku naik gunung”
balon semakin heran ‘sepertinya kalem benar-benar ini gak bisanya dia seperti ini’ ucap balon dalam hati
“Lon, aku di suruh Bang soram, untuk membujukmu agar ikut naik ke gunung.S karena adiknya Ticong saat ini juga belum turun dari Gunung, S” ucap kalem
dengan hati yang tidak karuan, dan sambil menelan nafas “hmmm, kok bisa sih Lem,”
“aku pun juga gak tahu Lon, tadi sore pos registrasi nelpon ticong, katanya bogel sama cewek belum turun juga, sementara taurus sama ceweknya sudah turun”
sambil memegang keningnya “astaga, hmmm, emang itu anak. Jadi Lem kau mau ajak aku ikut” tanya balon
sambil ragu dan menelan nafas “hmmm, iya Lon. Bang soram tau siapa yang harus ikut, itu katanya”
“hmmm, pusing juga aku ini Lem,”
“iya aku tahu Lon, tapi ini mendesak keadaannya Lon” ucap kalem
Balon terdiam sambil memegang kepala nya ‘apa ini panggil dari mereka’ ucap balon dalam hati
“Lon gimana, kamu jadi ikut apa gak, kalau jadi biar kita packing barang-barangmu”
“maaf Lem, bukan aku gak mau. Tapi aku harus pikir-pikir dulu, ada hal yang harus aku pikirkan matang-matang masalah ini Lem” ucap balon sedikit berat
sambil menelan nafas “iya sudah Lon, aku gak bisa lama-lama, aku harus berangkat malam ini juga, karena pastinya besok sudah mulai pencarian. Aku harus sudah sampai besok pagi”
“maaf kali aku Lem, kayak nya aku belum bisa memutuskan malam ini juga, karena ini berat untuk ku Lem”
“ya sudah, aku berharap kali ini kau ikut Lon, untuk yang terakhir kalinya kami minta sama mu Lon” sebuah pengharapan dari kalem
“iya aku tau Lem, kawan-kawan berharap, tapi aku pikirkan dulu ya”
“oke baiklah Lon, kalau gitu, aku berangkat dulu, nanti mobil yang trip ke Desa N.G habis pulak”
“ya sudah Lem,” sambil memberi beberapa uang untuk kalem “Lem ini ongkos buatmu sama buat beli rokok mu”
“oke Lon, makasih Lon” sebelum kalem beranjak dari tempat duduknya “Lon ini aku yang minta bukan yang lain, kalau bisa kau ikut, aku tunggu kau di pos registrasi gunung S ya” ucap kalem
“Aku gerak dulu Lon”
“oke Lem, hati-hati kau di jalan”
“Iya Lon.”
Setelah pembicaraan mereka, kalem langsung pergi dari cafe tersebut menuju stasiun.
Sedangkan balon masih di cafe, sambil merenungi apa yang dibilang kalem, tidak berselang lama suara Hp balon berbunyi menyadarkan lamunan balon,
ekspresi balon yang terkejut “eh siapa yang nelpon ini”
balon melihat hpnya “eh bang soram nelpon”
tak lupa balon mengucapkan salam “iya bang ada apa” ucap balon
“gimana jadi ikut Lon” tanya bang soram dari telepon
“hmmm, kayaknya lusa bang soalnya, balon masih ada kerjaan”
“oh ya sudah, abang tunggu ya Lon”
“Iya bang”
balon langsung menutup teleponnya, sebelum menutup teleponnya balon tidak lupa mengucapkan salam.
Balon semakin bingung, karena bang soram mengajaknya agar ikut melakukan pencarian, di cafe yang ramai balon tetap merasa dirinya sunyi memikirkan dan memutuskan yang sulit baginya.