Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.
Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.
Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.
Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 22 - THE SACRIFICE
Saat pak Elliot dan Ghaleo ingin berjalan keluar dari ruangan itu, tiba-tiba Leonardo berjalan masuk ke dalam kamar itu dan melihat mereka berdua yang tadinya sedang berjalan ingin keluar dari sana langsung saja terdiam di tempat sambil melihat wajahnya Leonardo dengan perasaan yang sangat panik dan ketakutan.
Pintu ruangan tersebut sebelumnya dalam kondisi yang tidak terkunci sama sekali dan maka dari itu ia dapat masuk ke ruangan itu dengan diam-diam tanpa ketahuan oleh mereka.
Leonardo pun langsung menunjukkan raut wajahnya yang terlihat sangat kaget dan marah setelah melihat mereka berdua karena tepat beberapa menit lalu, ia sudah masuk ke dalam sana dan melihat aksi Pak Elliot dan Ghaleo yang keji itu terhadap Nairiya.
Namun sayangnya ia terlambat masuk ke ruangan itu, maka itu ia hanya melihat aksi mereka berdua yang baru saja selesai melakukan hal keji tersebut.
Dengan nada suaranya yang keras dan tinggi serta penuh dengan rasa amarah juga kekesalan, Leonardo pun berteriak kepada mereka berdua dengan meneteskan sedikit air mata karena ia juga merasa sangat sedih atas akibat dari perbuatan mereka berdua tersebut kepada Nairiya.
"Beraninya kalian!! Dasar kurang ajar!!" teriak Leonardo dengab raut mukanya yang terlihat sudah sangat muak itu.
Pak Elliot bersama dengan Ghaleo pun langsung saling berhadapan dengan saling menatap wajah mereka masing-masing yang saat itu terlihat sangat panik setelah melihat ada seorang pria yang masuk ke dalam kamar itu dan mendengar teriakannya Leonardo yang penuh dengan amarah barusan.
Tanpa berpikir panjang, mereka berdua pun mulai kabur dan lari keluar dari sana dan meninggalkan pria tersebut di dalam kamar bersama dengan tubuh Nairiya yang telah terbaring lemah di sana.
Leonardo yang tidak menduga mereka berdua akan berlari kabur dari ruangan ini pun akhirnya hanya bisa terdiam sejenak dengan diselimuti perasaan kaget, sedih dan juga amarah yang besar. Rasa bersalah yang dirasakannya saat ia hanya menatapi Nairiya yang sedang dibunuh itu dan bukannya malah menolongnya karena di saat itu perasaan takut dan kekesalan yang terpendam sangat banyak sehingga ia tidak memiliki ide apa yang harus dilakukannya itu.
Setelah mereka berdua berlari keluar, Leonardo dengan wajahnya yang dipenuhi oleh air matanya yang telah mengalir deras menuju kedua pipinya itu pun perlahan berjalan masuk ke dalam lalu di saat ia melihat dan mengetahui bahwa wanita yang sedang terbaring lemah di sana adalah benar-benar Nairiya, ia merasa semakin kaget dan sedih serta kecewa dengan dirinya sendiri bahkan mulai menyimpan perasaan marah kepada dirinya sendiri hanya karena ia gagal melindungi wanita kesayangannya itu.
Selain itu, ia juga merasa sangat terpukul dan ia langsung menangis dengan air matanya yang mengalir deras membasahi kedua pipinya tersebut sambil berjalan mendekati tubuhku yang terbaring lemah itu.
Ia pun menaiki kasur itu dan mengangkat tubuhku yang sudah terbaring tidak berdaya serta sudah terlihat membiru di sana ke pangkuannya dan mendekatkan kepalanya Nairiya ke dadanya Leonardo sambil menangis tidak menerima kematiannya.
Lalu di saat itu, ia mengusap air matanya dengan kedua tangannya lalu ia menggenggam tangan kanannya Nairiya itu dan membuka telapak tangan kanannya yang memiliki simbol pohon cemara itu. Lalu ia pun mengelus telapak tangan itu dan berkata kepadanya sambil memejamkan matanya, “Sampai jumpa sayangku, aku menyayangimu. Hidup tenanglah selamanya”
Sesaat setelah ia berkata seperti itu, ia pun langsung menghilang dari sana dan hanya tersisa Nairiya yang langsung sadar dan terbangun setelah Leonardo itu menghilang.
Saat Nairiya terbangun, ia pun melihat sekelilingnya yang tidak ada orang lalu ia pun mengelap dagu dekat bibirnya itu karena merasa adanya sesuatu di dekat sana yang membuatnya tidak nyaman menggunakan tangan kanannya. Ia pun melihat ke arah tangan kanannya dan ternyata terdapat bercak darah di sana.
“Astaga, ada darah?!” Tanyaku kebingungan karena aku sudah tidak ingat apa-apa lagi sebelum aku berada di sini.
Aku pun merasa sangat kebingungan, lalu aku mulai berjalan mengelilingi kamar itu dan akhirnya berjalan menuju sebuah meja rias yang terdapat di sebelah kanan kasur itu. Setelah itu aku pun menatap cermin yang ada di sana, ternyata di bagian bibirku penuh dengan darah? Ada apa ini? Tiba-tiba sekali? Memangnya sebelum ini aku melakukan apa ya?
Aku pun langsung mengelap daerah sekitar bibirku itu yang penuh dengan darah menggunakan beberapa lembar tisu yang ada di atas meja rias itu lalu bercermin kembali sambil tersenyum ketika semua bercak darah yang berada di sekitar mulutku itu sudah hilang.
Lalu aku pun kembali berjalan-jalan di dalam kamar itu dengan perasaan yang sangat aneh ketika melihat kasur yang ada di sana namun aku tidak tahu apa hal itu karena seingatku sebelumnya tidak ada apa-apa di sini selain aku yang baru saja bangun di atas kasur ini dengan kebingungan.
“Ini kenapa aku bisa ada di sini ya?” tanyaku dengan perasaan yang sangat bingung sambil melihat ke arah kanan dan kiri.
Lalu tiba-tiba seorang petugas kebersihan yang sedang membawa sebuah pel lantai itu pun berjalan masuk ke sana dan bertanya kepadaku dengan raut muka yang curiga, “Kakak ngapain di sana?”
Aku pun menjawabnya dengan nada bicara yang santai, “Owalah aku juga tidak tahu kak, pintu keluar di mana ya?”
“Di sini kak” jawab seorang petugas kebersihan itu sambil berjalan masuk ke dalam kamar ini.
Aku pun mengambil tas tentengku yang berwarna jingga tua yang berada di kasur itu lalu berjalan keluar dari kamar ini dengan perlahan. Setelah berada di luar, aku pun memencet tombol lift untuk turun ke lantai dasar. Namun sebelum liftnya sampai di lantai ini, tiba-tiba aku melihat Meirilyn berjalan ke arahku dengan santai lalu bertanya dengan raut muka yang terlihat panik dan bingung itu.
“Kamu sendiri aja? Leonardo di mana?” tanya Meirilyn sambil berjalan dan menatap ke arahku.
Aku pun dengan wajah yang kebingungan itu menjawabnya, “Siapa? Leonardo? Aku tidak tahu dah, gak kenal juga”
Meirilyn pun langsung merasa kaget dan menoleh ke arahku dengan wajahnya yang terlihat tidak percaya itu, “Hah? Gak kenal? Serius nih?”
Aku pun melihat liftnya sudah sampai di lantai ini dan pintunya terbuka dengan perlahan secara sendirinya lalu aku menjawabnya, “Iya benar, eh liftnya udah sampai”
Kami berdua pun langsung masuk ke dalam lift tersebut lalu setelah liftnya tertutup kembali, Meirilyn pun melihat ke arahku dengan tatapannya yang iba lalu berkata, “Eh kayaknya hubungan aku sama Emmerio udah gak bisa dijalanin lagi deh”
“Kenapa?” Tanyaku kepadanya dengan wajah yang kebingungan itu.
Meirilyn pun menjawabku dengan tersenyum sedikit, “Karena aku sebenarnya masih sayang sama Ghaleo yang dulunya punya tingkah laku jelek itu, tapi sekarang saat dilihat lagi dia sudah berubah kok”
Aku pun mengangguknya saja lalu bertanya kembali, “Ohh, tapi si Emmerio udh tahu kah?”
“Belum, nanti mau dikasih tahu baik-baik kalau bisa” jawab Meirilyn.
Aku tersenyum senang kepadanya lalu menjawab, “Oke deh, semangat ya”
Lift mereka akhirnya sudah sampai di lantai dasar, mereka berdua pun keluar dari lift tersebut bersama menuju pintu keluar. Menyadari bahwa aku mengikutinya juga dari belakang untuk keluar, ia pun bertanya kepadaku untuk menawarkan diriku tumpangan.
“Oh iya kamu pengen aku antar pulang gak?” tanya Meirilyn sambil menghadap ke belakang dan tersenyum kepadaku.
Aku pun tersenyum kembali dan menjawab, “Boleh kok”
“Oke” jawabnya dengan tersenyum.
Aku bersama dengan Meirilyn pun berjalan menuju parkiran hotel dan masuk ke dalam sebuah mobil yang berwarna silver. Di sana terlihat sebuah pewangi khusus mobil yang memiliki wangi vanilla bercampur mawar yang sedang tergantung di bagian depan beserta hiasan gantungan dreamcatcher berwarna biru tua yang indah. Lalu beberapa menit setelah aku diantarkan oleh Meirilyn, akhirnya aku sampai juga di rumahku ini.
Di depan rumahku yang memiliki dua lantai itu dengan tembok yang berwarna coklat susu dan pagar yang berada di depan rumah sebagai penjaga rumah yang berwarna hitam serta beberapa tanaman hijau di depan rumahku
“Oke sudah sampai ya, bye-bye” kata Meirilyn sambil tersenyum ke arahku dan melambaikan tangan kananya kepadaku.
Aku pun menatapnya lalu melambaikan tangan kananku kembali kepadanya dan berkata, “Iya bye-bye, kamu hati-hati ya”
Meirilyn pun menjawabku sambil tertawa kecil, “Iya siap haha”
Setelah itu, aku pun membuka pintu mobil itu lalu turun dari mobilnya dan menutup pintu mobil itu dengan pelan lalu berjalan menuju pagar rumahku itu untuk membukanya, Meirilyn pun akhirnya langsung menancapkan gas mobilnya dan pulang menuju rumahnya itu.