"kamu beneran sayang kan sama Kakak?"
"Iya kak" jawab Marsya
"Kalo gitu buktikan"
"Hah, gimana caranya?" Tanya Marsya kebingungan, bukankah selama ini Marsya sudah menunjukan rasa sayangnya itu padanya dari sikap, dan perhatiannya, apalagi yang kurang dari itu semua?
"Ayo kita lakukan itu" jawabnya sambil mengusap lembut pipi Marsya.
"Lakukan apa?" Tanya Marsya tidak mengerti dengan arah pembicaraan tunangannya itu.
"Berci*ta dengan Kakak."
"B-berci*ta? A-apa aku harus ngebuktiin dengan cara seperti itu?"
Tanya Marsya tergagap karena gugup dan sedikit takut mendengar pernyataan tunangannya.
"Ya, untuk membuktikan kalau kamu benar-benar sayang sama Kakak, kamu harus membuktikannya dengan cara memberikan apa yang selama ini kamu jaga"
Ucapnya merayu seraya terus mengelus pipi Marsya.
"T-tapi apa harus seperti itu? A-aku masih sekolah kalau kamu lupa, lagipula aku cuma mau ngasih itu ke suami aku nanti"
"Marsya sayang, jangan lupa, Kakak ini tunangan kamu, sekarang atau nanti sama saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendaki
"ughh" Marsya mengerjapkan kedua matanya, dirinya terbangun dengan posisi menghadap ke kiri, dilihatnya Oriza sudah tidak ada di samping kirinya. Diperutnya ada sebuah tangan yang memeluknya dari belakang, Marsya mengira itu adalah Mama Wulan karena dirinya tidur diapit oleh Oriza dan Mama Wulan lalu dirinya membalikkan tubuhnya menghadap ke kanan.
'astagaaa kaget, kok bisa jadi Kak Liam yang tidur disamping gua? Mana sambil peluk-peluk lagi, dia kira gua guling apa? Duhh mana lagi tidur aja cakep lagi, bulu matanya lentik, indungnya mancung, bibirnya pink, kok bisa ya? Padahal kan dia ngerokok sama kaya yang lain? Astaga weyyy dia udah punya pacarrr gaboleh gaboleh lagian kan gua sukanya sama Kak Naresh'
Marsya perlahan menyingkirkan lengan Liam yang berada di perutnya, lalu beringsut turun dari rumah panggung itu, dia akan mencari adik, mama dan papanya.
Setelah mencari-cari ternyata Marsya menemukan mereka sedang berada di dapur, Papa Erwin sedang bersantai dengan kopi hitamnya bersama Abah Lasmana di meja makan, Oriza yang sedang memperhatikan Mama Wulan di ujung ruangan sambil meminum susu coklat, dan Mama Wulan yang sedang membantu Mak Nur yang sedang memasak sarapan.
Marsya menghampiri adiknya dan duduk di sebelahnya.
"Ri, bagi dong susunya" ucap Marsya pada Oriza.
"Ngga ah, bikin sana" jawabnya sambil memegang erat gelas susu di tangannya.
"Astaga pelit banget" ucapku sambil memutar bola mata malas.
"Bikin aja kak, tuh susu, gelas, sama termosnya udah ada di meja tinggal bikin" ucap Mama Wulan yang mendengar suara kedua anaknya.
Marsya pun melangkahkan kakinya ke meja makan untuk membuat segelas susu coklat panas untuk mengurangi rasa dinginnya.
"Cuci muka dulu kak ih jorok bangun tidur langsung minum susu" ucap Papa Erwin saat melihat Marsya hendak meminum susu.
"Ahh paaaa, dingin, airnya kayak air es" ucap Marsya merengek.
"Ya namanya jugaa air pegunungan, gapapa segerr" ucapnya lagi
"Ntar Marsya gatel-gatel lagi paa" Marsya masih merengek manja.
"Ya tapi jorok ih masa ga cuci muka" jawabnya.
Dengan malas Marsya menuju bilik kamar mandi untuk mencuci wajahnya, dia berpikir untuk sekalian menyikat gigi juga.
Dilihatnya Arkana dkk juga sudah terbangun dari tidurnya dan sedang melipat selimut yang mereka pakai masing-masing. Marsya tidak menghiraukannya dia mengambil alat mandinya dan gegas ke kamar mandi.
Kriieett
"Astagfirullah hobi banget ngagetin kau ya!" Ucap Marsya reflek memegangi kusen pintu ketika melihat Kak Liam berada di depan kamar mandi yang sedang di pakainya, untung saja Marsya sigap memegang ujung pintu jika tidak pasti dia akan jatuh terjengkang.
"Ah sorry Sya bikin kamu kaget" ucap Kak Liam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
'Ugh kenapa mesti inget adegan tadi pagi pas dia peluk gua sambil tidur sihh astaga'
"Kenapa Sya? Ada yang sakit? Apa kamu demam? Kok mukanya merah?" Ucapnya saat melihat wajah Marsya yang tersipu.
"A-aaahh engga Kakak mau ke kamar mandi?" Ucap Marsyaa mengalihkan topik pembicaraan.
"Oh iya Kakak mau cuci muka"
Marsya melangkahkan kakinya mempersilahkan Kak Liam untuk masuk ke kamar mandi.
"Sya, kamu beneran gapapa kan tapi?" Ucap Kak Liam sambil melongokkan setengah badannya dari pintu kamar mandi, terlihat tubuhnya yang putih mulus dan mempunyai perut sixpack.
'beuhh kak Liam punya roti sobek ternyata, mantap juga roti sobek di pagi hari ini, kapan lagi' batin Marsya
"Syaaa?" Panggilnya lagi ketika tidak mendapatkan jawaban dari Marsya.
'ughh astagaaa mesum banget otak guaa' Marsya tersentak dari lamunannya lalu mengalihkan pandangannya sambil menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua telapak tangan, dia berbalik badan kembali bersiap untuk meninggalkan area kamar mandi.
"It's okey kak, aman kok aku gapapa" Marsya memberikan jempol tanpa membalikkan badannya lalu bergegas pergi.
'ppffttt astagaa apa Marsya tersipu karena lihat otot perut gua? Atau dia inget adegan tadi pagi pas gua tidur sambil peluk dia? Hahaha dasar bocah nakal' Liam menahan tawa sambil menutupi wajahnya dengan sebelah tangannya, tanpa dia sadari dia sendiripun tengah tersipu melihat tingkah Marsya.
Yaaa ternyata Liam pun sudah bangun dari tidurnya ketika Marsya membalikkan tubuh untuk melihat siapa yang memeluknya sambil tidur, sebenarnya Liam pun kaget ketika dia terbangun dan memeluk seorang perempuan, dia kira dia memeluk Mama Wulan tetapi dari harum rambutnya yang beraroma mint dia menyadari bahwa yang dirinya peluk adalah Marsya. Saat dirinya akan melepaskan pelukannya ternyata Marsya terlebih dahulu membalikan tubuhnya jadi Liam berpura-pura tidur.
*****
Marsya, Oriza, Papa Erwin, Mama Wulan, dan Arkana dkk sedang sarapan bersama, hidangan yang di suguhkan oleh tuan rumah berupa capcay, dan tempe bacem, sederhana tetapi entah kenapa terasa sangat nikmat.
Setelah selesai sarapan mereka duduk-duduk sambil merokok dan meminum kopi.
"Udah pada siap? Ayo, naik sekarang mumpung masih pagi" Abah Lasmana keluar dari dapur dan menghampiri mereka yang sedang bersantai sambil meminum kopi.
"Siap ayo bah" ucap Albiru, dia yang paling bersemangat pagi ini.
Mereka semua bersiap-siap dengan bawaannya.
'yakin ini kita mau naik cuma gini doang? Gak ada persiapan apapun? Mana gua baru pertama kali muncak lagi' Marsya memperhatikan penampilannya yang memakai celana panjang tebal, kaos panjang dan jaket tebalnya, serta kupluk yang dipakainya, alas kakinya dia hanya memakai sandal, untung saja sandalnya sandal gunung, Marsya tidak membawa apa-apa selain ponselnya yang dia titipkan pada Papa Erwin.
Dilihatnya yang lain pun tidak jauh berbeda dengan Marsya penampilan dan barang bawaannya.
Mereka mulai menaiki motornya masing-masing dengan formasi tetap seperti pertama kali mereka datang ke tempat itu.
"Ayo Marsya" ucap Kalingga mengulurkan tangannya untuk membantu Marsya menaiki motor sportnya yang tinggi.
Marsya tidak menjawab, dia langsung menerima uluran tangan Kalingga dan mendudukkan dirinya di motor, Liam hanya memandangi mereka berdua dari atas motornya, dia sadar diri, dia ingin mendekati Marsya tetapi dia sudah memiliki pacar.
Mereka tiba di sebuah tanah yang lumayan lapang dengan 1 buah bangunan rumah yang lumayan besar tetapi tidak ada penghuninya, menurut keterangan Abah Lasmana itu merupakan villa, mereka memarkirkan motornya di halaman villa tersebut lalu mulai berjalan kaki menuju Gunung Geulis.
*****
"Ini kita baru seperempat jalan" ucap Abah Lasmana yang memimpin jalan, menurutnya untuk mencapai tempat tujuannya menghabiskan waktu perjalanan kurang lebih 2 jam.
"Jalannya licin ya padahal ga hujan" ucap Arkana yang berada di barisan belakang.
"Ya namanya masih pagi Ka, masih banyak embun" jawab Albiru yang berada di barisan kedua, di belakang Abah Lasmana.
Marsya memijak tanah yang terdapat banyak lumpur dan kakinya terpeleset.
Sretttt brukkk
"Uhhh" Marsya memejamkan mata dan sedikit meringis merasakan kakinya berdenyut tetapi dia merasakan tidak ada bagian tubuh lainnya yang merasa sakit, saat matanya mengintip ternyata ada tangan yang menangkapnya ketika dia akan terjatuh ke depan.
Kedua tangan yang melingkar di perutnya, persis seperti tangan yang tadi pagi memeluknya ketika dia sedang tertidur.
"Uhh makasih K-kak Liam" ucap Marsya ketika dirinya menoleh dan benar saja ternyata Liam yang menangkap tubuhnya.
"Hati-hati Marsya" ucap Liam lalu melepaskan tangannya dari perut Marsya yang ia dekap dari belakang.
Liam menoleh kebelakang lalu dilihatnya Kalingga yang menggeram tertahan dengan rahang yang mengeras menahan amarah.
"Bro" ucap Liam pelan sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk tanda peace. Kalingga hanya mengalihkan pandangannya dari Liam lalu melanjutkan langkahnya.
*foto Marsya di depan Villa sebelum hiking.