Raka Chandra Wijaya, merasa bersalah dengan apa yang saat ini dia lakukan terhadap istrinya. Dia memiliki anak dengan wanita lain, karena kesalahan satu malam yang dilakukannya. Seharusnya, dia jujur dari awal pada Yuna Dafhina Aryadi agar wanita yang sangat dicintainya itu tidak pergi. Sayangnya, Raka terlambat mengatakan kebenarannya pada sang istri. Alhasil, Yuna pergi meninggalkan dirinya sembari meninggalkan surat perceraian mereka. Tapi, Raka tidak menyerah dia ingin kembali pada sang istri apapun yang terjadi. Apakah Raka berhasil mendapatkan cinta Yuna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 6 ~
" Papa! " ujar Yudha sembari memeluk tubuh ayahnya.
" Sayang " kata Raka sembari menggendong putranya tersebut.
Livia yang melihat hal itu tersenyum bahagia, dia merasa menang dari Yuna, sahabatnya. Sebab, tidak lama lagi akan tinggal bersama dengan Raka dan anaknya di kediaman keluarga Wijaya. Livia yakin, sebentar lagi Raka akan menjadikannya istri sah.
" Sayang, kamu ikut Om Aryo dulu ya. Ada sesuatu yang ingin Papa bicarakan dengan Mamamu! " kata Raka sembari menurunkan tubuh putranya tersebut.
Yudha mengangguk, dia kemudian menghampiri Aryo yang sedang menunggunya di depan pintu mobil.
" Ikuti aku, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu! " ujar Raka sembari berjalan mendahului Livia.
Dengan senang hati, dan polosnya Livia mengikuti Raka dari belakang. Dia tidak menaruh curiga sedikitpun dengan pria yang amat sangat dikaguminya itu.
" Ini kompensasi untuk kamu karena sudah merawat Yudha dengan baik. Aku benar-benar minta maaf, dan berterima kasih secara bersamaan. Mungkin kamu sangat kesulitan menjaga anak seorang diri, jadi menurutku aku harus memberimu kompensasi " kata Raka sembari menyodorkan sebuah map coklat pada Livia.
Dengan mata yang berbinar-binar, Livia tersenyum manis " Terima kasih Tuan Raka, seharusnya Tuan tidak usah repot-repot memberikan kompensasi segala. Saya ikhlas kok melahirkan Yudha! "
" Ya, aku berterima kasih sekali akan hal itu. Karena, perbuatan kita saja sudah sangat berdosa. Apalagi, kalau sampai menggugurkan kandungan akan sangat berdosa nantinya! "
Livia mengangguk, dan dia menghampiri pria itu mencoba untuk memeluk tubuhnya. Tapi sayangnya, Raka menghindar dan menatapnya penuh kebencian.
" Cukup, kau kira aku ini apa? Kamu memang ibu dari anakku, tapi kamu bukanlah wanita yang aku cintai. Jangan berharap lebih, aku hanyalah mencintai Yuna! " kata Raka sarkastik.
Livia sedikit kecewa, dia merasa sakit hati dengan perkataan yang Raka ucapkan barusan. Dia mendongak menatap wajah pria tampan berkacamata itu, bulir-bulir air matanya menetes membasahi pipinya. Raka, menatap wajahnya dengan tatapan heran. " Apa yang kamu tangisi Livia, aneh sekali? " tanya Raka sembari memperhatikan wajah wanita di depannya ini.
" Sepertinya, aku harus melakukan jurus pamungkas " batin Livia.
" Tuan, tidakkah anda tahu saya sangat menderita mengandung anak tanpa seorang suami. S---saya juga harus melahirkan Yudha seorang diri tanpa ada keluarga yang mau membantu saya. Sekarang anda tega memisahkan saya dengan anak saya seperti ini. Apakah memang semua orang kaya itu sombong? Selalu saja membanggakan uang mereka, anda benar-benar j---j--jahat. Teganya memisahkan saya dan Yudha " ujar Livia sembari menjatuhkan dirinya ke lantai rumah itu dan menangis tergugu.
Namun, Raka tetap pada pendiriannya. Dia tidak ingin terpengaruh dengan apa yang dikatakan oleh Livia.
" Tahukah anda, saya ini sangat diremehkan dan selalu ditindas oleh semua orang karena memiliki Yudha. Tahukah anda bagaimana rasanya hamil di luar nikah? Tidakkah anda merasa bersalah dengan apa yang telah anda lakukan kepada saya? " ujar Livia sembari menangis kencang dan menutupi wajahnya.
Sementara itu, Raka semakin dibuat kebingungan dengan wanita yang berada di depannya ini. Dia tidak tahu harus bagaimana, yang jelas saat ini dia hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan sang istri. Karena tidak tega akhirnya Raka meminta Livia bangun, dan memberikan tisu yang berada di atas meja pada Livia. Lalu, wanita itu mengusap air matanya dengan menggunakan tisu yang telah diberikan oleh ayah dari anaknya tersebut.
" Jadi, apa yang kamu inginkan, Livia? "
Livia mendongak, menatap wajah pria tampan yang sangat dicintainya itu. Kemudian, tersenyum manis padanya " Saya ingin, anda menjadikan saya istri anda! "
Raka mengerutkan keningnya," Kamu benar-benar gila, saya tidak ada urusan lagi dengan kamu. Kalau kamu mau apartemen dan uang itu silakan, kalau tidak juga tidak apa-apa. Yang jelas, saya tidak akan menikahi kamu. Ingat ini baik-baik Livia, aku hanya mencintai Yuna Dhafina Aryadi. Tidak ada wanita lain selain dia yang berhak berada di sampingku, camkan itu baik-baik! " kata Raka sembari setengah berteriak.
" Tapi Tuan, bukankah ada Yudha diantara kita. Yudha juga butuh ibu, kenapa anda tega memisahkan saya dengan anak saya? "
" Sekali tidak ya tidak, bukankah kamu hanya menginginkan uang saja bukan? Saya sudah memberikan itu, dan untuk Yudha, biar saja Yuna yang mengakui dia sebagai anaknya. Mulai hari ini, kamu sudah tidak ada hak lagi untuk menemui Yudha. Dalam agama yang saya anut, bahkan anak yang lahir diluar nikah tidak dapat warisan sama sekali. Sehingga, saya rasa itu cukup untuk kamu. Jangan mengganggu kehidupan rumah tanggaku lagi. Pergilah ke tempat yang sangat jauh, jangan pernah menemui Yudha kembali! " kata Raka sembari berlalu meninggalkan Livia yang masih berdiri mematung menatap kepergiannya.
***
" Papa, kok lama sekali. Ah iya Mama mana? "
Deg...
Pertanyaan polos yang terucap dari mulut putranya itu, membuat Raka merasa bersalah. Dia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Sebab, dia tidak ingin berhubungan dengan Livia lagi. Karena, wanita itu sudah membuat Yuna pergi meninggalkannya.
" Emh, Tuan Muda Sebenarnya Mama Tuan Muda itu bukan Mama Livia. Tapi, Mama Yuna, coba tanyakan pada Papa anda! " ujar Budi mencoba mencairkan suasana.
Budi terpaksa berbohong, sebab dia tidak ingin Yudha membenci Nyonya kesayangannya. Sebab, Yuna adalah wanita baik tidak seperti Livia, dia benar-benar wanita menjijikan. Budi teringat kejadian beberapa bulan yang lalu, dimana dia sedang bersantai di ruangan kerjanya karena pekerjaan telah selesai tepat waktu. Tiba-tiba saja, dia dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita yang membawa anaknya. Dia kemudian diminta untuk mengantarkan wanita itu pada sang atasan, yang dia sendiri bahkan tidak mendapatkan perintah dari Raka. Sayangnya, wanita itu menangis dan meminta bantuannya agar bisa menemui Raka. Wanita itu juga memberikan selembar surat keterangan hasil tes DNA. Betapa terkejutnya dia, saat membaca surat itu. Raka, atasannya adalah ayah dari anak yang berada di samping wanita itu. Dia tanpa pikir panjang, segera mengajak keduanya ke ruangan sang atasan. Dan, hari itu adalah awal dari kehancuran rumah tangga, bos cantik dan tampannya tersebut. Karenanya dia merasa bersalah, sudah mempertemukan Livia dan Yudha kepada atasannya ini.
" Iya Nak, Om Aryo benar kamu sebenarnya anak Mama Yuna. Tapi, tante Livia merawat kamu karena pada saat kamu kecil, Mama Yuna kecelakaan sehingga kehilangan sebagian ingatannya! " ujar Raka berkata begitu serius, supaya anaknya ini percaya padanya. Karena sungguh, Raka tidak ingin berurusan dengan ibu dari anak itu lagi.
" Yudha tidak percaya, pokoknya Mama harus ikut. Kalau Papa tidak mau mengajak Mama tinggal dengan Yudha maka Yudha juga tidak mau tinggal bersama Papa! " bentak Yudha pada ayahnya.
Sementara itu, Raka dan Aryo saling pandang, keduanya benar-benar syok dengan sikap anak itu yang sangat berbeda jauh dari sebelumnya.
Bersambung