Cassandra Magnolia Payton, seorang putri dari kerajaan Payton. Kerajaan di bagian utara atau di negeri Willems yang dikenal dengan kesuburan tanahnya dan kehebatan penyihirnya.
Cassandra, gadis berumur 16 tahun berparas cantik dengan rambut pirangnya yang diturunkan oleh sang ayahanda dan mata sapphiernya yang sejernih lautan. Gadis polos nan keras kepala dengan sejuta misteri.
Dimana kala itu, Cassandra hendak dijodohkan dengan putra mahkota dari kerajaan bagian Timur dan ditolak mentah-mentah olehnya karena ia ingin menikah dengan orang yang dicintainya dan memilih kabur dari penjagaan ketat kerajaan nya dengan menyamar menggunakan penampilan yang berbeda, lalu pergi ke kekerajaan seberang, untuk mencari pekerjaan dan bertemulah dengan Duke tampan yang dingin dan kejam.
Bagaimana perjalanan yang akan Cassandra lalui? Apakah ia akan terjebak selamanya dengan Duke tampan itu atau akan kembali ke kerajaan nya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon marriove, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB V. Kemarahan Sang Duke
" Ck! Kau jangan percaya diri, atau aku robek bibirmu itu!, " balas Alaric dengan sinis, matanya mengalihkan pandangan ke luar jendela.
" Enak saja, jangan robek bibirku, Duke. Nanti Anda akan rugi loh, Anda bahkan bisa saja mencium bibirku saat ini juga, " balas Cassa dengan bercandaan, tapi dibalas dengan serius oleh Alaric.
" Haha, kau pikir aku tertarik dengan bibirmu?, " Alaric berbalik menatap Cassa, tepatnya dibibir gadis itu. Alaric menelan air liurnya, merasakan perasaan aneh dengan sensasi yang baru saja muncul ini. Bagaimana tidak tergoda, bibir merah muda alami yang tidak tebal atau tidak tipis itu mengkilap. Membuat bibir Cassa semakin seksi apalagi bibir itu terbuka sedikit, ya itu adalah reaksi alami yang muncul saat didiri Alaric saat ini.
" Ya, mungkin saja. Tapi tenang, Duke. Saya hanya bercanda, jangan dianggap serius, " Cassa panik, tertawa canggung saat hanya berduaan dengan Alaric di kamarnya, Alaric menaikkan pandangannya ke Cassa. Matanya merahnya menatap dalam mata hijau milik Cassa. Cassa yang ditatap se intens itu, pipinya menjadi sedikit lebih merah.
" Jika kau tidak bercanda, maka aku boleh menciumnya kan, " Alaric mengangkat dagu gadis didepannya, memajukan wajahnya perlahan. Napas mereka beradu satu sama lain membuat kamar Alaric semakin panas.
*Tok tok tok
" Ah, apakah saya mengganggu momen kalian berdua? Baiklah, saya pamit undurkan diri, " Nathanio pergi setelah melihat adegan yang tidak pantas untuk ia lihat. Wajah Alaric dan Cassa sudah tidak terbentuk lagi, dengan rona merah yang menghiasi wajah, leher dan telinga mereka.
" Ekhem, jika kau sudah merasa baikan. Kau bisa kembali ke kamarmu, " setelah mengucapkan itu, Alaric masuk ke dalam kamar mandi.
" Cih, itu orang senang sekali berbuat sesuka hati! Manusia tidak berperikemanusiaan. Ck, lebih baik aku kembali ke kamar, "
...****************...
" Duke, sepertinya omongan Anda kemarin tentang Nona Laviora hanya akal-akalan Anda. Anda memang sudah memiliki perasaan kepada Pelayan itu kan?!, " ucap Nathanio dengan panjang lebar, dibumbui candaan dan sindiran.
"Nathanio.. Kau tidak puas dengan hukuman kemarin yang kuberikan hm?!, " ancaman itu dan itu lagi, Alaric hanya bisa mengancam tangan kanannya yang begitu jahil agar tidak berbicara aneh-aneh kepadanya.
" Ah, Duke selalu begitu. Tapi saya juga tidak bisa memungkiri bahwa Nona Laviora begitu cantik. Bahkan kecantikannya seperti gadis bangsawan, mungkin jika saya bertemu Nona Laviora sebelum Anda. Saya pastikan saya juga akan jatuh cinta kepadanya, " Nathanio tidak bisa berhenti untuk mengomel didalam ruang kerja sang Duke. Duke yang mendengar perkataan tangan kanannya, langsung meninju tepat rahang pria dihadapannya.
" Bisakah kau diam ?! Dan tidak bisakah kau tidak membahas Laviora?, " Alaric begitu muak mendengar tangan kanannya yang berbicara tentang Laviora, membuat dirinya memanas saat lelaki didepannya berucap "Saya pastikan saya akan jatuh cinta kepadanya".
" Jangan-jangan Anda cemburu kan?! " ledek Nathanio tidak ada kapok kapoknya.
" Aku tidak cembu-"
Belum selesai berbicara, pintu dibuka secara paksa. Alaric dan Nathanio menoleh kearah pintu, terlihat dua pelayan dengan wajah yang bercucuran keringat.
" Beraninya kau masuk ke ruang kerjaku tanpa permisi!, " bentak Alaric dengan cukup keras, dua pelayan yang berdiri di pintu merinding dengan kemarahan sang Duke. Tidak berani melihat kemarahan disekitar ruang kerja dan hanya bisa menunduk takut.
" Salam kepada Yang Mulia Duke, semoga langit dan dewa melimpahkan berkah kepada Anda. Saya ingin menyampaikan ada masalah di dapur, mohon maaf jikalau saya tidak sopan, " salah satu pelayan dengan surai berwarna cokelat memberanikan diri untuk menghadap sang Duke yang dilanda kemarahan.
" Memang ada apa sampai-sampai kau sepanik itu, pelayan?! Jelaskan!, " Alaric menatap kedua pelayan itu secara bergantian.
" I-itu, Laviora, kepala pelayan dan Seila sedang bertengkar hingga mengacaukan dapur, Duke, " pelayan yang bersurai biru menjelaskan dengan takut-takut. Alaric yang mendengar tuturan sang pelayan, terkejut bukan main. Dia segera bangkit dari kursinya dan pergi menuju dapur.
Kini dapur sudah tampak kacau dari segi manapun, alat dapur yang berserakan, tepung-tepung berceceran dan masih banyak lagi. Alaric menatap nyalang 3 orang yang sedang bertengkar dengan rambut yang sudah tidak beraturan lagi.
" Kalian iri, heh?! Ya pantas saja Duke Alaric memilihku, tingkah laku kalian saja seperti ini! Menjijikkan. Kenapa bisa Duke sialan itu mengangkat nenek tua sepertimu menjadi Kepala Pelayan, dan kau Seila. Kau juga tidak kalah menjijikkan dengan nenek tua disampingmu itu!, " Cassa tersenyum remeh didepan lawannya, berani-berani nya mereka melawan Tuan Putri dari Kerajaan Payton.
" Beraninya kau berbicara seperti itu, renda-, "
" Cukup!, " suara Alaric yang dingin, membuat mereka terkejut. Membalikkan badan mereka masing-masing dengan mata yang terbelalak.
" Salam kepada Yang Mulia Duke, semoga langit dan dewa melimpahkan berkah kepada Anda, " salam dari ketiga orang tersebut.
Alaric menghiraukan salam dari mereka, matanya masih sibuk memandangi dapurnya yang sudah tampak begitu kacau. Kepalanya begitu pusing dengan 3 orang didepannya yang sedang membuat keributan. Tugasnya menumpuk di ruang kerja sekarang ditambah dengan kerusuhan di dapur.
" Apa yang sedang kalian lakukan hingga menghancurkan dapurku?, " tanya Alaric dengan mimik wajah yang begitu datar.
Yang bersangkutan menatap takut kepada sang pemilik kediaman, kecuali Cassa. Dia tidak akan takut, karena ini bukanlah kesalahannya. Bahkan Cassa, bersiul-siul melihat dua lalat di depannya. Alaric yang melihat Cassa bertingkah seperti itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Memang gadis yang aneh & gila, pikirnya.
" Laviora yang memulainya, Duke! Bahkan dia menarik rambut saya dan rambut Ibuku, " bela Seila dengan beraninya, wajahnya tersenyum remeh ke Cassa. Dia dengan percaya dirinya, mengira bahwa Duke akan percaya dengan pelayan yang sudah lama di kediaman Hexton.
" Benar yang diucapkan Seila, Duke, " Nyonya Netty alias Kepala pelayan mengelus rambut Seila dengan sayang. Fyi, Netty dan Seila ini sepasang Ibu dan Anak. Netty adalah Kepala Pelayan yang sudah dipercayai oleh Alaric sejak dia masih sangat kecil.
" Bagaimana dengan pembelaanmu, Lavie?, " tanya Alaric sambil menatap Cassa. Netty, Seila dan pelayan yang disekitar dapur menatap Alaric dan Cassa terkejut. Bagaimana bisa Duke yang dikenal kejam itu memanggil pelayan pribadinya seperti sudah sangat begitu dekat, dan 'Lavie' terdengar seperti nama kesayangan di telinga mereka.
" Jika Anda percaya dengan mereka, tidak masalah. Tapi disini, saya adalah korban! Saya ingin kembali ke kamar, tetapi saya ditarik oleh dua manusia yang tidak tahu diri ini! Alasannya? Mereka tidak suka jika saya menjadi pelayan pribadi Anda, " Cassa menatap datar Alaric, dia sebenarnya tidak peduli dengan permasalahan ini.
Alaric mendekat, tangannya terulur untuk menyentuh pipi Cassa yang terlihat memerah. " Jadi mereka tidak suka bahwa aku mengangkatmu menjadi pelayan pribadiku?, " tanya Alaric dengan nada yang terdengar biasa saja, tapi beberapa orang disitu dikejutkan lagi. Kenapa mereka berdua bisa sedekat itu?! Apalagi Alaric yang terlihat mendekati Cassa dengan sendirinya.
" Ya, sepertinya Seila sangat terobsesi dan ingin menjadi jalang untuk Anda, Duke, " balas Cassa dengan beraninya. Alaric hanya tertawa kecil, melihat keberanian gadis didepannya.
" Lancang kau, Laviora! Kau ternyata tidak punya etika yang baik! Duke, jangan percaya kepadanya. Dia yang memulainya, " Nyonya Netty tetap kukuh dengan pendiriannya. Sangat tidak terima dengan perkataan Cassa.
Sebaliknya, Seila mengepalkan tangnnya melihat kedekatan lelaki yang ia cintai dengan gadis yang begitu dibencinya.
Alaric memundurkan tubuhnya, menatap salah satu pengawal yang menjaga dapur. " Jawablah dengan jujur. Siapa yang berkata dengan benar terkait kejadian ini?, " Netty yang di belakang Alaric menatap tajam pengawal yang sedang diinterogasi, tetapi seketika dihiraukan olehnya. Pengawal itu memilih berbicara dengan jujur agar tidak dipenggal detik ini juga oleh Duke kejam dihadapannya. Ia lebih memilih nyawanya daripada nyawa Kepala Pelayan yang tidak tau diuntung itu.
" Saya bersumpah, mengatakan ini dengan jujur, Duke. Bahwa Nona Laviora lah yang berkata dengan benar, tadi Nona Laviora sedang berjalan menuju kamarnya. Tapi Kepala pelayan dan Nona Seila menghadangnya lalu menamparnya dan Nona Laviora menampar balik mereka berdua, " jelas sang pengawal dan Duke mengangguk puas.
" Pengawal! Beri 100 cambukan kepada Kepala Pelayan dan anaknya! Lalu, kalian berdua akan saya berhentikan dari pekerjaan kalian, " keputusan Alaric sudah mutlak, tidak bisa dibantah oleh siapapun itu.
" Alaric, jangan seperti itu padaku! Aku begitu mencintaimu, tapi kenapa kau melirik kepada gadis rendahan seperti Laviora !, " Cassa yang mendengar dirinya dijelek-jelekkan tidak peduli, energinya sudah habis karena dua lalat didepannya.
" Tidak sopan!, "
Setelah Alaric mengatakan itu, dengan cepat dia mengambil pedangnya dan langsung memenggal kepala Seila tanpa belas kasih. Alaric tersenyum iblis kepada kepala yang terjatuh dihadapannya. Mereka yang berada di dapur menatap ngeri kepala yang sudah menggelinding tidak menentu arah.
" Anakku.. Tidakkkkkkkkkkkkk!!!, "
...— Bersambung —...