Miko seorang Psikiater menangani seorang pasien wanita dengan gangguan mental depresi. Tetapi dibalik itu ternyata ada seorang Psikopat yang membuatnya menjadi depresi.
Ketika pasien tersebut ternyata bunuh diri, sang Psikopat justru mengejar Miko.
Hari-hari Miko menjadi berubah mencekam, karena ternyata psikopat tersebut menyukainya.
Setelah menghadapi si psikopat ternyata ada sisi lain dari pria ini.
Bagaimana Miko menghadapi hari selanjutnya dengan sang Psikopat?
Yuk simak kisahnya di cerita Othor. Ada beberapa plot twist-nya juga loh..yang bikin penasaran...
Jangan lupa dukungannya ya man teman...
Oiya, di cerita ini ada adegan mengerikan, ****** ****** dan kata2 'agak gimana yah'
Jadi buat dek adek yg rada bocil mending skip dulu yah....maap ya dek...
Mohon bijak dalam membaca...
*Salam hangat dari othor*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 - Psikopat itu ternyata...
“Jadi, maksudnya, suami anda … adalah orang yang selama ini menyiksa anda?”
“Ya, benar. Sebenarnya yang sakit jiwa adalah suamiku. Dia adalah seorang psikopat, atau apa sebutannya”
“Psikopat?!” ulang Miko tak percaya apa yang di dengarnya.
Miko menjadi lemas mendengar keterangan dari Anabella.
“T-tapi suami anda tampak normal dan baik. Aku kira-dia adalah pria yang baik”
“Dia memang pandai menyembunyikan segala sesuatunya, Dokter”
Miko mengerutkan alisnya seolah tidak percaya sama sekali.
“Dia yang menjadikanku seperti ini, Dok! Dia berhasil membuatku menjadi seperti orang gila, seolah berhalusinasi, depresi!”
Miko memandang Anabella dengan tatapan tercengangnya. Ia sama sekali tidak menduga sejauh itu.
“Warlen dulu adalah kekasihku, dan dia adalah teman dekat Morino. Tetapi diam-diam aku menyukai Morino. Karena Morino sangat tampan, berkharisma. Tetapi sikapnya sangat dingin pada wanita. Sampai akhirnya aku dan Warlen melakukan suatu hubungan hingga akhirnya menikah. Tapi seiring waktu, hubungan persahabatan Warlen dan Morino agak renggang, karena Warlen menganggap Morino-lah yang menyukaiku. Sampai akhirnya suatu hari Warlen yang memiliki fisik lebih kuat dari Morino, menghajarnya, entah karena apa hingga Morino sampai di rawat tiga hari di Rumah Sakit”
Miko mendengarkan dengan serius.
“Dari situ Morino dendam pada Warlen, sampai akhirnya sebuah kejadian menimpa Warlen. Ia tewas tertabrak sebuah trus besar”
“Apa itu sebuah kecelakaan, atau? …”
“Itu memang terlihat seperti sebuah kecelakaan. Tapi sebenarnya Morino-lah yang melakukan itu semua. Karena dendamnya pada Warlen, ia sampai menabrakan truk besar saat Warlen mengemudi dengan kecepatan tinggi. Aku sama sekali belum menyadari ketika itu bahwa Morino-lah yang merencanakan pembunuhan itu”
“A-apa? Jadi, yang membunuh Warlen-” Miko terkejut. Sesaat nafasnya hampir berhenti. Ia tak menduga sama sekali jika Morino adalah pembunuh mendiang suami Anabella. Karena Morino bercerita padanya bahwa Warlen hanya kecelakaan.
Anabella menunduk mengenang mendiang suaminya.
Miko mengusap punggung Anabella, dan diam sejenak. ‘Benar-benar diluar pemikiranku’
“Lalu, apa yang terjadi setelah itu?” tanya Miko yang semakin penasaran bercampur ngeri mendengar kisah tragis pasiennya.
“Kemudian setelah beberapa lama, aku yang masih menyukai Morino mencoba mendekatinya. Segala cara kupakai agar Morino menyukaiku. Sampai akhirnya Morino setuju ingin menikahiku. Awalnya kupikir karena dia memang akhirnya menyukaiku. Aku sangat menerimanya dengan terbuka. Ternyata setelah dua bulan pernikahan, aku baru menyadari ada yang salah dengannya. Ternyata dia hanya ingin melampiaskan kebenciannya padaku karena gara-gara aku menyukainya, hubungan persahabatan dia dan Warlen jadi hancur. Aku menjadikan Warlen marah dan menuduh Morino yang tidak-tidak, Warlen menuduh Morino akan merebutku darinya”
“Apa yang dia lakukan setelah pernikahan anda?”
“Dia tidak semanis bayanganku. Dia tidak pernah benar-benar menyukaiku. Dia kerap kali melakukan hal yang aneh. Dia seperti memiliki gangguan jiwa. Terkadang ketika emosinya naik, dia akan mengikatku, kadang meneteskan lilin di kulitku. Atau dia senang jika mendengar aku menjerit atau merintih kesakitan, seolah itu membuatnya puas”
“Benarkah?!” mata Miko membulat. “Tetapi jika dia tidak menyukai anda, kenapa dia sampai menikahi anda?”
“Entahlah, mungkin dia perlu objek untuk pelampiasan amarahnya. Jika dia tidak menikahiku, bisa jadi aku dimiliki orang lain, dan itu sangat dibencinya”
“Menikah hanya untuk melampiaskan amarah?” ulang Miko.
“Dia jarang menyentuhku. Kami hanya berhubungan tiga kali di ranjang. Kadang dia diam seharian. Kadang dia membuatku seperti mainannya. Dia bisa melakukan apapun dan aku tidak boleh menolaknya”
Anabella diam sejenak, menahan agar ia tak menangis.
“Dia sangat -sangat posesif. Walaupun dia membenciku dan jarang menyentuhku, tapi dia sangat tidak suka aku berhubungan dengan pria manapun. Dia tidak suka sesuatu yang menjadi miliknya di sentuh oleh orang lain”
“Ohya, tempo hari suami anda pernah bilang padaku kalau anda pernah dipukul oleh Warlen? Apa benar?”
“Ya, tapi itu hanya sekali ketika dia sedang mabuk berat. Itupun aku memang salah. Aku memakinya tanpa henti disaat Warlen sedang mabuk, karena sudah tidak tahan dengan kemarahanku, dia memukulku. Tapi dia sudah meminta maaf padaku berulang kali”
“Ah, ternyata seperti itu”
“Aku pernah mengadukan hal itu pada kakakku, dan ternyata kakakku mengatakannya pada Morino”
“Ya, Tuan Morino pernah cerita padaku tentang masalah itu”
“Tapi sekarang kakakku tidak bisa bicara. Anda tahu kenapa dia tidak bisa bicara?” tanya Anabella.
“Kata suaminya dia terkena kanker lidah, dan harus dipotong. Nyonya Anie harus melalui glosektomi karena sudah stadium lanjut, itu yang dikatakan suaminya padaku” jelas Miko.
“Ya, sayang sekali. Jika dia masih bisa bicara dia akan bercerita banyak padamu tentang Warlen dan juga Morino”
“Aku turut prihatin” ucap Miko.
“Tentang Tuan Morino, kenapa anda tidak melapor ke Polisi?” selidik Miko lagi.
“Sebelum Polisi menangkapnya, dia akan meledakkan kantor Polisi terlebih dahulu”
“Meledakkan kantor Polisi? Apa-apaan itu! Apa dia serius dengan ancaman itu?”
“Ya, dia tidak pernah main-main dengan sebuah ancaman. Dia pernah mengancamku, jika aku menceritakan tentangnya pada seseorang, maka orang yang aku temui itu akan dibunuhnya. Aku pikir dia hanya menggertak. Ketika aku sudah tidak tahan dengan kelakuannya, kemudian aku menemui sahabatku. Aku menceritakan semua yang dia lakukan padaku. Sahabatku berjanji akan melindungiku dan melaporkannya ke Polisi. Tetapi belum sempat sahabatku melapor, …”
Anabella menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia tak kuasa menahan tangisnya.
“Sahabatku sudah ditemukan tewas di kamar mandi kantornya. Seseorang telah membunuhnya! Aku yakin dialah pembunuhnya!”
Miko terkejut untuk yang kesekian kali. Kini ia benar-benar bisa menebak seperti apa sosok Morino sebenarnya.
“Siapapun yang kutemui dan aku mengadukan tentangnya, maka orang itu akan berakhir dengan mengenaskan. Karenanya aku bertahan dalam keadaan tersiksa. Aku ingin bebas darinya, Dokter!” tiba-tiba Anabella memeluk Miko.
Miko memeluknya erat. Ingin rasanya membawanya ketempat paling aman.
“Nyonya Anabella. Bagaimana jika kita ke kantor Polisi hari ini juga. Kita menjelaskan semuanya pada mereka. Aku akan meminta pada mereka untuk mengecek setiap sisi gedung kantor Polisi kalau-kalau ada bom yang sudah di rancang Morino”
“Percuma, Dokter. Dia adalah psikopat yang cerdas. Dia akan merencanakan rencana B, C, D dan seterusnya. Polisi tidak akan bisa menangkapnya. Jika hanya aku yang akan dibunuhnya, sudah dari dulu aku melaporkannya ke Polisi. Tapi dia akan merencanakan sebuah pembunuhan masal sebelum membunuhku, dan dia akan memaksaku untuk menyaksikan pembunuhan masal itu”
Miko diam dan berfikir sesaat.
“Baiklah. Tadi anda mengatakan jika anda menceritakan semua tentangnya pada seseorang, maka seseorang tersebut akan dibunuhnya. Saat ini anda telah menceritakan semuanya padaku, maka dia akan mengejarku dan membunuhku. Kalau begitu, aku akan ke kantor Polisi dan berada di sana sampai dia menemukanku” ucap Miko seolah pasrah dirinya menjadi umpan.
“Tidak! Dia tidak akan membunuh anda, Dokter!” tukas Anabella membuat Miko semakin bingung.
“Kenapa? Tapi tadi anda bilang-” alis Miko menaut.
“Karena sekarang dia menyukai anda. Dan dia akan mengejar anda bukan untuk dibunuh, tapi untuk dimilikinya”
Mata Miko membulat lagi. ‘A-apa!”