NovelToon NovelToon
PENGHIANATAN SANG ADIK

PENGHIANATAN SANG ADIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Pelakor jahat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ristha Aristha

Ariana harus menerima pukulan terberat dalam hidupnya, ketika suaminya ketahuan selingkuh dengan adiknya. Siapa yang mengira, berkas yang tertinggal suatu pagi membawa Ariana menemukan kejam suatu perselingkuhan itu.
Berbekal sakit hati yang dalam, Ariana memutuskan untuk pergi dari rumah. Namun dibalik itu, dia secara diam-diam mengurus perceraian dan merencanakan balas dendam.

Apakah Ariana berhasil menjalankan misi balas dendamny??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ambil Bekasku

"Ayunda!" Aku memanggil adikku ketika selesai makan. Sambil berjalan keluar, aku meletakkan sisa nasi goreng yang telah aku makan di atas mejanya. "Nih, katanya kamu mau makan?'

Aku puas, sedangkan Ayunda terlihat cemberut.

"Heh, bawa pulang nih sampah", pekik perempuan yang duduk di depan Dimas itu. "Kamu pikir aku gak mampu beli yang baru?"

"Emang gak mampu", kataku. "Bukannya kamu itu suka barang sisa, ya? Buktinya kamu mau mungut suami bekas aku".

Tentu saja Ayunda langsung mendelik. Perkataan ku sukses membuatnya terpancing. Melihat perempuan ulat itu marah, membuat aku menjadi senang.

Tidak hanya Ayunda, aku juga melirik ke arah pria yang dari tadi hanya diam. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Yang jelas juga senang melihatnya juga mati kutu seperti itu.

"Silahkan nikmati makanan kalian, aku mau pulang". Setelahnya aku beranjak, namun sebelum itu, "Oh, benar. Makanan kalian biar aku yang bayar sekalian, duitmu Dimas agar bisa buat cewekmu jajan cilok nanti ".

"Kak Riana___"

Kulihat Dimas segera menggenggam tangan Ayunda yang terlihat mengelak. Agaknya kalau tidak dicegah, pasti perempuan itu akan menyerang aku lebih dulu.

Ya, mana aku tahu. Yang terpenting aku merasa puas, setelah membuli dua manusia itu secara habis-habisan. Persetan dengan reaksi orang-orang disana, aku dianggap kasar pun, aku gak peduli.

Sudut bibirku kuangkat tinggi-tinggi. Setelah memberikan senyuman mengejek, aku bergegas pergi dari sana. Meninggalkan Dimas beserta gundiknya.

"Sayang sekali, lagi-lagi aku tidak setenar itu. Sebab hatiku terasa sangat sakit begitu bayangan masalalu terlintas begitu saja di kepalaku. Siapa sangka tempat kencan pertama dulu, akan menjadi tempat trauma seperti ini.

Wajah sengaja aku angkat tunggu ketika airmata hampir lolos. sesak tapi aku tidak boleh menangis setelah ini.

"Tahan, Riana. Kamu gak boleh nangis", gumamku sambil mengibaskan tangan di depan muka, menghalau air mata.

Butuh beberapa waktu sesaat untuk menenangkan perih dihati. Namun, saat aku hampir selesai, tiba-tiba Dimas dari arah warung datang menghampiri.

"Riana!" panggilannya pelan.

Aku menoleh nya, lalu menatapnya tanpa sepatah kata.

"Maafin aku, tapi Ayunda yang memaksa untuk dibawa kesini", kata Dimas.

Keningku mengkerut. "Terus?" Apa yang Dimas katakan tidak penting sama sekali.

 "Itu__" terlihat Dimas gugup. "Ini kan, tempat kencan pertama kita. Pasti gak enak kan, kamu lihat aku malah bawa Ayunda kesini. Aku__"

"Dih, siapa yang peduli?" ucapku. Kemudian aku melipat tangan ke depan dada dan berkata, "Mau kamu bawa Ayunda kesini kek, ke flayover kek, aku gak peduli tuh !"

"Kamu beneran sudah mati rasa sama aku, Ri?"

"Menurutmu?" bola mataku membesar. "Kamu pikir orang gila mans yang gak mati rasa pas tau suaminya tidur dengan adiknya sendiri, hah?"

"Aku khilaf, Riana. Tolong beri__"

"Khilaf sampai berkali-kali?" Aku menatap Dimas dengan tajam. Aku menjeda sebentar, sebelum kembali berucap, "Kamu pikir aku gak tau, udah berapa lama kalian main di belakangku?"

Pria di depanku terdiam . Wajahnya menunduk, entah dia menyesal atau entah menutupi rasa malu karena kadung ketahuan.

Sesaat kamu saling terdiam. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan. "Udahlah, aku mau balik", kataku. Karena aku udah muak lama-lama berada di depan laki-laki keparat itu.

"Tunggu, Riana!"

Dimas lagi-lagi menghentikan ku. Bahkan sekarang dia berani memegang lenganku.

"Lepas!" Aku berkata sambil menghempaskan tangan Dimas. "Ada apa lagi?"

"Itu __"

Lagi-lagi Dimas terlihat gugup. Apakah dia ingin meminta maaf tapi takut?

Untuk alasan yang baik, aku akan dengan sabar menunggu kelanjutan apa yang akan Dimas katakan. Jika dia minta maaf , mungkin aku bakal___

"Boleh aku pinjam uang seratus, Ri?"

Mataku langsung mendelik. Alih bilang minta maaf, ini malah...

"Berani-beraninya kamu!"

Jakun Dimas terlihat turun menelan ludah. "Aku janji bakal kembalikan besok. Ayunda minta beliin crombolomi nanti pulang".

Hah! Aku benar-benar tak habis pikir. Benarkah, ada manusia yang tidak tahu malu seperti ini? Rasanya seperti ditampar, bodohnya aku selama ini menjalin hubungan rumah tangga dengan Dimas.

Aku menghela berkali-kali dengan kasar. Bola mataku memutar, rasanya aku tak sanggup menghadapi manusia yang tidak berakal seperti ini.

Setelah meyakinkan diri sebentar, aku merogoh tas. Kemudian mengambil uang lima lembar ratusan ribu dan memberikannya pada Dimas.

"Ambil ini", kataku.

Terlihat Dimas terkejut, tapi juga senang aku menyerahkan lima kali lipat dari yang dia minta.

"Aku cuma mau pinjam seratus, Ri__"

"Nggak usah pinjem".

"Y_ya?"

"Itu buat kamu. gak usah ganti duit aku".

Ah, aku lupa kalau Dimas itu hampir tidak memiliki urat malu. Lihatlah, normalnya orang pasti mempunyai rasa malu atu sungkan. Tapi pria ini malah terlihat berbinar.

"Kamu beneran? Terimakasih, ya. Kamu memang baik __"

"Ini terakhir kalinya aku ngasih duit ke kamu. Anggap saja itu sebagai pemutus hubungan kita. setelah ini jangan muncul lagi dihadapanku".

"Maksudnya , Ri?'

Aku tak lagi menjawab. Lebih baik aku buka pintu dan masuk kedala, mengabaikan Dimas yang terus memanggil dan menuntut penjelasan.

Kaca mobil depanku terus di pukul dari luar, tapi aku tidak mau terlibat apapun lagi dengan pria itu. Tanpa menoleh sedikitpun, kemudi aku putar lalu benar-benar meninggalkan tempat nasi goreng yang mungkin tidak akan aku datangi lagi setelah ini.

*****************

Langit malam ini cerah, tapi justru pandanganku buram. Seperti diguyur hujan, padahal itu hanya air mata yang mengembun menyamarkan penglihatan.

Ku usap pipi yang sedikit basah. Bisa-bisanya aku membandingkan cara Dimas memperlakukan aku dulu.

Hanya karena Ayunda minta crombolomi, Dimas rela meminjam uang. Sedangkan dulu pencapaian terbesarnya adalah hanya mentraktir mie ayam di pinggir jalan. Itupun bisa dihitung beberapa kali.

Dimas keparat, pria mokondo tak tahu diri itu. Apa yang sebenarnya aku lihat dulu, sehingga aku menikah dengannya?

Entahlah, yang jelas aku pernah mencintai Dimas sedalam itu, tanpa memandang bulu. Berpisah dengannya, mungkin ini cara tuhan agar aku terlepas dari hubungan yang tidak sehat ini.

"Ya, memang dia layak di lepas." kataku berusaha menghibur diri. "Seharusnya aku senang karena yang Ayunda ambil adalah sampah bukan berlian!"

****************

Dua hari berlalu, sejak kejadian itu.

Rumah yang aku jual juga laku terjual, dan baru akan dilakukan serah terima di akhir pekan ini. Itu artinya aku harus segera mencari tempat tinggal yang baru.

Aku memanfaatkan waktu luang makan siang untuk menggulir ponsel, melihat-lihat Apartemen atau kontrakan yang bagus dan yang pasti masih ramah di kantong.

Agar lebih efisien, aku memesan kimbab berisi telur dan sayur. Selain mudah, aku juga bisa sambil mencari tempat tinggal.

Saat aku terpaku dengan sebuah apartemen, tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di belakangku. Aku tidak sadar, dan dia sampai berujar....

"Bu Riana, sedang mencari apartemen?"

Sontak aku langsung menoleh kebelakang, ya itu Kenzi.

"Boleh saya duduk disini?" lanjutnya sambil menunjuk kursi yang ada di hadapanku.

Aku mengangguk. Kenzi langsung duduk dan meletakkan piring yang berisi makanan dengan porsi besar.

"Ngomong-ngomong, Bu Riana mau pindah rumah?"

"Ah, iya, aku lagi cari-cari tempat tinggal ".

Sambil memisah kacang-kacang dilakukan Kenzi berkata, "Kalau ibu mau, di tempat kami masih ada unit apartemen yang kosong".

"Kamu tinggal di apartemen?" Tanyaku memastikan.

Kenzi mengiyakan. "Saya tinggal di apartemen Grand place".

"Grand place?" Mataku membola. "Apartemen mewah yang ada di tengah kota itu?"

"Iya", timpal Kenzi. "Kalau Bu Riana mau, saya bisa bantu ---"

"No!" Aku menolak saat itu juga. "Aku gak mungkin mampu bayar, uang gajiku gak cukup".

Sesaat Kenzi terdiam. Mungkin dia baru menyadari kalau status sosial kita sangat berbeda. Dia terlahir sendok emas, sedangkan aku... Entahlah. Sendoknya tidak karatan saja sudah untung.

"Gimana kalau Bu Riana membayar setengahnya?" Ucap Kenzi tiba-tiba.

"Berapa tuh kalau setengahnya?" Tanyaku. Meskipun tidak yakin aku mampu membayarnya meskipun sudah di potong setengahnya.

"Nggak gitu mahal, kok. Kalo masih kemahalan, saya ada kupon diskon, nanti ibu bisa dapat potongan lagi".

"Beneran?" Aku mulai tertarik. Jika bisa mendapatkan harga murah, bukankah bagus aku bisa tinggal di apartemen mewah?

Lagi-lagi anak di depanku memberikan anggukan meyakinkan. "Kalau ibu mau, ibu bisa lihat-lihat dulu".

"Nanti aku hitung dulu, ya. BTW terimakasih, ya!"

Aku merasa sangat senang, sampai-sampai aku masih mengecek harga tiap unit di Grand place saat aku sudah di meja kerja.

Selain memilih apartemen. Aku juga harus memastikan harga yang paling masuk akal untuk karyawan sepertiku.

Namun belum sempat aku menemukan apartemen yang tepat, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil.

Saat aku menoleh, orang itu berkata, "Ri, kamu di panggil sama Pak Julio untuk ke ruangannya".

Astaga ada apalagi dengan pria itu sekarang? Sudah jelas, pasti aku akan mendapatkan masalah.

1
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Ada apa dgn papanya Riana mungkinkah Riana mau dijodohkan !
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Sabar Riana semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan yg baik juga atasan yg baik juga yg bisa menghormati dan melindungi seorang wanita dari orang2 yg mau melecehkannya dan segera dapat pengganti Dimas.
Ma Em
makanya Riana kamu jgn lemah lawan Ayuna dan ibunya yg selalu menghina dan merendahkan mu Riana kalau kamu diam Ayuna dan ibunya makin menjadi tambah berani dia dan jgn dituruti kemauan mereka lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri Riana tinggalkan orang2 yg tdk tau diri itu.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Semangat Riana kamu jgn patah semangat semoga kamu bisa melewati cobaan dgn legowo dan cepat lepaskan Dimas biarkan dia dgn Ayunda untuk apa Riana pertahankan lelaki mokondo yg cuma morotin uang kamu Riana, semoga Riana cepat move on dan aku berharap sih Riana berjodoh dgn Kenzi meskipun umurnya lbh muda dari Riana.
Ma Em
Bagus thor ceritanya aku langsung suka apalagi cerita perselingkuhan yg si istri yg diselingkuhin tdk bodoh dan berani melawan pada si suami dan pelakor .
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!