Seorang gadis mafia bernama liu Mei-yin yang terkenal kejam dan sadis pada abad ke 22, kini harus meregang nyawa ditangan musuh bebuyutannya dalam suatu pertarungan. yang dimana dia melawan ratusan orang sementara disisinya hanya seorang diri.
Namun, itu belum sepenuhnya jalan akhir dari Liu Mei yin melainkan awal dari kisah hidup dan perjuangannya di dunia baru, untuk mencari orang tuanya dan keluarganya.
setelah kematiannya dia ditakdirkan untuk bangkit kembali, sebagai anak yang terlantar dan hidup sebatang kara di tengah hutan kematian yang penuh dengan siluman dan monster menyeramkan lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.12
Kali ini liu mei yin berada dalam ruangan yang berwarna putih, berbanding terbalik dengan ruangan sebelumnya, kini dia melangkah dan masuk lebih dalam, disana dia melihat banyak pasukan seperti tentara menggunakan baju zirah berwarna putih perak dengan tatapan tajam menatap kearahnya.
Liu Mei yin merasa mereka melihatnya seperti musuh dan ingin membunuhnya, tentu saja insting Liu mei yin memberitahunya, bahwa dia harus waspada dan mengambil ancang-ancang untuk melawan mereka.
"Wah wah, ini akan menjadi seru, ini yang aku tunggu-tunggu," langsung saja Liu mei yin melangkahkan kakinya dan menerjang kearah depan, namun ketika mengenai salah satu tentara tersebut, mereka tak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri.
"Aneh kenapa tak bergerak, apa aku terlalu lemah lembut ya?" ucap Liu mei yin bingung dengan tendangannya, lalu dia melihat kakinya, namun yang terlihat hanya kaki jenjangnya yang lurus tak ada yang salah.
"Baiklah, aku akan sedikit mengeluarkan tenaga, kalian bersiaplah, aku tak akan bersikap lunak lagi," ucap Liu mei yin lalu menendang kedepan kearah tubuh tentara tersebut lagi, namun tetap saja tubuh tentara tersebut tak bergerak sedikitpun.
"Apa mereka hanya patung ya? tapi tak mungkin patung bisa menatap seperti itu," Liu mei yin bermonolog pada dirinya sendiri.
Liu mei yin mencoba lagi, kali ini dia mencoba dengan kekuatan elemennya dengan elemen angin, namun tetap saja tubuh tentara itu masih tak bergerak.
"Apa yang salah dengan ini? Kenapa mereka tak sedikitpun terjatuh, apalagi bergerak?" lalu Liu Mei yin kembali menyerang dengan kekuatan elemen yang lain hingga semua elemennya ia keluarkan untuk menyerang tentara tersebut, namun mereka tetap saja tak bergerak.
"Akhhhr apa yang terjadi? Aku sudah mengeluarkan kekuatan elemenku," Liu mei yin benar-benar bingung, bagaimana menghancurkan kumpulan tentara didepannya.
Liu Mei yin lupa jika saat ini dia memilki elemen kegelapan. "ah iya, aku ingat, bukankah sekarang aku masih memiliki elemen kegelapan yang belum aku coba, mari kita lihat seperti apa kekuatan elemen kegelapan ini bekerja," setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Liu mei yin menutup mata dan mencoba mengarahkan elemen kegelapannya menuju titik meridian, setelah dia merasa cukup dia mengalirkan ke arah tangannya dan terciptalah sebuah kabut hitam pekat berbentuk seperti awan.
Anehnya tentara berzirah putih perak yang tadi hanya diam saja kini bergerak, Liu mei yin yang melihat ada perubahan merasa senang.
"Aku tak menyangka akan berhasil, jika tau
seperti ini, kenapa tidak dari tadi aku
menggunakan elemen kegelapan ini?" ucapnya lalu dia mulai mengarahkan kabut hitam dari tangannya kearah tentara dan.. berhasil. Tentara itu kemudian terjatuh kebelakang dan berbaring tak bergerak, Liu mei yin yang melihat itu hanya menatap cengo.
"Bagaimana bisa hanya seperti itu?" lalu dia mencoba lagi dan lagi mengarahkan kekuatan elemen kegelapannya ke arah tentara yang lain.
Dan hasilnya tetap sama.
Glegh....
"Ini....apa yang terjadi....?" Ucapan Liu mei yin terhenti ketika dia melihat tentara-tentara tersebut tiba-tiba menghilang.
"Bukankah itu terlalu berlebihan?" Liu Mei yin kaget dengan pemandangan yang dia lihat.
"Lalu sekarang apa?" Tanya Liu mei yin sambil melihat sekeliling, namun tak ada apa-apa dan tak terjadi apapun, dia mencoba menunggu beberapa saat.
Setelah tak melihat perubahan, Liu mei yin terlihat duduk setelah beberapa menit, kemudian berjam-jam berlalu dia mulai bosan. "kenapa tak terjadi apapun? jika memang tak ada, kenapa tak mengeluarkanku saja dari sini?" ucap Liu mei yin dengan nada berat, sambil memangku dagunya dengan tangan.
"Hoammm." Liu mei yin telihat mengantuk dan kapanpun bisa tertidur, dan benar saja beberapa menit setelahnya, dia tertidur dengan posisi duduk.
Sementara diluar pintu pria berambut putih hanya tersenyum misterius melihat bola kristal didepannya, "tunggu saja Mei yin, saatnya ujian yang sebenarnya dariku," ucapnya.
***
Boommm..
Kraakkk..
Liu mei yin yang baru tidurpun membuka matanya, ketika mendengar suara keras dari depannya, dan bola matanya membulat seketika, dan saat itu pula tiba-tiba tatapannya menatap kedepan dengan tatapan serius dan tajam.
Didepan Liu mei yin terpampang sebuah adegan yang tak ingin dia liat dan ulang kembali, "jangan!! jangan... Bunuh kakakku, hikss...hikss... aku mohon padamu jangan bunuh kakakku, dia satu-satunya orang yang sayang kepadaku selain paman, aku rela mati demi kakakku, asalkan kalian membiarkan kakakku hidup dan jangan ganggu kehidupannya lagi," ucap Liu mei yin sambil terisak berusaha memohon.
"Ha ha ha, ratu iblis Liu mei yin. Bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayangi?, kau akan merasakannya sama sepertiku telah kehilangan orang tuaku, karena geng mafiamu itu, yang dengan kejinya membunuh mereka, apa salahnya mereka padamu? sehingga kau tega membunuh orang yang tidak bersalah.....ha ha ha. Terimalah karma yang telah kau perbuat LIU.... ΜΕΙ....ΥΙΝ..!!" ucap pria tersebut dengan menekankan nama Liu mei yin, sambil melepaskan tembakan mengenai kepala orang yang dia ikat didepannya.
Doorrr
Suara tembakan mengenai kepala kakaknya Liu Xiang yu, "Ti..daaaak....ΚΑ ΚΑΑΑΚ.....!! Brengsek kau sialan...haaaaahh.... Kau harus mati, tak akan ku ampuni kau, walaupun aku harus mati, maka kau juga harus mati saat ini bersamaku...!!" Ucap Liu mei yin dengan suara seraknya dengan berteriak.
"Keparat kau!! akan ku habisi kau An Jiangsu... walaupun kau adalah orang yang ku hargai, tapi karena kau tega membunuh orang yang ku sayangi, maka itu hanya akan mengantarkanmu menuju balas dendam ku padamu berkali-kali lipat, walaupun aku menjadi hantu sekalipun akan ku balas kau.....!!" Ucap Liu mei yin dengan sumpahnya.
"Hah....coba saja jika kau bisa, karena sebelum itu terjadi, kau harus mati duluan disini, maka kau tak akan pernah bisa membalaskan dendam kepadaku ha ha ha...." Ucapnya pria itu dengan bangga dan mengarahkan pistolnya kearah Liu mei yin, yang masih menatapnya dengan penuh benci.
"Ha ha ha..... " Tiba-tiba saja Liu mei yin tertawa terbahak-bahak dengan suara menyeramkan dan tatapan tajam menatap kearah An jiangsu. Tiba-tiba saja bola matanya berubah warna menjadi hitam pekat.
"Kalian sudah menyinggung orang yang seharusnya kalian tidak singgung maka...." Liu mei yin menjeda ucapannya, "kalian harus terima konsekuensinya ha ha ha...." Ucap Liu mei yin dengan suara menyeramkan dia langsung maju menyerang kedepan tanpa rasa takut.
An jiangsu yang saat itu menyadari bahwa saat ini orang yang ada didepannya bukan lagi Liu mei yin. Tiba-tiba An Jiangsu merasakan was-was dan kegemtaran hingga dia tak bisa menarik pelatuk pistol untuk menembak Liu mei yin dengan baik.
Tiba-tiba dia tersadar dan merasakan perasan takut mati. Sungguh dia sangat menyesal sekarang, jika dia tidak tergiur untuk menjadi mafia nomor satu, maka hal ini tak akan terjadi dan hubungannya dengan Liu mei yin masih akan baik-baik saja, namun nasi sudah jadi bubur.
Liu mei yin sudah berada tepat didepan An jiangsu, dengan seringainya yang menyeramkan, saat orang lain melihatnya mereka akan merasakan firasat buruk akan terjadi.
"Terimalah akibat keserakahan kalian, maka mati adalah jalan satu-satunya bagi kalian dan.... untuk dirimu AN.. JIANGSU!!....ha ha ha...." Tanpa aba-aba Liu mei yin langsung memukul leher An jiangsu, lalu mengambil pistol yang masih ada digenggamannya, Liu mei yin langsung menembak ke segala arah untuk membunuh pengikut An jiangsu, setelah membuat An jiangsu pingsan, dia melihat tubuh An jiangsu yang tanpak baik-baik saja.
Kemudia dia menyetnya menuju halaman, di sana terdapat sebuah batu besar, Liu mei yin mengambil batu besar dan mengangkatnya, kemudian dia hempasan kearah tubuh an jiangsu, hingga membuatnya tersadar dari pingsannya dan membuka matanya dengan melotot kearah Liu mei yin, "kau....tung...Gu..." ucapnya terbata-bata.
Saat Liu mei yin akan memukulnya kembali menggunakan batu, dia mengehentikannya setelah mendengar suara An jiangsu, "ada apa?" ucapnya datar masih memegang batu di atas kepalanya.
"Aku akan mem..beri tahu..kan kepada..mu sebuah rahasia...."ucap An jianghu.
"Katakan," jawab Liu mei yin singkat masih dengan ekspresi datar dan batu di tangannya.
"Se-belum kau membunuh..ku izink..an aku memberi..tahu-mu, ba-hwa aku sangat men-cintaimu. Na... mun maafkan aku, ka..rena ke.. serakahan-ku, aku ter-paksa harus mem...bunuh kakak..mu, karena peri-intah se..seorang dan orang itu ada-lah Li...." ucapnya terbata-bata, namun belum sempat dia memberi tahukan nama seseorang justru terhenti, karena tiba-tiba saja sebuah peluru menembaki kepala An jiangsu, hingga meledak dan mati di hadapan Liu mei yin.
Liu mei yin yang melihat itu hanya menatapnya datar tanpa ekspresi, namun siapa saja yang melihat lebih dekat, maka mereka akan melihat bahwa kedua mata Liu mei yin berair dan akan meneteskan air matanya. Namun karena saat ini bukan jiwa Liu mei yin apalagi sifat asli Liu mei yin yang keras dan kejam, maka dia hanya menatap sekilas dan digantikan dengan ekspresi datar.
Tiba-tiba bola mata Liu mei yin berubah dia membuang batu yang ada diatas kepalanya, sungguh dia tak kuasa dengan keadaan ini, dia merasa sakit didalam hatinya, kenapa orang-orang yang menyayangi harus mati karena dia. Liu mei yin merasa bersalah, seandainya dirinya saja yang mati maka semua itu tak akan pernah terjadi.
Hikks....
Hikkksss....
Hikss...
Setelah kepergian kakaknya, sekarang dia harus kehilangan orang yang mencintainya, namun semuanya sudah terlambat. kanapa waktu tidak bisa diputar kembali, kenapa harus menyesal diakhir, kenapa tuhan membolak balikkan perasaannya.
Jika seperti ini lebih baik dia tak hidup, siapa sebenarnya orang dibalik semua ini dan apa tujuannya, jika memang dia menginginkan nyawanya, kenapa dia tak langsung
membunuhnya saja? kenapa dia harus melihat orang-orang terdekatnya mati?.
Hikks...
Hikks....
Hikkss..
Seketika itupun Liu mei yin berlutut didepan mayat An jianghu yang mati akibat peluru yang ntah siapa orang yang menembakkannya. Namun Liu mei yin tak memikirkan itu semua, jika orang itu membunuhnya saat ini, maka lebih baik dia mati terbunuh saat ini juga, kini dia tak mampu membendung tangisnya lagi.
Tersisa hanya tangisan Liu mei yin disana.
Tiba-tiba seperti kaset rusak pandangan Liu mei yin berubah menjadi kejadian saat dia dikepung oleh musuhnya sebelum dia mati.
Waktu itu dia melihat dirinya dikepung dan ditembaki oleh anak buah tua Bangka itu, dengan dirinya terus menghindari peluru dari sekelilingnya, dengan bertameng tubuh musuh, namun naas saat dia akan mengganti pistolnya sebuah peluru menembaki dari belakang dan dia melihat dirinya masih berdiri berusaha melawan musuh, namun tiba-tiba dia tak sadarkan diri.
Samar-samar Liu mei yin melihat seorang laki-laki mendekati tubuhnya, yang tak sadarkan diri akibat terkena tebakan bius.
Dia melihat pria tua itu mengarahkan pistolnya kearah kepalanya dan tertawa sebentar dan ntah apa dia bicarakan dia berdiam diri membelakangi pandangan Liu mei yin.
Tiba-tiba lelaki itu menembakkan pistolnya kearak kepala Liu mei yin beberapa kali tanpa jeda, hingga kepalanya pecah.
Jiwa Liu mei yin yang saat ini sedang menyaksikan semua kenangan tersebut, menutup matanya tak kuasa melihat dirinya harus mati mengenaskan, tak terasa air matanya terjatuh tanpa dia sadari.
Namun Liu mei yin masih berusaha melihat semuanya. Lalu dari arah belakang laki-laki tua bangka itu, seorang menembakkan peluru kearah pria tua yang membunuh Liu mei yin.
Doorr..
Betapa terkejutnya Liu mei yin saat itu, bagaimana tidak, dia sangat mengenal orang yang berdiri dibelakang tua bangka itu, orang yang selalu berada disampingnya dan mendukungnya disaat dia jatuh, orang yang selalu menyayanginya apapun yang terjadi.
Liu mei yin sekali lagi menangis tak kuasa, dia akan melangkah maju dan akan memeluk orang tersebut, namun saat dia sudah didekat pria paruh baya tersebut, dia menghentikan langkahnya.
Dia mendengar suara pria paruh baya tersebut tertawa, meski mereka membelakangi Liu mei yin, namun dia bisa mendengat suaranya, "ha ha ha akhirnya dia mati, tak ku sangka akan semudah ini membunuh dua burung dengan satu batu," lalu pria paruh baya tersebut melangkah mendekati mayat Liu mei yin dan berjongkok.
Jiwa Liu mei yin yang sedang menonton dari sampingpun ikut mendekat, dia ingin tahu dan memastikan ucapan pria yang dia rindukan itu apakah benar atau salah dugaannya.
Lalu bisa Liu Mei yin lihat pria paruh baya tersebut menundukkan kepalanya menatap tubuh Liu Mei yin yang tak bernyawa lalu tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak.
"Huh, akhirnya kau mati juga Liu mei yin.
Salahkan saja kau harus lahir dari hasil benih pira sialan itu, yang telah merebut pujaan hatiku.
Namun sekarang, aku bisa tenang dengan kematianmu, karena aku muak melihat wajahmu yang mirip dengan pria sialan itu, andai saja gadis pujaanku melarangku membunuhmu, maka sudahku bunuh kau dari bayi bersama pria sialan itu!" ucap pria paruh baya tersebut.
Deg.....
Liu Mei yin benar-benar tak kuasa terus mendengar ucapan pria tersebut, dia hanya bisa menangis sejadi-jadinya?
Tiba-tiba Liu Mei yin merasakan nyeri di dadanya seperti ada yang menggerogoti hatinya
"akhhhrr. Ke....napa sa-kit sekali? Apa salah-ku pa-man?" ucap Liu mei yin sambil memegang dadanya yang sakit.
Hikkss.....hikss...hikss....
Liu mei yin menengadahkan kepalanya menatap langit-langit. "AKU SUDAH TIDAK MEMPUNYAI ORANG YANG KU SAYANGI, SEMUANYA MENGHIANATIKU, SEMUANYA SUDAH MATI.... LEBIH BAIK AKU TAK ADA DIDUNIA INI!! LEBIH BAIK AKU TAK PERNAH KEPADA ORANG. JIKA HARUS DIKHIANATI DAN DISAKITI AKHIRNYA.!! SIAAAAL!!...KENAPA HIDUPKU SEMENYAKITKAN INI? APA TUJUANKU HIDUP SEBENARNYA? ΑΑΑΑΑΚΗHHR.... SA... KIT....!!" Dia menundukkan kepalanya tubuhnya dan hatinya sangat lelah dengan kenyataan yang baru dia ketahui.
DILAHIRKAN!! PERCUMA SAJA PERCAYA
Hikkksss....hikkksss...hikss...
Setelah 1 jam berlalu Liu Mei yin mengangkat kepalanya dan menatap ke depan, tiba-tiba bola matanya berubah menjadi hitam pekat kembali, seperti ada yang menguasai jiwanya.
"Hemm....lebih baik aku segera menuntaskan ini," ucap Liu mei yin dengan senyum miring khasnya.
Lalu dia melangkah kedepan dan mengangkat kedua tangannya, keluarlah kabut hitam dari telapak tangannya dan diarahkan kesegala arah, yang kini menyebar mengelilingi tubuh Liu mei yin dan hampir menutupi semua sudut tempat itu.
Kemudian tiba-tiba terdengar suara retakan seperti pecahan kaca, ntah dimana dan suara booom terdengar sangat dahsyat memekakkan telinga Liu mei yin, namun dia masih menampakkan wajah datarnya tanpa ekspresi dan terlihatlah pemandangan seperti sebelumnya.
"Huh.. akhirnya kelar juga. Jika seperti ini dari awal aku sudah selesai ujian, dasar kakek tua menyusahkan saja, awas saja jika tubuhku dan jiwaku ini kenapa-kenapa, akanku potong masa depannya," ucapnya dengan suara serak dan beratnya.
Saat akan melangkah menuju pintu keluar Liu mei yin di hentikan oleh tangisan anak kecil, yang membuat Liu mei yin berbalik dan mencari sumber suara, kini Liu mei yin yang awalnya tak pernah perduli dengan orang lain, namun dibuat mengerinyitkan alisnya.
"siapa?" Tanya Liu mei yin, namun masih dengan wajah datarnya.
"Diamm!! jangan berisik, mengganggu saja!!" lalu Liu mei yin berbalik kembali dan akan meninggalkan tempat itu.
"Hu hu hu...hu... Hu.." suara itu kembali terdengar di telinga Liu mei yin.
Liu nei yin yang akan pergi sekali lagi berhenti. "Diaaaammm!!" Teriak Liu mei yin kesal.
Ntah merasa dimarahi oleh orangtuanya, suara tangisan itu tak terdengar kembali, dan itu membuat Liu mei yin tersenyum miring, lalu melangkahkan kakinya menjauh. Namun tepat saat dia sudah melangkahkan kaki 5 langkah, tiba-tiba ada tangan gembul kecil yang menarik roknya, sontak saja membuat Liu mei yin berhenti sepenuhnya dan berbalik kembali, lalu mencari pemilik tangan gemuk dan imut itu.
Mata Liu mei yin menatap tubuh anak kecil usia 2 tahun, yang sedang menatapnya dengan mata berair yang kapan saja akan tumpah.
Liu mei yin yang melihat itu, tak tau harus berbuat apa, disisi lain dirinya kini bukan jiwa Liu mei yin asli, yang masih memiliki kelemah lembutan dan hati nurani, namun saat ini hanya ada jiwa yang kejam dan sadis membunuh tanpa pandang bulu.
Dia hanya mematung menatap anak kecil gemuk itu, sambil menaikkan alisnya tanda bertanya.
Anak kecil yang melihat itu hanya bisa menangis dan merengek, ntah apa yang dia inginkan dari Liu mei yin, namun dia terus menarik-narik rok Liu mei yin.
"Huwaaa... Huwaaaa..huuwaaa.....," Tangis
anak kecil gemuk itu menggema di telinga Liu mei yin.
Liu Mei yin yang mendengar tangisan tersebut tak marah ataupun kesal, namun sebaliknya dia justru cemas dan khawatir, dia bingung harus bagaimana membuat anak kecil itu berhenti menangis, rekfleks saja dia mengangkat tubuh kecil itu dengan memegang kakinya sebelah dan mengangkatnya dengan tubuh terbalik.
Bukannya berhenti menangis, justru anak gemuk itu tambah menangis dan air matanya mengalir ke arah kepalanya.
Liu mei yin tambah bingung, dia hanya bisa menggaruk kepalanya."hei bocah, kenapa kau hanya bisa menangis? diam lah.... berisik sekali kamu ini....." Omel Liu mei yin kepada anak kecil itu, seperti memarahi anaknya yang sudah besar.
Bukannya berhenti, bnamun anak gemuk itu semakin menangis yang membuat Liu mei yin semakin bingung, dan akhirnya dia menaik turunkan tubuh anak kecil itu, lalu membalik tubuhnya dan memegang pundak mungil anak kecil itu mengangkatnya di didepannya, saat itu juga anak kecil gemuk itu berhenti menangis, malahan dia mengulurkan kedua tangan mungilnya kedepan, dengan wajah imutnya menatap Liu mei yin sambil tertawa kecil.
"He he he....ma ma..." Ucapnya.
"Hemm," sebelah alis Liu mei yin terangkat mendengar suara anak kecil itu.
"Ma...ma..., He he he...ma..ma..mama.." ucapnya sekali lagi.
Deg...
"Hei aku bukan ibu mu atau mama mu. Jika kau terus berkata seperti itu, akanku lempar kau." ucap Liu mei yin sambil mengerucutkan bibirnya.
Namun seakan bingung dengan ucapan Liu mei yin, anak gemuk itu hanya memiringkan kepalanya dan mengerjapkan kedua matanya.
"Oh shit....kenapa aku harus bertemu anak sialan seperti ini." ucap Liu mei yin sambil membuang mukanya kesamping.
Anak itu seakan mengerti umpatan Liu mei yin menampakkan wajah sedih dan memanyunkan bibir munginlnya seperti akan menangis.
Liu Mei yin yang melihat itu sekali lagi dibuat pasrah, lalu dia membawa anak kecil itu kedalam pelukannya."sudah diamlah...jangan menangis lagi, kupingku mau pecah mendengar suaramu itu." ucap Liu mei yin sambil menggendong anak kecil gemuk itu.
Anak kecil bertubuh gemuk itu diam tak menangis lagi, tapi malahan terdengar suara dengkuran kecil, yang membuat Liu mei yin menatap anak kecil bertubuh gemuk itu di sampingnya, dia hanya bisa menghela nafas berat, dia hanya diam dengan posisinya saat ini.
Ntah sudah berapa lama dia berdiri dengan posisi menggendong bayi itu dalam pelukannya.