NovelToon NovelToon
Jodohku Suporter Bola

Jodohku Suporter Bola

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:283
Nilai: 5
Nama Author: Hanyrosa93

Sekelompok anak muda beranggotakan Rey Anne dan Nabila merupakan pecinta sepak bola dan sudah tergabung ke kelompok suporter sejak lama sejak mereka bertiga masih satu sekolah SMK yang sama
Mereka bertiga sama-sama tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena terbentur biaya kala itu Akhirnya Anne melamar kerja ke sebuah outlet yang menjual sparepart atau aksesories handphone Sedangkan Rey dan Nabila mereka berdua melamar ke perusahaan jasa percetakan
Waktu terus berlanjut ketika team kesayangan mereka mengadakan pertandingan away dengan lawannya di Surabaya Mereka pun akhirnya berangkat juga ke Surabaya hanya demi mendukung team kesayangannya bertanding
Mereka berangkat dengan menumpang kereta kelas ekonomi karena tarifnya yang cukup terjangkau Cukuplah bagi mereka yang mempunyai dana pas-pasan
Ketika sudah sampai tujuan yaitu stadion Gelora Bung Tomo hal yang terduga terjadi temannya Mas Dwi yang merupakan anggota kelompok suporter hijau itu naksir Anne temannya Rey.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanyrosa93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mutasi Kerja

Setelah menemui Anne ke daerahnya dengan secara mendadak, Mas Yuda pun kembali pulang ke rumahnya yang berada di Surabaya. Mas Yuda berharap, Dirinya dipindah tugaskan ke kantor SP*U cabang Tasikmalaya agar bisa bertemu dengan Anne setiap saat. Tapi kemungkinan Mas Yuda harus menunggu acc dari pimpinannya.

Mas Yuda menghela napas panjang saat mobil yang dikendarainya melaju di jalan tol menuju Surabaya. Bayangan pertemuannya dengan Anne masih melekat jelas di benaknya. Senyum gadis itu, cara bicaranya yang lembut, serta tatapan matanya yang penuh kehangatan membuat hati Mas Yuda semakin yakin bahwa Anne adalah wanita yang ingin ia jadikan pendamping hid*p. Namun, jarak antara Tasikmalaya dan Surabaya menjadi kendala yang harus ia hadapi.

Setibanya di rumah, Mas Yuda langsung merebahkan diri di sofa. Ia merasa lelah, bukan hanya karena perjalanan panjang yang baru saja ia tempuh, tetapi juga karena pikirannya yang terus berputar memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Ia sadar bahwa permintaan pindah tugas ke cabang Tasikmalaya bukanlah hal yang mudah. Kep*t*san ada di tangan pimpinannya, dan ia harus bersabar menunggu.

Pak Budi mendengarkan permintaan Mas Yuda dengan seksama. Setelah itu, ia menghela napas dan berkata, "Yud, kamu tahu sendiri kalau mut*si itu tidak bisa dilakukan secara mendadak. Harus ada alasan kuat, dan tentu saja, ada prosedur yang harus kita jalani. Tapi kalau kamu benar-benar ingin pindah, aku akan coba bantu dengan mengajukan permohonan ke kantor pusat. Tapi jangan terlalu berharap cepat ya, prosesnya bisa memakan waktu beberapa bulan."

Mendengar hal itu, Mas Yuda mengangguk paham. "Terima kasih, Pak. Saya sangat berharap bisa dipindah ke sana. Ada urusan pribadi yang cukup penting bagi saya."

Pak Budi tersenyum tipis. "Aku bisa menebak, pasti ada seseorang yang spesial di sana, ya?"

Mas Yuda hanya tersenyum malu dan mengangguk pelan.

Hari-hari berikutnya, Mas Yuda menjalani rutinitas kerjanya seperti biasa, meski hatinya tetap berharap ada kabar baik mengenai permohonannya. Ia sering menghubungi Anne lewat telepon dan pesan singkat. Setiap kali berbicara dengannya, hatinya semakin yakin bahwa Anne adalah sosok yang tepat untuknya.

Anne sendiri merasa senang bisa mengenal Mas Yuda lebih dekat. Namun, di sisi lain, ia juga khawatir apakah hubungan mereka bisa berjalan dengan lancar mengingat jarak yang memisahkan mereka.

Satu bulan berlalu, dan akhirnya Mas Yuda mendapat kabar dari Pak Budi bahwa permohonannya sedang diproses. Ia merasa sedikit lega, meski masih harus menunggu keputusan akhir. Selama waktu itu, ia semakin sering berkunjung ke Tasikmalaya saat akhir pekan untuk bertemu dengan Anne. Mereka mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama, berjalan-jalan, dan saling mengenal satu sama lain lebih dalam.

Pada suatu sore, saat duduk di sebuah kafe di pinggir jalan, Anne menatap Mas Yuda dengan ragu-ragu. "Mas, kalau pun Mas Yuda nggak bisa pindah ke sini, bagaimana hubungan kita ke depannya?"

Mas Yuda menatap mata Anne dalam-dalam. "Aku nggak mau menyerah begitu saja. Kalau memang aku nggak bisa pindah, mungkin kita harus cari cara lain. Aku bisa coba mengajukan cuti lebih sering, atau kalau sudah waktunya, mungkin aku bisa mengajukan pengunduran diri dan mencari pekerjaan di sini. Yang pasti, aku nggak ingin kehilangan kamu, Anne."

Anne tersenyum tipis, tetapi tetap ada keraguan di matanya. Ia tahu bahwa pekerjaan Mas Yuda di Surabaya cukup mapan, dan meminta seseorang meninggalkan pekerjaannya bukanlah hal yang mudah.

Dua bulan kemudian, kabar baik akhirnya datang. Mas Yuda mendapat pemberitahuan bahwa mut*sinya ke cabang Tasikmalaya telah disetujui. Ia hampir tak percaya dengan keberuntungannya. Segera ia menghubungi Anne dan menyampaikan kabar bahagia itu.

"Anne, akhirnya aku bisa pindah ke Tasikmalaya! Aku akan mulai bekerja di sana bulan depan!" katanya dengan penuh semangat.

Anne terdiam sejenak, lalu tersenyum bahagia. "Benarkah, Mas? Aku benar-benar nggak nyangka! Aku senang banget dengarnya!"

Hari-hari berikutnya, Mas Yuda sibuk mengurus kepindahannya. Ia harus menyelesaikan berbagai urusan administrasi dan berkemas untuk pindah ke kota yang baru. Meski berat meninggalkan Surabaya, ia merasa kep*t*sannya ini adalah yang terbaik.

Setibanya di Tasikmalaya, Mas Yuda mulai beradaptasi dengan lingkungan baru. Ia bekerja dengan baik di kantor barunya dan semakin sering menghabiskan waktu bersama Anne. Hubungan mereka pun semakin serius.

Mas Yuda seminggu sekali mengapel ke rumahnya Anne, karena jarak kos'an yang Yuda tinggali ke rumah Anne sangat dekat. Hanya berjalan kaki saja beberapa meter.

Meskipun sekarang jaraknya berdekatan, tapi Mas Yuda cukup tahu diri dan Mas Yuda juga sama-sama sibuk dengan pekerjaannya. Ia tidak ingin mengganggu waktu Anne, apalagi tahu bahwa Anne juga memiliki banyak kesibukan. Namun, setiap akhir pekan, Yuda selalu menyempatkan diri untuk datang berkunjung. Bagi mereka, seminggu sekali sudah cukup untuk melepas rindu dan berbagi cerita.

Anne selalu menyambut kedatangan Yuda dengan senyuman. Setiap kali Yuda datang, Anne sudah menyiapkan teh hangat dan camilan kesukaan mereka berdua. Obrolan mereka mengalir dengan santai, mulai dari pekerjaan, kejadian sehari-hari, hingga rencana masa depan. Yuda selalu menikmati waktu-waktu ini. Meskipun hanya sebentar, pertemuan ini menjadi pelepas lelah setelah hari-hari yang penuh kesibukan.

Kadang, mereka berjalan-jalan sebentar di sekitar kompleks rumah Anne. Malam yang sejuk dan jalanan yang lengang membuat obrolan mereka semakin nyaman. Sesekali, Yuda menggoda Anne dengan lelucon kecil yang membuat gadis itu tertawa lepas. Ada ketenangan tersendiri yang Yuda rasakan setiap kali berada di dekat Anne.

Namun, di balik semua kebiasaan ini, Yuda sadar bahwa kedekatan mereka juga harus dijaga dengan baik. Ia tidak ingin terlalu sering datang sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi keluarga Anne. Meski orang tua Anne sudah mengenalnya dengan baik dan menyambutnya dengan ramah, Yuda tetap menjaga batasan. Ia tahu diri dan ingin tetap menjaga kesopanan.

Suatu hari, saat Yuda datang berkunjung, Anne terlihat sedikit murung. Biasanya, gadis itu selalu ceria dan penuh semangat, tetapi kali ini ada sesuatu yang tampak mengganggunya. Yuda segera menyadari perubahan ini dan bertanya dengan lembut, "Ada apa, Anne? Kamu kelihatan berbeda hari ini."

Anne menghela napas pelan sebelum akhirnya berkata, "Aku hanya sedikit lelah dengan pekerjaan. Rasanya akhir-akhir ini terlalu banyak hal yang harus aku urus."

Yuda mengangguk mengerti. "Kalau begitu, mungkin kamu butuh istirahat lebih banyak. Aku juga bisa datang di lain waktu kalau kamu ingin sendiri dulu."

Anne tersenyum tipis dan menggeleng. "Bukan begitu, Mas. Justru aku senang kalau Mas Yuda datang. Setidaknya ada seseorang yang bisa mendengarkan ceritaku."

Mendengar itu, Yuda merasa lega. Ia kemudian mencoba menghibur Anne dengan cerita-cerita ringan tentang pekerjaannya. Pelan-pelan, wajah Anne mulai kembali ceria. Mereka menikmati malam itu dengan penuh kehangatan, saling berbagi cerita, dan menguatkan satu sama lain.

Seiring waktu, hubungan mereka semakin erat. Yuda semakin yakin bahwa Anne adalah orang yang ingin ia jadikan pe*damp*ng hid*pnya. Namun, ia juga tidak ingin terburu-buru. Ia ingin memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik, bahwa mereka berdua benar-benar siap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Malam semakin larut, dan Yuda tahu sudah waktunya untuk pamit. "Aku pulang dulu, ya. Jangan lupa istirahat yang cukup," katanya sambil tersenyum.

Anne mengangguk. "Hati-hati di jalan, Mas."

Yuda melangkah pergi, meninggalkan rumah Anne dengan perasaan hangat di hatinya. Ia tahu, minggu depan ia akan kembali lagi, dan begitu seterusnya.

***

1
Hanyrosa93
boleh, yang mana ya novelnya?
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of Dorado
Hanyrosa93: boleh
total 1 replies
Nay
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!