Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jamuan Makan
Xiao Lan belum selesai berbicara, tetapi Li Mei sudah membalikkan badan, berjalan menuju paviliunnya yang sederhana.
“Tidak ada yang mustahil,” jawabnya singkat.
Xiao Lan menatap punggung sang nona dengan ekspresi penasaran.
Li Mei benar-benar berubah…
Xiao Lan mengepalkan tangannya.
Jika sang nona terus berkembang seperti ini, maka suatu hari nanti, tidak ada seorang pun yang bisa meremehkannya lagi.
Dengan semangat membara, Xiao Lan segera mengikuti langkah Li Mei, bersumpah dalam hati untuk selalu berada di sisi sang nona, apa pun yang terjadi.
*****
Pagi itu, aula jamuan keluarga Jenderal Li dipenuhi kehangatan palsu.
Jenderal Li Zhen duduk di kursi kepala keluarga dengan sikap berwibawa, mengenakan jubah kasualnya. Di samping kirinya, Ling Zhi duduk anggun dengan senyum lembut yang disembunyikan di balik wajahnya yang penuh perhitungan.
Di sebelah Ling Zhi, Li Zhu duduk dengan ekspresi penuh harapan, sesekali menatap ayahnya untuk mencari perhatian. Sementara itu, di sisi kanan Jenderal Li Zhen, Li Yuan dan Li Shimin duduk dengan sikap tenang, siap menikmati hidangan pagi mereka.
Namun, sebelum mereka sempat menyentuh makanan, Jenderal Li Zhen tiba-tiba mengerutkan keningnya. Matanya menyapu meja, mencari seseorang yang biasanya selalu ada di dekatnya—Li Mei.
Biasanya, gadis itu akan bersemangat duduk di sampingnya, mengoceh manja dan bahkan meminta disuapi. Meski pada akhirnya ia selalu diusir dengan wajah marah, Li Mei tetap melakukannya berulang kali di kehidupan sebelumnya.
Tapi hari ini … tidak ada Li Mei.
"Kemana Li Mei?" tanya jenderal Li Zhen spontan.
Tentu hal itu membuat Ling Zhi dan Li Zhu mengepalkan tangan, tapi keduanya tetap memasang raut wajah polos.
Ketidakhadiran gadis itu membuat Jenderal Li Zhen sedikit heran, dan tanpa sadar, kedua putranya, Li Yuan dan Li Shimin, juga mulai memperhatikan.
"Pelayan," panggil Jenderal Li Zhen dengan suara dalam.
Seorang pelayan segera maju dan membungkuk hormat.
"Ya, Jenderal."
"Pergi ke paviliun Li Mei dan panggil dia untuk sarapan," perintahnya singkat.
Pelayan itu segera bergegas pergi.
Di sisi lain, di paviliun kecil yang jauh dari kemewahan kediaman utama…
Li Mei baru saja selesai membersihkan diri setelah latihan paginya. Udara pagi masih terasa sejuk, dan ia menikmati waktu tenang sebelum harus menghadapi intrik keluarga yang selalu mengelilinginya.
Namun, ketukan di pintu mengganggu ketenangannya.
Xiao Lan yang tengah membereskan ruangan segera bergegas membuka pintu. Seorang pelayan dari kediaman utama berdiri di sana, membungkuk dengan hormat.
"Nona Li Mei, Jenderal memerintahkan Anda untuk hadir di jamuan sarapan keluarga," katanya dengan suara sopan, meski tersirat sedikit kebingungan di wajahnya.
Li Mei yang baru saja selesai memasang cadarnya menoleh. Matanya yang dingin menatap lurus ke arah pelayan itu.
Sarapan bersama?
Sebuah kejutan kecil. Biasanya, tidak ada yang peduli apakah dia hadir atau tidak, dan sekarang dia dipanggil secara khusus?
Namun, Li Mei hanya tersenyum tipis di balik cadarnya.
"Baiklah," jawabnya singkat. "Katakan pada mereka aku akan segera menyusul."
Pelayan itu tampak ragu sejenak, tetapi melihat sikap Li Mei yang tak terbaca, ia hanya membungkuk lagi sebelum bergegas pergi.
Begitu pintu tertutup, Xiao Lan menoleh penuh tanya.
"Nona, mengapa tiba-tiba mereka memanggil Anda?"
Li Mei hanya menatap langit pagi di luar jendela, matanya penuh pemikiran.
"Karena mereka mulai menyadari sesuatu," jawabnya pelan. "Tapi itu tidak penting. Aku akan pergi dan melihat apa yang mereka inginkan."
Xiao Lan mengepalkan tangannya.
"Jika mereka mencoba mempermalukan Anda lagi—"
"Tenang saja," potong Li Mei dengan senyum dingin. "Kali ini, aku tidak akan menjadi badut di jamuan makan mereka."
*****
Di aula jamuan keluarga Jenderal Li, suasana pagi yang semula hening perlahan berubah menjadi penuh bisikan.
Jenderal Li Zhen duduk di kursi utama, tatapannya masih mengarah ke pintu masuk. Li Mei seharusnya sudah tiba sekarang, tetapi gadis itu belum juga muncul.
Li Yuan, yang duduk di sampingnya, mendengus dan berkata dengan nada kesal, "Ayah, kenapa kita harus menunggu Li Mei? Biasanya, kita makan tanpa dia."
Li Shimin mengangguk setuju. "Benar. Dia sendiri yang tidak pernah dianggap penting dalam keluarga ini. Untuk apa repot-repot menunggunya sekarang?"
Jenderal Li Zhen terdiam. Kata-kata putranya benar, tetapi entah kenapa, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Sebelum ia bisa berkata apa pun, seorang pelayan tiba-tiba masuk dengan langkah cepat, wajahnya sedikit pucat.
"Jenderal, Putra Mahkota Qian Feng datang," katanya dengan suara tegang.
Ruangan itu langsung terdiam.
Jenderal Li Zhen dan semua orang yang hadir, termasuk Ling Zhi, Li Zhu, Li Yuan, dan Li Shimin, segera bangkit dari tempat duduk mereka dan berdiri dengan sikap penuh hormat.
Tak lama kemudian, langkah kaki yang tegas bergema di aula.
Putra Mahkota Qian Feng memasuki ruangan dengan aura berwibawa. Jubahnya yang megah berwarna biru tua dengan bordiran naga emas mencerminkan statusnya sebagai pewaris takhta Kekaisaran Qianlong. Matanya tajam, penuh dengan ketegasan seorang penguasa masa depan.
Saat matanya menyapu ruangan, sekilas ia dan Li Zhu saling mencuri pandang. Li Zhu tersenyum lembut, dan Qian Feng menanggapinya dengan anggukan kecil, hampir tak terlihat oleh orang lain.
Jenderal Li Zhen segera melangkah maju dan memberikan hormat dalam-dalam. "Yang Mulia Putra Mahkota, kedatangan Anda adalah kehormatan bagi keluarga kami. Mohon maaf jika jamuan kami sederhana."
Qian Feng mengangkat tangannya dengan santai, menunjukkan bahwa dia tidak keberatan. "Tidak perlu formalitas, Jenderal. Aku datang tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kuharap aku tidak mengganggu sarapan kalian."
Jenderal Li Zhen dengan cepat menepis kekhawatiran itu. "Tentu saja tidak, Yang Mulia. Silakan duduk," katanya sambil menunjuk tempat di dekatnya.
Li Zhu, yang berdiri di sisi Ling Zhi, menundukkan kepalanya sedikit, tetapi senyuman puas tak bisa disembunyikan dari bibirnya.
Di sisi lain, langkah Li Mei tenang saat ia berjalan menuju aula jamuan makan. Helaian rambutnya terselip rapi di balik cadar tipis yang menutupi wajahnya, sementara hanfu biru pucatnya melambai lembut tertiup angin.
"Nona! Apa Anda yakin untuk ikut sarapan bersama. Aku takut, Nona akan dipermalukan." Xiao Lan sekali lagi menanyakan hal itu pada sang majikan.
Li Mei melirik Xiao Lan dengan ekspresi tenang. "Tenanglah Xiao Lan. Aku akan baik-baik saja," ucapnya sambil terus berjalan.
Xiao Lan berjalan di sampingnya, sesekali melirik nona mudanya yang tampak begitu tenang. Namun, di balik ketenangan itu, pikiran Li Mei berputar dengan cepat.
Hari ini ... Putra Mahkota Qian Feng datang.
Seketika, ingatan dari kehidupan pertamanya menyeruak seperti badai yang mengoyak ketenangannya.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt