NovelToon NovelToon
Embun Dan Tama

Embun Dan Tama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Dwi Febriana

Menikah?

Setelah mengajaknya berpacaran secara tiba-tiba, kini Tama mengajak Embun menikah.

"Pak Tama ngomong apa sih? nggak usah aneh-aneh deh Pak," ujar Embun.

"Aku serius, Embun. Ayo kita menikah!"

Sebenarnya tidak seharusnya Embun heran dengan ajakan menikah yang Tama layangkan. Terlepas dari status Dosen dan Mahasiswi yang ada diantara mereka, tapi tetap saja saat ini mereka berpacaran. Jadi, apa yang salah dengan menikah?

Apakah Embun akan menerima ajakan menikah Tama? entahlah, karena sejujurnya saat ini Embun belum siap untuk menikah.

Ditambah ada mantan kekasih Tama yang belum move on.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Tama dan Dimas

Akhirnya kelas Amara selesai tepat jam 11 siang. Seperti rencana, setelah ini Amara akan langsung ke rumah Embun untuk bergantian dengan Tama guna menjaga gadis itu. Kalau Amara sudah datang kan Tama bisa ke kantor, begitu pikir Amara. Padahal sebenarnya Tama hari ini memang sudah memutuskan untuk tidak ke kantor.

Amara baru saja melangkahkan kakinya keluar kelas saat dia tiba-tiba saja mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Amara."

Merasa namanya dipanggil, Amara tentu saja langsung membalikkan tubuhnya. Ternyata seseorang yang memanggil Amara adalah Dimas.

"Kak Dimas? ada apa kak?" tanya Amara.

Dimas melangkah mendekati Amara.

"Ehm, aku mau tanya sesuatu sama kamu. Boleh enggak?" tanya Dimas.

Amara terdiam, dia sama sekali tidak tau apa yang akan Dimas tanyakan kepada dirinya. Tapi ya sudahlah ya, mari kita dengar apa yang akan laki-laki itu tanyakan.

"Iya kak boleh. Mau tanya apa?" tanya Amara.

"Soal Embun, Ra," jawab Dimas.

Baru disinilah Amara langsung paham. Pasti Dimas akan bertanya kenapa hari ini dia tidak melihat keberadaan Embun bersama dengan dirinya. Mengingat biasanya dia dan Embun memang nyaris tidak terpisah, tentu saja orang menjadi bertanya-tanya saat tidak mendapati mereka bersama. Hari ini bukan Dimas saja yang bertanya, banyak temannya yang lain yang juga menanyakan keberadaan Embun.

Amara tampak tersenyum tipis.

"Ooo soal Embun. Pasti mau tanya kenapa hari ini Embun enggak kelihatan kan? Embun lagi sakit, Kak. Jadi hari ini enggak berangkat kuliah," jelas Amara meskipun Dimas belum bertanya.

"Sakit? sakit apa emangnya? pantesan dari tadi aku WA enggak dibales. Bahkan dibaca pun enggak," ujar Dimas.

Amara bisa melihat kalau Dimas benar-benar khawatir dengan kondisi Embun. Ya wajar sih, secara Amara tau kalau Dimas memang menyimpan rasa kepada Embun.

Apakah Amara setuju kalau seandainya Embun berpacaran dengan Dimas? ehm, kalau boleh jujur sebenarnya Amara tidak setuju. Amara lebih suka kalau Embun berpacaran dengan Tama, Abangnya sendiri. Karena Amara sangat berharap kalau nanti Embun akan menjadi kakak iparnya. Tidak salah kan kalau Amara berharap seperti itu? lagi pula Amara juga melihat kalau Tama memang tertarik kepada Embun. Dan kalau memang iya, maka Amara akan membantu Abangnya agar bisa mendapatkan Embun.

"Tadi sih bilangnya cuma pusing sama demam, Kak. Tapi sekarang katanya udah mendingan kok. Soalnya Embun juga udah minum obat," jawab Amara.

Dimas tampak terdiam sejenak.

"Kamu mau ke rumah Embun nggak Ra? ehmm, kalau iya boleh ikut sekalian enggak?" tanya Dimas.

Mendengar kabar kalau Embun sedang sakit jelas membuat Dimas merasa khawatir. Apalagi yang Dimas tau, Embun tinggal sendirian di rumahnya karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Bayangkan, dalam kondisi sakit tapi sendirian di rumah. Bukankah kasihan?

Kali ini giliran Amara terdiam. Tadi saat Shila dan Naya ingin ikut dengannya ke rumah Embun, dia menolak dengan alasan sedang ada kepentingan lain. Dan sekarang Dimas malah ingin ikut ke rumah Embun.

"Kalau hari ini kamu enggak bisa ke rumah Embun, aku sendirian aja enggak papa kok. Kasih tau aja alamat lengkap rumah Embun, Ra," ujar Dimas saat melihat Amara seperti sedang berpikir.

Dimas kesana sendiri? heiii, Amara tidak akan membiarkan Dimas berduaan saja bersama Embun. Dan lagi--- disana ada Tama. Kalau Dimas ke rumah Embun sendiri dan bertemu Tama. Bisa-bisa---- tidak-tidak, Amara tidak akan membiarkannya.

"Ya udah, kita bareng aja Kak. Aku juga mau ke rumah Embun kok," jawab Amara pada akhirnya.

Ya sudahlah ya, toh Shila dan Naya juga sepertinya sudah pulang. Mereka tidak akan tau kalau ternyata Amara jadi ke rumah Embun.

Namun sebelum itu, Amara harus memberitahu Tama soal kedatangan Dimas. Setidaknya kalau Amara memberitahu kan Tama bisa pulang terlebih dahulu sebelum dia dan Dimas sampai di rumah Embun.

to: Abang Tama

Abang, kelas aku udah selesai. Ini aku udah mau otw kesana, tapi bareng Kak Dimas. Abang pulang sekarang aja enggak papa. Paling 15 menit lagi aku sama Kak Dimas sampai.

Begitu pesan yang Amara kirimkan untuk Abangnya. Lega, setidaknya Amara sudah memberitahu Tama.

Kalau tidak bersama Dimas, rencananya Amara akan naik taksi. Tapi berhubung Dimas juga ikut, jadi Amara membonceng motor Dimas.

"Nanti kita mampir sebentar ke swalayan depan ya, Ra. Aku enggak enak kalau datang ke rumah Embun tapi enggak bawa sesuatu. Padahal Embun lagi sakit," ujar Dimas.

Tidak mungkin Dimas datang dengan tangan kosong kan? rasanya tidak sopan dan tidak gentle sekali. Untungnya tidak jauh dari daerah kampus ada salah satu swalayan yang cukup lengkap.

"Iya Kak," jawab Amara.

Tidak sampai 10 menit, Dimas dan Amara sampai di swalayan.  Atas saran Amara, Dimas akhirnya memutuskan untuk membeli buah dan juga kue. Setidaknya ini cukup bermanfaat untuk seseorang yang sakit kan?

Dan setelah mendapatkan apa yang dicari, Dimas dan Amara kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Embun.

Jam menunjukkan pukul 11 siang saat Embun terbangun dari tidurnya. Saat bangun kali ini rasa pusing yang dia rasakan sudah lebih berkurang dari pada sebelumnya. Dan Embun juga bisa merasakan kalau demamnya pun sudah turun. Hal ini membuta Embun meras sangat bersyukur.

Kenapa? karena kalau Embun sembuh, setidaknya dia jadi tidak merepotkan Tama dan Amara lebih lama.

Embun memutuskan untuk langsung ke kamar mandi dan mencuci wajahnya. Setelah itu baru Embun akan turun untuk menemui Tama. Embun yakin kalau Tama masih ada dibawah, karena saat dia mengintip keluar dari balik jendela kamarnya, mobil Tama masih terparkir didepan rumahnya.

Selesai cuci muka, Amara mengganti tanktop nya dengan kaos biasa agar tidak terlalu terbuka tapi tetap nyaman. Sebenarnya bisa saja Embun menggunakan cardigan, tapi semakin siang rasanya semakin gerah. Jadi lebih baik Embun menggunakan kaos saja.

Tak... tak... tak...

Tama mendengar seseorang menuruni anak tangga. Tama yang tadi sedang fokus dengan pekerjaan kantornya langsung mengalihkan perhatiannya dari layar laptop menuju sumber suara. Dan dapat Tama lihat Embun menuruni anak tangga.

Melihat Embun membuat Tama langsung teringat dengan kejadian beberapa saat yang lalu dimana dia dengan lancang mengecup bibir Embun diam-diam tanpa sepengetahuan gadis itu.

Seharusnya Tama merasa bersalah kepada Embun. Tapi yang terjadi, Tama justru tidak merasa bersalah sama sekali. Tama malah ingin mengulangnya lagi. Bahkan saat ini perhatiannya sudah tertuju pada bibir Embun. Meskipun jarak mereka saat ini cukup jauh, tapi tidak menghalangi Tama untuk bisa melihat bibir mempesona itu.

Menyadari pikirannya yang sedang tidak beres, Tama langsung menggelengkan kepala mencoba untuk menghilangkannya.

Tama beranjak menghampiri Embun.

"Loh, kamu udah bangun Mbun? gimana? udah mendingan belum?" tanya Tama kepada Embun.

Mendengar itu, Embun tampak tersenyum tipis. Meskipun tanpa Tama ketahui saat ini jantung Embun berdegub begitu kencang.

"Udah mendingan Bang," jawab Embun.

Tanpa kata, Tama mengulurkan tangannya untuk memeriksa dahi Embun. Dan syukurnya demamnya sudah turun.

"Iya, udah enggak demam," ujar Tama.

Entah bagaimana, tapi saat ini Tama sudah menggandeng tangan Embun untuk duduk di sofa ruang tengah yang tadi Tama duduki. Hal ini jelas membuat jantung Embun semakin berdetak kencang tidak karuan.

"Mau makan lagi? tadi kamu cuma sarapan sedikit loh," ujar Tama. Laki-laki itu juga menyebutkan makanan apa saja yang sudah dia beli.

Saat Embun tidur tadi, Tama sudah memesan beberapa menu untuk makan siang. Ada soto ayam, sate, dan juga ayam bakar. Tama tidak tau Embun suka yang mana, tapi untuk soto ayam, Tama sengaja memesannya karena orang sakit biasanya suka dengan makanan hangat yang berkuah.

Embun menggelengkan kepala. Dalam hati dia merasa sangat merepotkan Tama.

"Nanti aja, Bang. Aku belum laper lagi soalnya," jawab Embun, "Kalau Bang Tama mau makan duluan enggak papa kok," tambahnya lagi.

"Aku juga belum laper," jawab Tama.

Tatapan Embun tertuju pada layar laptop Tama.

"Bang Tama enggak mau ke kantor aja?  aku beneran udah enggak papa kok. Daripada Bang Tama malah tambah repot kalau kerja disini, mending ke kantor aja, Bang. Pasti bakal lebih nyaman buat Abang,"  ujar Embun.

Tama tersenyum, kemudian menggelengkan kepala.

"Enggak papa, aku bisa kerja dimana aja dan tetap nyaman. Lagi pula kerjaan aku hari ini enggak banyak kok, jadi enggak harus ke kantor," jawab Tama mengulang penjelasan yang tadi sebenarnya sempat dia katakan kepada Embun.

Lagi pula Tama tidak mungkin membiarkan Embun setelah ini bertemu dengan Dimas tanpa pengawasan dirinya. Ya, Tama bukannya tidak membaca pesan yang Amara kirimkan kepada dirinya. Tama membacanya dengan sangat jelas, hanya saja dia memang memutuskan untuk tidak pulang. Tama memilih untuk stay disini dan nanti bertemu dengan Dimas.

Tama ingin menunjukkan kepada Dimas kalau laki-laki itu tidak memiliki kesempatan untuk bisa mendekati Embun.

Dan pada akhirnya Tama ingin semua orang tau kalau Embun miliknya. Meskipun saat ini belum resmi, tapi Tama pastikan itu akan terjadi secepatnya.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara motor berhenti didepan rumah Embun. Tama sudah tau siapa yang datang, hanya saja dia memilih untuk diam. Sementara Embun, dia langsung beranjak dari sofa untuk melihat siapa kiranya yang datang.

"Kak Dimas," gumam Embun dengan suara lirih.

Didepan rumahnya, ada Dimas yang datang bersama dengan Amara. Kenapa laki-laki itu ada disini? apa Amara memberitahu Dimas kalau dirinya sedang sakit?

Dengan segera Embun membuka pintu rumahnya.

"Embun, kamu udah mendingan?" tanya Amara kepada Embun.

Saat tiba tadi, Amara cukup terkejut saat melihat mobil Tama masih disini. Kenapa Tama tidak pulang coba? padahal Amara sudah memberitahu kedatangan dirinya bersama Dimas. Apa mungkin Tama sengaja melakukan ini?

Embun tersenyum tipis.

"Iya, udah mendingan Ra," jawab Embun.

Amara dan Dimas berjalan mendekat. Terlihat kalau saat ini Dimas cukup canggung entah karena apa.

"Gimana keadaan kamu, Mbun? aku denger dari Amara katanya kamu sakit," ujar Dimas.

Embun masih dengan senyum tipisnya.

"Cuma pusing sama demam aja, Kak. Sekarang udah baikan kok," jawab Embun.

"Oo iya, ini ada sedikit buah tangan. Semoga kamu cepet sehat, Mbun," ujar Dimas.

Embun menerimanya.

"Makasih banyak Kak, padahal enggak perlu repot-repot segala loh. Kalau mau main enggak usah bawa apa-apa," ujar Embun merasa tidak enak hati.

Bersamaan dengan itu, terdengar deheman pelan dari belakang. Dimas yang tadi fokus kepada Embun pun seketika mengalihkan tatapannya kearah sumber suara.

Dan betapa terkejutnya Dimas saat dia mendapati Tama ada dibelakang Embun. Meskipun Tama tidak mengajar di mata kuliahnya, tapi Dimas tau persis siapa Tama.

"Pak Tama--" gumam Dimas lirih.

Tampak Embun dan Amara hanya diam melihat itu semua. Mereka tidak tau harus bereaksi apa karena secara tiba-tiba suasana diantara mereka menjadi cukup canggung. Dan ini semua tentu saja karena Tama.

1
Yorairawan Yorairawan
bagus ceritanya..semangat othor..💪
Sugiharti Rusli
apa jawaban si Embun penolakan, kalo Tama ga bisa meyakinkannya sih seperti nya iya menolak🤭🤭🤭
Sugiharti Rusli
memang yah terkadang yang bikin sebuah pertengkaran antar pasangan atau siapa pun itu adalah diksi dan intonasi yah, kadang bikin salah paham
Sugiharti Rusli
tancap gas bang dengan ide menafkahi si Embun,,,
Hearty💕💕
Menikah adalah keputusan yang tepat
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Tama bisa aja jurus2 ke sana ngajak nikah 😂😂😂
Lina Mumtahanah
terima aja embun, jadi kamu ada yang jagain
Lina Mumtahanah
cepat ambil tindakan bang tama, jangan ditunda lagi
bimawati
ayo bunnn gaskenlah biar ngk kesepian.
Opi Sofiyanti
kyk di ksh jln aja buat belok k stu... 😁😁
Sugiharti Rusli
semoga juga si Embun ga merasa terganggu yah kamu tungguin tuh sampai selesai kerjanya🙃🙃😉
Sugiharti Rusli
memang sebaiknya didiskusikan sama kedua ortu kamu sih Tam, mana tahu mereka bisa kasih win" solution bagi hubungan kamu dan Embun
Sugiharti Rusli
namanya juga baru jadian dan fall in Love yah Tam, jadi semua sah" aja😅😅😅
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Tama bucin mentok sama Embun😍
bimawati
perbucinan dimulai🤣
Lina Mumtahanah
mulai posesif bang tama
Hearty💕💕
Kak, hanya mau kasih masukkan aja deh. Kayaknya nggak semua harus dijelaskan "kenapa sering" kenapa harus pakai singlet dst dst.
Sugiharti Rusli
sabar dulu bos, jangan buru" dan grasak-grusuk ambil keputusan, nanti malah buat si Embun ga nyaman
Sugiharti Rusli
sebaiknya jangan buru" Embun resign sih Tam, dia pasti akan menolak kalo kalian belum ada ikatan apa"
Sugiharti Rusli
memang yah terkadang ada orang" yang dianugerahi kalo masak apa saja yang simpel pun enak😆😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!