NovelToon NovelToon
Dipaksa Kawin Kontrak

Dipaksa Kawin Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Pelakor jahat
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dini Nuraenii

Kaila tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis hanya dalam semalam. Seorang perempuan sederhana yang mendambakan kehidupan tenang, mendadak harus menghadapi kenyataan pahit ketika tanpa sengaja terlibat dalam sebuah insiden dengan Arya, seorang CEO sukses yang telah beristri. Demi menutupi skandal yang mengancam reputasi, mereka dipaksa untuk menjalin pernikahan kontrak—tanpa cinta, tanpa masa depan, hanya ikatan sementara.

Namun waktu perlahan mengubah segalanya. Di balik sikap dingin dan penuh perhitungan, Arya mulai menunjukkan perhatian yang tulus. Benih-benih perasaan tumbuh di antara keduanya, meski mereka sadar bahwa hubungan ini dibayangi oleh kenyataan pahit: Arya telah memiliki istri. Sang istri, yang tak rela posisinya digantikan, terus berusaha untuk menyingkirkan kaila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Malam telah larut, dan rumah besar itu sepi, hanya ada suara detakan jam yang terdengar mengisi keheningan.

Kaila sedang berada di kamarnya, memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi setelah kabar kehamilannya terungkap.

Meskipun Arya tetap tenang di luar, Kaila merasakan ketegangan di udara sesuatu yang tidak bisa dihindari.

Namun, malam ini, masalah yang lebih besar datang. Setelah Arya memastikan Kaila beristirahat, ia kembali ke ruang tamu, di mana Nayla sudah menunggu dengan ekspresi yang jauh dari tenang. Istri pertama Arya itu duduk di sofa dengan tatapan tajam, matanya tak pernah lepas dari Arya.

Arya, yang baru masuk, melihat Nayla yang duduk dengan sikap tegas. “Ada apa, Nayla?” tanyanya dengan nada datar, mencoba menyembunyikan ketegangan yang ia rasakan setelah kejadian hari ini.

Nayla tidak langsung menjawab. Ia bangkit dari sofa dan mendekat, wajahnya penuh tekad. “Aku butuh kejelasan, Arya.”

Arya menyilangkan tangan di dada, tetap dengan ekspresi dingin. “Kejelasan tentang apa?”

“Keputusanmu,” jawab Nayla tegas. “Aku tahu kamu merasa terbebani dengan semuanya, tapi aku juga butuh hakku sebagai istri yang sah. Aku ingin anak dari kamu, Arya.”

Arya terdiam sejenak. Ia memandang Nayla dengan tatapan tajam. “Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas ini, Nayla. Aku sudah punya tanggung jawab lain.”

“Jangan berpura-pura tidak tahu,” Nayla membalas, suaranya sedikit meninggi. “Kamu tahu apa yang aku maksud. Jika kamu tidak memberikan aku apa yang menjadi hakku sebagai seorang istri, aku akan membuat semuanya berantakan. Aku akan buka semua yang tersembunyi,semua tentang Kaila dan kamu.”

Arya terkejut, tetapi tidak menunjukkan rasa takut di wajahnya. “Apa maksudmu?”

Nayla melangkah lebih dekat, matanya penuh ancaman. “Kaila, dia bukan siapa-siapa, Arya. Kita semua tahu siapa dia sebenarnya, dan kalau aku ingin membocorkan semuanya tentang hubungan gelap kalian, aku bisa lakukan itu. Kalau kamu tidak memberikan aku keturunan, aku tidak akan diam. Aku punya cara untuk menghancurkan semuanya.”

Arya mengerutkan kening, tampak tidak terkejut, tapi jelas ada ketegangan di wajahnya. “Kau benar-benar berniat melakukan itu?”

Nayla mengangguk dengan tegas. “Aku tidak main-main, Arya. Aku juga punya hak atas kamu, dan aku sudah cukup sabar. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur.”

Selama beberapa detik, hanya ada keheningan. Arya menatap Nayla, berpikir keras. Meskipun Nayla adalah istrinya yang sah, ia juga tahu betul bahwa hubungan dengan Kaila telah membawa kekacauan yang sulit dihindari.

Tapi ancaman yang disampaikan Nayla mengungkapkan segalanya tentang dirinya dan Kaila membuatnya harus berpikir ulang.

“Aku sudah memberi kamu apa yang menjadi hakmu, Nayla,” Arya berkata dengan suara datar. “Namun, jika kamu melanjutkan ini, kamu tahu apa yang akan terjadi. Aku tidak akan diam jika kamu memaksaku memilih antara kamu dan Kaila.”

Nayla tersenyum dingin, tahu bahwa ia telah menekan titik sensitif Arya. “Jadi, kamu memilih dia? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku, istri sahmu?”

Arya menatap Nayla dengan tajam. “Aku tidak memilih siapa-siapa, Nayla. Tapi aku juga tidak akan membiarkanmu menggunakan ancaman untuk mendapat apa yang kamu inginkan.”

Nayla tidak puas dengan jawaban itu, dan ia melangkah mundur, namun wajahnya masih dipenuhi amarah. “Kita akan lihat bagaimana ini berakhir. Jangan pikir aku akan diam begitu saja.”

Arya menghela napas, berusaha tetap tenang. “Kamu tidak bisa terus seperti ini, Nayla. Semua ini hanya akan membuat semuanya lebih buruk.”

Nayla menatap Arya dengan mata penuh kebencian sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan ruang tamu, meninggalkan Arya yang masih berdiri, merenung di tempatnya.

Arya merasa ada ketegangan baru yang terbangun, jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan. Ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan yang sangat sulit, dan hubungan antara dirinya dan Kaila akan menghadapi ujian besar. Tapi, saat itu juga, dia tidak bisa mengabaikan ancaman Nayla yang semakin nyata.

.....

Arya masih berdiri di ruang tamu, rasa khawatir yang semakin menggelayuti dirinya. Kata-kata Nayla terus terngiang di benaknya.

Ia tahu betul bagaimana kerasnya hati Nayla, dan ancamannya tentang mengungkapkan hubungan gelapnya dengan Kaila bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh.

Arya tidak bisa membiarkan itu terjadi. Ia tidak ingin melihat Kaila hancur karena skandal yang bisa menghancurkan reputasinya, terlebih lagi jika ada pihak lain yang tahu tentang hubungan mereka.

Tanpa berpikir panjang, Arya menuju ke kamar Nayla. Saat kakinya melangkah melewati koridor yang gelap, perasaan cemas semakin menyesakkan dadanya.

Ia tahu dirinya berada dalam dilema, terjebak dalam persimpangan antara kewajibannya sebagai suami dan rasa tanggung jawabnya terhadap Kaila.

Arya mengetuk pintu kamar Nayla dengan perlahan, namun suara ketukan itu seolah memantul di udara yang hening. Tidak ada jawaban. Dengan sedikit rasa ragu, ia memutuskan untuk membuka pintu dan masuk.

Nayla sedang duduk di tepi ranjang, matanya tajam menatap kosong ke arah jendela, seolah memikirkan sesuatu yang jauh.

Saat Arya masuk, ia tidak segera menoleh. Namun, ketegangan di antara mereka begitu terasa.

"Aku sudah bilang, Nayla," Arya memulai dengan suara berat, berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Jangan bermain-main dengan ancamanmu."

Nayla perlahan menoleh, matanya berbinar dengan kilatan yang tak bisa disembunyikan. "Jadi, kamu datang ke sini untuk mengancamku? Atau kamu datang untuk memenuhi kewajibanmu, Arya?"

Arya menatapnya, mencoba tetap tenang meski hatinya bergejolak. "Aku datang untuk berbicara, Nayla. Ini tidak bisa terus seperti ini. Jangan paksakan aku membuat pilihan yang tidak aku inginkan."

Nayla tersenyum sinis. "Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu rasakan, Arya? Kamu tidak ingin aku, tapi kamu juga tidak bisa melepaskanku begitu saja. Kamu tahu aku punya banyak cara untuk membuat hidupmu lebih sulit, kan?"

Suasana di ruangan itu semakin panas, dan Arya merasa semakin terpojok. Dalam hati, ia berusaha untuk menemukan jalan keluar, namun saat itu, dia tidak melihat jalan lain selain apa yang diminta Nayla.

“Aku tidak ingin melihat Kaila terluka,” jawab Arya, suaranya bergetar. “Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan tanggung jawabku di sini.”

Nayla mengangkat satu alis, mendekatkan wajahnya ke wajah Arya. “Maka, lakukanlah apa yang harus kamu lakukan, Arya. Aku butuh kepastian. Kalau kamu tidak memberiku apa yang aku inginkan, aku akan menghancurkan segalanya.”

Dengan langkah yang terhenti, Arya merasakan kekuatan ancaman itu menyusup ke dalam dirinya. Ia melihat wajah Nayla yang penuh harapan, namun itu bukan harapan yang tulus. Itu adalah harapan yang dikendalikan oleh keinginan dan rasa sakit yang dalam.

Akhirnya, dengan perasaan yang bercampur aduk, Arya mendekatkan dirinya pada Nayla. Tanpa berkata-kata lagi, ia menarik Nayla ke dalam pelukannya.

Tangan Nayla bergerak dengan cepat, seolah sudah menunggu momen ini. Arya terpaksa mengikuti, terperangkap dalam permainan yang tidak ingin ia mainkan.

Nayla mendesah lembut, seolah merasa kemenangan ada di tangannya. Arya, di sisi lain, merasa perasaan bersalah yang semakin menggelora.

Ia tidak ingin melukai Kaila, tapi malam itu, ia merasa dirinya terjebak dalam keputusannya sendiri.

Setiap gerakan terasa berat, setiap sentuhan terasa hampa. Arya tahu betul bahwa ini bukanlah keputusan yang ia inginkan.

Namun, malam itu, ia terpaksa menjalani sesuatu yang membuatnya merasa lebih jauh dari diri sendiri. Ia hanya bisa berharap bahwa besok, semuanya akan bisa kembali normal.

Tapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa semuanya akan berubah selamanya.

Malam itu berakhir dengan keheningan. Tak ada kata-kata, hanya ada perasaan yang terpendam dan keputusan yang terasa tidak bisa diubah.

Dan pada akhirnya Nayla merasakan malam pertama nya bersama Arya,walau ini sudah sangat terlambat.

1
R 💤
jangan mau kaila,
R 💤
hadir Thor 👋🏻
R 💤: siap Thor 👋🏻
Dini Nuraeni: Thanks dah mampir dan jadi yang pertama mengomentari 🥹🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!