Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.
Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.
Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.
Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Kabar
Pemuda yang tadinya kesal karena permintaan ditolak, sekarang sudah luluh begitu apa yang dia inginkan sudah ada dalam genggaman tangannya.
Pemuda itu bahkan sekarang sudah menggerakan tangannya, mengusap dan memijat dengan lembut dan pelan, gundukan nikmat milik bidadari yang dipenuhi dengan bulu. Rasa kagumnya terpancar dengan mata yang terus menatap benda impian yang sekarang terpampang di hadapannya itu.
"Apa Kang Wira sudah terbiasa, menyentuh punya wanita seperti ini?" tanya Bidadari yang tangannya saat ini sudah berhasil mengeluarkan isi celana Wira.
Wanita itu juga sedang mengusap milik Wira dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Bidadari tersebut juga sangat mengagumi benda menegang milik pria yang terbaring di hadapannya itu.
"Belum pernah. Ini pertama kalinya aku memegang milik perempuan," jawab Wira antara jujur dan dusta. "Dek, kamu berbaring di sebelahku sini, biar posisimu enak."
Bidadari itu mengangguk dan untuk sementara mereka menghentikan kegiatan masing masing. Bidadari naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya di samping kiri Wira.
Setelah tubuh bidadari terbaring, tangan Wira langsung kembali beraksi. Kali ini yang menjadi sasaran tangan Wira adalah benda kembar yang kenyal di dada bidadari.
"Kenyal ya, Dek, agak keras. Apa mungkin tubuh kamu belum pernah disentuh pria, Dek?" tanya Wira yang tangannya dengan aktif memijat satu persatu benda kenyal yang cukup besar tersebut. "Ini bisa gede kayak gini diapain, Dek?"
"Ya tidak diapa apain, Kang," jawab Bidadari yang sudah pasrah tubuhnya digerayangi tangan kekar dan kasar oleh pria di sebelahnya. "Yang pertama kali menyentuh tubuh saya ya Kang Wira, tidak ada yang lain."
Wira tertegun sejenak, lantas dia tersenyum. Ada rasa bangga dalam diri pemuda itu karena bisa menyentuh bidadari secara langsung. Bukan wanita biasa pada umumnya, yang kecantikannya tidak bisa diragukan lagi. "Tugas bidadari di langit itu apa aja sih, Dek? Dan bidadari itu berasal darimana? Apa kalian memiliki orang tua?"
"Bidadari itu berasal dari bayi perempuan yang baru lahir, Kang. Bayi perempuan itu kan masih suci dan belum berdosa. Jika dia meninggal, sebelum atau tak lama setelah dilahirkan, Dia akan menjadi bidadari. Kalau bayi laki laki yang meninggal akan menjadi dewa. Tugas bidadari ya melayani pria yang melakukan kebaikan saat masih hidup di dunia," jawab bidadari tanpa merubah posisi tidurnya.
"Melayani pria yang melakukan kebaikan? Maksudnya gimana, Dek? Melayani dalam hal apa gitu?" tanya Wira dengan tangan yang masih bergerak aktif di dada bidadari dan juga lubang nikmat berbulu.
"Ya seperti istri melayani suami, Kang wira pasti tahulah. Para pria baik, nantinya akan mendapat pelayanan spesial dari para bidadari di alam keabadian setelah meninggal kelak. Kalau yang wanita, menjadi teman hidup para dewa," terang bidadari, matanya menatap lekat wajah pria yang isi celananya sedang dia genggam.
"Oh gitu," jawab Wira paham. "Terus, bidadari yang mendapat hukuman seperti kalian, kira kira boleh tidak berhubungan suami istri saat menjalani hukuman?" akhirnya pertanyaan itu berhasil Wira tanyakan. Sebagai pria normal tentu saja Wira ingin merasakan yang lebih dari sekedar pegang pegang seperti sekarang ini.
"Kalau itu sebenarnya tidak boleh, Kang," jawab Budadari. "Kenapa? Apa Kang Wira ingin melakukannya?" tanya Bidadari nampak sangat polos.
"Sudah pasti lah, Dek. Apa lagi lubang kamu ini sangat cantik. Sudah pasti saya ingin memasukkan milik saya ke dalam punya kamu. Seumur hidup, aku belum pernah merasakannya loh, Dek. Belum pernah sekalipun aku melakukannya," keluh Wira dengan wajah terlihat memelas.
Bidadari yang menatapnya lantas tersenyum. "Aku sih mau saja memenuhi keinginan Kang Wira, tapi aku takut menyalahi aturan lagi. Gini aja deh, nanti aku bicarakan dengan yang lainnya bagaimana? Kali aja ada jalan lain yang lebih aman agar kita bisa mewujudkan keinginan Kang Wira."
Wira menghembus nafasnya dengan pelan. "Baiklah. Semoga ada jalan lain ya, Dek," ucap Wira pasrah. "Tapi kalau aku minta yang lain kamu mau melakukannya nggak, Dek?"
"Yang lain? Apa itu?" tanya Bidadari penasaran.
Wira tidak langsung menjawab, tapi dia bangkit dari berbaringnya, lalu menyodorkan isi celananya ke hadapan wajah bidadari. "Tolong, Dek, kamu memainkan punyaku pakai mulut kamu."
"Astaga!" Bidadari langsung terkejut. "Apa enaknya, Kang?
"Ya dicoba aja dulu, aku juga baru kali ini mencobanya, Dek. Kata orang orang yang sudah pernah melakukannya, ini tuh enak. Malah banyak wanita yang ketagihan makan punya pria. Makanya mumpung ada kesempatan. nggak salah kan, Dek, kalau kita coba?"
Kening bidadari sontak berkerut dengan pandangan terbagi antara wajah Wira dan batang yang mengacung di hadapan wajahnya.
Karena tidak mau mengecewakan pria itu lagi, akhirnya bidadari menuruti kemauan pemuda tersebut. Senyum Wira langsung melebar dan dengan semangat dia mengarahkan bidadari, cara menikmati batang pria dengan baik dan benar.
"Nah, gitu, Dek. Bagus. Jilat terus, akhh, enak banget Dek," racau Wira setelah permainan mulut bidadari mulai berjalan.
####
Sementara itu para bidadari lainnya, saat ini sudah mengumpulkan beberapa macam sayuran dan buah yang mereka dapat dari hutan dan kebun. Dengan riang mereka melakukan semua pekerjaan manusia itu. Nenek dan Kakek yang bersama mereka saat ini juga sedang mengumpulkan ranting dan dahan pohon untuk dijadikan kayu bakar.
Di saat para bidadari sedang asyik istirahat di bawah pohon rindang dan besar, mereka dikejutkan dengan cahaya yang begitu terang, bergerak menuju ke arah mereka. Para bidadari terkejut dengan kedatangan cahaya itu.
Mereka sudah tahu siapa pemilik cahaya yang menghampiri mereka. Saat itu juga mereka langsung berlutut, memberi hormat kepada sosok yang muncul di dari cahaya tersebut.
"Hormat kami kepada Mahadewi," sapa keenam bidadari kompak.
"Bangunlah," titah Mahadewi. Kening wanita berbusana emas itu berkerut saat menyadari hanya ada enam bidadari di hadapannya. "Kenapa kalian hanya berenam, mana yang satunya?"
"Yang satu di rumah, Mahadewi. Dia tidak ikut karena harus menemani pria yang menjaga kami," jawab Dewi merah.
Mahadewi mengangguk beberapa kali. "Apa kalian baik baik saja?"
"Kami baik baik saja, Mahadewi," jawab dewi merah lagi. "Laki laki yang bersama kami, sangat menjaga kami, Mahadewi. Setiap ada bahaya yang mengancam kami, dia selalu dengan sigap menolong dan menyelamatkan kami."
"Baguslah, berarti dia bisa diandalkan sampai kalian menemukan semua bulu Angsa emas bukan," ucap mahadewi.
"Benar, Mahadewi. Dia laki laki yang sangat bisa diandalkan," Dewi merah kembali yang bersuara. "Lalu kenapa Mahadewi turun ke bumi? Apa ada masalah lain yang berhubungan dengan kami?"
"Ya, saya hanya akan memberi peringatan kepada kalian," jawab Mahadewi.
"Apa itu, Mahadewi?"
"Saya harap kalian lebih hati hati lagi. Ada sekelompok pemuja iblis yang saat ini sedang mengincar darah perawan kalian."
"Apa!"
berarti masih ada enam bidadari lagi yang mesti di cairkan...hahahhaa...
dengan keahlian jemarimu itu Thor, bisalah di selipkan nama nama pembaca cowok sebagai tokohnya, pastinya kan kami pasti mengagumi karyamu ini Thor..
Moso yoo cuma tokoh Wira saja toohh...hihihiiiiii ngarep banget sih saya yaaaa...🤭🤭🤭
..hemmm
wes, tambah lagi kopinya Thor, gulanya dikiiiiitt aja...
🤭