" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memintanya kembali
Seminggu berlalu begitu cepat, Sadam sendiri semenjak malam pengantinnya gagal dengan Mahira, ia tidak pernah menemuinya kembali, ada rasa kesal karena sepertinya istri keduanya itu menolak untuk ia sentuh.
"Seperti nya anda sudah mulai bosan dengan istri mudanya Tuan ya?" tanya Hans sengaja menggoda Tuannya.
"hey, jaga bicaramu itu Hans, kalau sampai ada yang dengar, bisa runyam urusannya!" balas Sadam sembari menghela nafasnya, kini tubuhnya ia sandarkan di senderan kursi kebesarannya, sambil menopang dagu, sepertinya Sadam telah memikirkan sesuatu.
melihat Tuannya seperti itu, Hans malah semakin di buat penasaran.
"Ada apa dengan anda, Tuan? Jika ada masalah cerita lah kepada saya, siapa tahu bisa sedikit mengurangi beban fikiran, Tuan!" usul Hans dengan posisi berdiri mematung di depan Sadam.
"Ini mengenai Alisa, entah kenapa setelah aku menikah lagi, sikapnya sedikit aneh! Ia selalu bersikap manja dan akh, pokoknya seperti pengantin baru! Biasanya ia tidak seperti itu, dia sedikit cuek kepadaku akhir-akhir ini, Hans!"
"pantas saja Tuan melupakan istri keduanya Tuan, toh sudah ada yang bisa menuntaskan hasratnya Tuan, lantas bagaimana dengan rencana tuan kedepannya dengan Nyonya Mahira?"
Sadam pun bangkit dari tempat duduknya, kemudian langkah kedua kakinya menuju jendela kaca yang menjulang bebas tepat di belakang kursi kebesarannya. Sambil menatap langit cerah berwarna biru, Sadam kini memejamkan kedua matanya.
"Aku akan tetap dengan rencana ku Hans, Mahira harus secepatnya hamil, agar hubungan ini segera berakhir sebelum ketahuan oleh Alisa." ucap Sadam yang kembali termenung.
"Ini sudah jadi resikonya Tuan, seandainya ketahuan pun anda harus bisa memilih salah satu!"
Sadam malah mengerutkan dahinya.
"Maksudmu?"
"Begini saja Tuan, seandainya Nyonya Mahira beneran hamil anak Tuan dan tiba-tiba saja Nyonya Alisa mengetahui skandal Tuan, siapa yang akan Tuan pilih di antara mereka berdua?" tanya Hans dengan serius.
Mendengar hal itu, Sadam malah menggelengkan kepalanya.
"Entahlah Hans, untuk saat ini perasaanku terhadap Alisa masih sama seperti dulu, tapi di lain sisi, aku sangat mengharapkan kehadiran seorang bayi, benih dariku! saat ini aku tidak bisa menjawabnya Hans, akh kau ini malah membuat kepalaku semakin pusing saja!" keluh Sadam.
Hans langsung membungkuk dan buru-buru meminta maaf.
"Malam ini aku akan pulang ke Apartemen, semoga malam ini aku bisa melakukan nya dengan Mahira, meskipun ini cukup berat, karena aku benar-benar telah mengkhianati istri pertamaku!"
"Nikmati saja alurnya Tuan, janganlah anda jadikan beban, enjoy saja dengan situasi saat ini! Tuan sih beruntung punya dua orang istri, sedangkan saya satu pun tak punya, apakah wajahku begitu menyeramkan?" tanya Hans sambil mengusap-usap wajahnya dan berusaha merapihkan rambutnya yang klimis.
Melihat tingkah konyol Hans yang seperti itu, Sadam malah tertawa terbahak-bahak, hingga perutnya merasa sakit akibat tertawa geli.
"Jelek sih tidak, tapi penampilanmu itu terlalu kolot Hans, usiamu seperti sudah seumuran Papahku!"
"Aish, Tuan tega sekali mengatai ku seperti itu!"
"Aku mengatakan yang sebenarnya loh Hans, memang penampilanmu terlalu kuno dan kolot, coba sedikit-sedikit kau robah penampilanmu sesuai dengan usiamu!" usul Sadam.
Hans pun langsung termenung dan mulai berfikir tentang usul dari Tuannya tersebut.
"Baiklah Tuan, akan saya coba saran dari anda, semoga saja berhasil!"
Lalu Sadam mendekat ke arah Hans, kemudian menepuk bahunya.
"Kali ini kau boleh pulang lebih cepat Hans, kalau seandainya Alisa menanyakan tentang aku, kau bilang saja jika aku ada perjalanan bisnis selama dua hari di luar pulau, dan untuk sementara waktu ponselku akan aku nonaktifkan, buat Alisa percaya semua perkataan mu, dan kau bisa menghubungiku ke nomer yang satunya lagi!"
"Siap Tuan, semua perintah dari anda akan segera saya laksanakan."
"Good Hans, kau memang bisa selalu aku andalkan!" puji Sadam.
......................
Apartemen
Menjelang malam, rupanya Mahira makan malam seorang diri tidak ada yang menemani, namun hatinya kali ini sudah tidak merajuk lagi, karena tadi sore Ia telah bertemu dan bermain di Mall bersama Syifa, putri kesayangannya. Meskipun tidak bisa ber lama-lama bertemu dan bermain dengan Syifa, setidaknya rasa rindunya selama ini sedikit terobati, dan Mahira telah membelikan mainan boneka Barbie untuk putri kecilnya tersebut, karena sedari kecil Syifa sangat menyukai mainan itu.
Setelah selesai makan malam, Mahira bergegas merapihkan meja makan dan membawa peralatan bekas dirinya makan ke dapur dan segera mencucinya di wastafel. Setelah semuanya selesai, tiba-tiba bel Apartemen berbunyi. Mahira merasa gugup dan juga takut.
"Siapa yang datang kesini malam-malam?" gumamnya dengan dahi mengerut
Kemudian Mahira bergegas membuka pintu ruang utama.
Saat pintu di buka, betapa kagetnya Ia ketika mendapati Suaminya telah kembali setelah satu Minggu pergi begitu saja tanpa kabar apapun.
"T tuan, anda pulang kesini?" tanya Mahira terbata karena gugup.
Sadam malah melengos masuk ke dalam tanpa menjawab pertanyaan dari istri mudanya.
"Ini adalah Apartemen milikku, dan kau adalah istriku, jadi aku bisa bebas sesuka hati untuk pulang kesini! Faham kamu?" tegas Sadam.
Mahira hanya mengangguk dan tidak berani berkata apapun.
Kemudian Sadam duduk di kursi kecil dekat rak sepatu, melihat hal itu Mahira buru-buru mendekat, dan saat Sadam akan membuka sepatunya, tiba-tiba Mahira berjongkok dan membantunya melepaskan sepatu milik suaminya. Sadam sempat terkejut dengan sikap dari Mahira, selama ia menikah dengan Alisa, ia sama sekali belum pernah di perlakukan seperti itu, Sadam pun menatap kagum ke arah Mahira.
"Sudah selesai Tuan!"
"Tolong ambilkan sandal yang berwarna putih di dalam rak sepatu!" perintah Sadam sambil mengulum senyum.
Mahira bergegas mengambilkannya dan segera meletakkannya di lantai, di depan kedua kaki Sadam.
"Emh, apakah Tuan sudah makan?"
Sadam hanya menggeleng. " Aku belum makan, memangnya kenapa?" tanya Sadam sembari menatap aneh wajah Mahira.
"kebetulan saya baru selesai memasak untuk makan malam, jika Tuan mau nanti saya ambilkan, gimana?"
"Boleh juga, yasudah kau segera siapkan makan malam untukku!" perintah Sadam dengan suara lembutnya.
'kenapa kau begitu berbeda dengan Alisa, kau memperlakukan ku bagaikan seorang raja saja, karena kau berusaha melayaniku dengan baik, dan sepertinya aku tidak menyesal karena telah memilihmu untuk mengandung benihku." batin Sadam merasa kagum terhadap Mahira.
Setelah itu, hidangan makan malam telah tersedia di meja makan.
"Duduklah dan temani aku makan malam!" pinta Sadam.
"Baik, Tuan!' sahut Mahira. Lalu duduk di sebelah Sadam.
Mahira memperhatikan Suaminya yang sedang makan dengan begitu lahapnya, ada perasaan senang di hatinya karena Suami keduanya ini menyukai masakannya, sama halnya dengan mantan suaminya dulu yakni Danu.
Namun entah kenapa enam bulan terakhir ini sikap Danu kepadanya seolah berubah, dan selama enam bulan juga, Mahira tidak pernah lagi di sentuh oleh Danu dengan alasan capek dan lelah karena urusan pekerjaan, beruntungnya Mahira selalu sabar menghadapi sikap mantan suaminya tersebut.
Setelah Sadam selesai makan malam, Mahira beranjak dari tempat duduknya, dan ia bergegas merapihkan piring serta gelas bekas Suaminya, akan tetapi tiba-tiba saja Sadam menarik lembut tangan Mahira dan menempatkan bokongnya di atas kedua pangkal pahanya,otomatis posisi Mahira saat ini berada dalam pangkuannya, sontak Mahira kaget bukan kepayang atas perlakuan Sadam padanya.
"Lepaskan saya, Tuan!" pinta Mahira dan mencoba melepaskan tubuhnya, namun sayangnya tenaganya kalah kuat.
"Kau mau kemana? Jadilah istri yang patuh terhadap suamimu, bukankah surganya seorang istri itu ada pada suaminya?" Sadam langsung mengulum senyumnya dan semakin menguatkan pelukannya terhadap tubuh Mahira.
"M memang benar Tuan, lantas apa yang Tuan inginkan dariku?" tanya Mahira dengan tubuhnya yang gemetar.
"Kau jangan pura-pura bodoh! Kau tahu kan tugas seorang istri itu apa?" tanya balik Sadam
Lagi-lagi Mahira menelan Saliva nya, dan ia pun memberanikan diri untuk menatap lebih lekat wajah suaminya, tidak bisa di pungkiri jika wajah suaminya sekarang ini jauh lebih tampan ketimbang Danu. Tapi sayangnya Mahira belum memiliki rasa sedikitpun terhadap Sadam.
Kini keduanya saling menatap dalam diam, Sadam sendiri fokus memperhatikan bibir istrinya yang terlihat merekah, Sadam berusaha untuk bisa mengendalikan hasratnya, tapi sepertinya tidak bisa. Karena naluri kejantanannya seolah telah menguasai tubuhnya untuk menyentuh Mahira, dengan lembutnya akhirnya Sadam memberanikan diri mengecup bibir yang merekah itu, sedangkan Mahira kedua matanya sampai terbelalak dan tidak menyangka jika suaminya akan melakukan hal ini padanya.
Sadam mencoba membuat hatinya yang sudah menggebu itu agar lebih relaks, hingga akhirnya terciptalah sebuah ciuman lembut namun begitu menggairahkan, lambat laun Mahira pun goyah, semula dirinya yang bersikap dingin dan enggan membalasnya, akhirnya ia tidak sanggup untuk bertahan, apalagi sudah lebih dari enam bulan, Mahira tidak pernah lagi di sentuh oleh laki-laki. Kini keduanya saling menikmati setiap pagutan lembut yang bisa membuat debaran jantung semakin menggebu, seolah tidak ingin kejadian ini berakhir.
'kenapa aku begitu menikmatinya, padahal aku baru saja mengenal wanita ini, tapi entah kenapa aku sangat tergoda akan dirinya, tolong maafkan aku Alisa!' ucap Sadam di dalam hatinya.
'ini tidak mungkin! Mengapa aku malah ikut terbawa suasana seperti ini? Tapi kali ini Tuan Sadam begitu lembut memperlakukanku, apakah malam ini aku bisa melayaninya?' batin Mahira mulai tidak bisa mengendalikan dirinya.
Bersambung....
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁