Koo Hari, gadis berusia 15 tahun yang masuk dalam tim Guido atau kelompok pengusir setan Guido. Bersama dengan rekannya Chungha Kim, dan Do hyun. Hari akan melalui berbagai macam perjalanan menarik, melawan para makhluk. Choi Kanglim, juga termasuk anggota tim Guido. Akan tetapi, Kanglim hanya ingin bisa membawa Hari kembali ke rumah shinbi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoochan235, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 : Menjelajahi masa lalu Seon
Seon dan Hari akhirnya sampai di rumah, Seon membuka pintu apartemen nya. Seon mempersilahkan Hari untuk masuk ke dalam, apartemen milik Seon.
Seon: "Silahkan Hari, masuk lah."
Hari: "Ya, Seon."
Seon: "Jangan terlalu canggung, anggap sebagai rumah sendiri. Oke?"
Hari berkata 'Oke', lalu Hari duduk di sofa menunggu Seon datang. Beberapa saat kemudian, Seon datang dengan membawa nampan berisi. Dua cangkir teh, dan satunya keranjang biskuit.
Seon: "Ini, camilan untuk mu. Di makan ya, agar kau tumbuh besar lagi."
Hari: "Oh, ya Seon. Bagaimana dengan koleksi jepit rambut Kuromi milik mu?"
Seon: "Sebentar ya Hari, akan ku bawa ke sini."
Seon pergi menuju kamar, dan mengambil kardus yang berisi banyak sekali jepit rambut, boneka kecil, gantungan, bando, kostum, tata rias, dan sebagai nya tentang Kuromi.
Seon: "Ini Hari, koleksi ku sejak kecil." (tersenyum)
Hari: "Wau, banyak sekali Seon."
Seon: "Ya, Hari aku mengumpulkan semua ini sewaktu masih kecil."
Ketika Hari tengah melihat-lihat, Hari menemukan sebuah foto Seon sewaktu masih SMP dulu. Memang sih mirip dengan Hari, akan tetapi hanya rambut saja yang membedakan.
Hari: "Wau, Seon. Foto mu sewaktu SMP, sungguh-sungguh cantik."
Seon: "Terimakasih Hari, atas pujian nya." (tersenyum)
Hari: "Sepertinya, ini mirip dengan SMP ku di SMP korean high school?"
Seon: "Benarkah? Wah, itu sungguh menakjubkan. Kita seperti kakak dan adik kembar!!"
Hari mengangguk dengan senyuman, lalu Seon dan Hari makan camilan sama-sama. Do hyun sedang berada di balkon mengawasi Seon dan Hari, sepertinya Chungha melihatnya dan merasa cemburu.
Do hyun: "Hei, sayang👋. Jadi kamu tengah bersama dengan bocah ini?" (ucap Do hyun dengan kesal)
Seon: "Kapan kau datang Do hyun?"
Do hyun: "Sejak kapan? Hah, aku di sini sejak tadi. Mengawasi mu dan Hari dari balkon, apa kau tidak mengerti sayang?"
Seon: "Jadi, kau mengawasi ku secara diam-diam?"
Seon melanjutkan:
Seon: "Baiklah, sekarang kau terima balasan ku."
Seon segera mengambil sapu, mencoba memukul Do hyun. Akan tetapi Do hyun berusaha kabur, dan berlari ke arah Hari dan berlindung di sana.
Do hyun: "Coba kau pukul aku sayang?"
Seon: "Baiklah, sini kau." (kesal)
Lalu Hari berniat untuk pamit pulang, ke rumah. Dan sepertinya Kanglim telah menunggu di depan pintu.
Hari: "Seon, aku pergi dulu. Aku masih ada urusan, di rumah. Sampai jumpa besok!"
Seon: "Ya, Hari sampai jumpa." (tersenyum)
Seon melanjutkan:
Seon: "Baiklah, kali ini kau tidak akan ku biarkan tidur di apartemen ku."
Do hyun: "Jangan seperti itu Seon, maafkan aku ya?"
Seon: "Enggak akan!!"
Di sisi lain, Hari pergi ke luar apartemen. Ketika akan membuka pintu, Hari di hadang Kanglim di depan.
Hari: "Mau apa kau kanglim?"
Kanglim: "Hari, aku ingin.."
Secara tiba-tiba Chungha datang, lalu menarik tangan Kanglim pergi dari sana. Hari sudah menduga kalau Chungha, masih memiliki perasaan untuk Kanglim.
Hari: "Untuk apa aku, mengharap lagi cinta Kanglim? Kalau dia masih memilih Chungha, dan memiliki nya?"
Hari melanjutkan:
Hari: "Ckh, sekarang aku ingin beli kue di toko terdekat." (tersenyum)
Hari pergi menuju toko terdekat, untuk membeli kue. Ya, benar sih. Kenapa harus repot-repot mikirin orang lain?
Di sisi lain, Seon masih bertengkar dengan Do hyun. Chungha tengah bersama dengan kanglim sekarang, akan membicarakan sesuatu yang penting.
Kanglim: "Mau, apalagi kau Chungha?"
Chungha: "Aku hanya ingin bilang, soal Rion. Dia sedang di rasuki Cain, sisi jahat Rion."
Kanglim: "Apa Rion? Cain? Apa maksud mu Chungha?"
Chungha menjelaskan semuanya pada Kanglim, soal kalung tersebut dan jiwa Cain pada Rion. Lalu Kanglim hampir tidak percaya, akan hal itu.
...*****************...