Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Marni Menghilang
Seharian Amar tak pulang ke rumah, pria itu berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya demi mencari informasi terkait tanda lahir istrinya.
Apapun akan dilakukannya demi menyibak rahasia besar sang istri.
Sementara itu Marni tampak gelisah menunggu kedatangan sang suami. Meski sudah dua hari menjadi istri Amar, ia sama sekali belum pernah menikmati waktu berdua dengan suaminya. Entah apa yang terjadi pada suaminya hingga pria itu berubah seratus persen setelah menikah.
Marni merasa jika Amar berubah setelah malam itu. Wajar saja, pasti ia takut melihat tanda lahirnya.
Wanita itu membuka kancing kemejanya dan menatap lekat tanda lahir berwarna merah muda di dadanya.
"Kenapa kamu masih menempel di tubuhku, seandainya saja kamu tidak menempel di tubuh ku, pasti hidupku akan lebih bahagia,"
Tiba-tiba saja ekor Kalajengking itu seolah bergerak dan mematuk telapak tangan marni.
"Aww," Marni buru-buru menarik jemarinya dan segera menutup kembali kemejanya.
Sementara itu sesosok wanita tua tersenyum dibalik tubuh Marni memamerkan gigi-giginya yang hitam.
*Tok, tok, tok!
Senyuman Marni mengembang saat mendengar suara seseorang mengetuk pintu rumahnya.
"Mas Amar,"
Wanita itu segera bergegas membuka pintu kamarnya.
Ia langsung memeluk Amar saat melihat pria itu berdiri di depannya.
"Akhirnya kamu pulang juga Mas, aku kangen banget sama kamu," ucapnya lirih
"Maaf ya dek, tiga hari ini mas sibuk. Ada hal penting yang harus mas selesaikan," jawab Amar
"Iya Mas, gak papa kok," Marni melepaskan pelukannya dan mengajak Amar untuk duduk.
Tidak lupa ia menyuguhkan segelas teh manis hangat untuk suaminya itu.
Marni memang selalu memperlakukan Amar dengan begitu romantis, hal itulah yang membuat Amar tak tega untuk menceraikannya meskipun ia tahu Marni berbahaya untuknya.
Hingga malam pun tiba. Amar masih enggan masuk ke dalam kamarnya. Ia masih trauma dengan peristiwa kemarin malam. Ia tak mau melihat hal aneh lagi saat bersama sang istri.
Namun ia tak kuasa saat Marni berusaha membujuknya.
"Kalau kamu takut dengan toh di tubuh ku, malam ini kita tidak perlu melakukannya kita tidur saja mas. Aku tidak mau membuat mu takut," ucap Marni membuat Amar mengangguk dan langsung mengikuti wanita itu masuk ke kamarnya.
Seperti terbius oleh perangai lembut Marni, Amar segera berbaring di samping wanita itu.
Amar memeluk erat Marni dan memejamkan matanya. Sepertinya malam ini tak ada hal aneh yang terjadi hingga ia terlelap bersama istrinya.
*Brakkk!!
Amar tersentak kaget saat mendengar Jendela kamarnya tiba-tiba terbuka. Jendela kamarnya tiba-tiba terbuka dengan sendirinya membuat pria itu ketakutan. Angin besar penghembus menampar wajahnya, ia menoleh kearah Marni yang masih terlelap di sampingnya.
Wanita itu benar-benar seperti bayi. Ia tak bergeming dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
*Duar!!
Kali ini Amar langsung melompat dari ranjangnya saat mendengar suara letupan terdengar begitu kencang.
Rupanya suara ledakan tersebut membuat Marni terbangun. Wanita cantik itu begitu perlahan membuka matanya.
"Ada apa sih Mas," ucapnya sambil mengusap matanya
Amar hanya bisa menunjuk kearah jendela kamarnya yang terbuka tanpa berkata-kata. Angin kencang berhembus mengibaskan rambut panjang Marni. Di saat Amar terlihat begitu ketakutan saat dua bola api bolak balik di Jendela kamarnya, Marni justru terlihat begitu cantik dan menggemaskan dengan rambut panjang yang berkibar diterpa angin.
Namun sorot matanya seketika berubah menakutkan saat bola api itu berhenti di depan jendela kamarnya.
Ia segera turun dari ranjangnya dan menggerakkan tangannya. Seperti biasa Marni langsung menari sambil melantunkan kidung aneh yang membuat bulu kuduk amar seketika berdiri.
Wanita itu berjalan pincang mendekati Jendela sambil bersenandung. Ia menggerakkan kepalanya seperti menikmati setiap Alunan kidung yang dinyanyikannya.
Kilat cahaya bola api tiba-tiba mendekati wanita itu membuat Amar semakin panik dan mendobrak pintu kamarnya.
"Ibu, bapak, tolong buka pintunya!" Amar berteriak kencang sambil menggedor-gedor pintu kamar kedua orang tuanya. Nafasnya memburu dengan tatapan mata yang terus tertuju kearah kamarnya.
"Ibu bangun bu, buka pintunya!" teriaknya lagi
*Duar!!
Kembali terdengar suara ledakan membuat Amar berhenti mengetuk pintu. Ia melihat cahaya yang begitu terang di kamarnya.
"Marni,"
Rasa khawatir terhadap wanita itu membuatnya berjalan pelan menuju ke kamarnya.
*Grep!!
Amar berhenti saat merasakan seseorang menepuk pundaknya.
"Apa yang terjadi le, kenapa kamu membangunkan kami malam-malam begini?" tanya Surti
Amar menunjuk kearah kamarnya yang terbuka diikuti bola mata penasaran Surti dan suaminya.
Wanita tua itu langsung menutup mulutnya saat melihat cahaya terang di kamar tersebut.
"Apa itu Pak??" ucapnya lirih
"Banaspati Bu," jawab Amar menoleh kearahnya
"Gusti,"
Nyali Surti seketika menciut, wanita itu beringsut mundur bersembunyi di balik tubuh sang suami.
"Dimana Marni?" tanya Paijo
"Di dalam," jawab Amar tergagap
Sadar ada yang tidak beres, Paijo bergegas untuk menuju kamar putra semata wayangnya itu.
"Pak," ucap Surti menarik lengan pria itu
Wanita itu menggelengkan kepalanya berusaha menahannya untuk tidak mendekati kamar Amar. Ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada suaminya jika ia nekat masuk ke kamar putranya itu.
"Jangan pak," tandas Surti
"Gak papa Bu, tenang saja di sini," jawab Paijo menenangkan istrinya
Lelaki itu perlahan melangkahkan kakinya mendekati kamar Marni.
Lelaki itu berhenti di depan pintu kamar, ia terkesiap melihat kamar pengantin baru itu porak poranda. Semua barang tampak berhamburan.
Jam dinding yang seharusnya masih menempel di tembok tampak terbelah dua. Buku-buku yang tertata rapi di rak buku terlihat berserakan di lantai. Ranjang yang seharusnya malam ini menjadi saksi penyatuan cinta pengantin baru sudah tak jelas bentuknya.
"Astaghfirullah, apa yang sebenarnya terjadi," Paijo memberanikan diri memasuki kamar itu
Lelaki itu penasaran dengan keadaan menantunya Marni. Jika kamar itu sampai porak-poranda, pasti terjadi sesuatu terhadap menantunya itu.
"Dimana dia??" ucap Paijo saat tidak menemukan wanita itu dimana-mana.
Tidak lama Amar masuk menyusul sang ayah. Pria itu langsung menuju jendela kamarnya yang masih terbuka. Pandangan matanya bergerak menyusuri tiap sudut kamarnya mencari keberadaan istrinya Marni.
"Dimana istrimu le?" tanya Paijo
"Entahlah, tadi dia ada di sini bersamaku," jawab Amar dengan wajah penasaran
"Tidak mungkinkan Marni melompat dari jendela," imbuhnya
Amar terlihat seperti orang linglung, ia begitu shock saat mendapati istrinya yang tiba-tiba menghilang.
"Sebenarnya ada apa yang terjadi le, kenapa kamarmu seperti ini??" tanya Paijo penasaran
"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Marni dan Banaspati itu?" jawab Amar dengan tatapan mata kosong
"Banaspati, bola api terbang???" tanya Paijo memastikan