Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6- Dandanan Yang Tidak Disukai
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Gadis menatap pria yang telah menyelamatkannya dengan mata tidak berkedip. Hatinya berdebar-debar dan jantungnya berdegup kencang.
Keduanya saling bertatapan dalam diam. Tangan kokoh pria itu memegang pundaknya. Membuat gadis seolah merasakan getaran yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
“Nona, anda tidak apa-apa?”
Suara security yang tiba-tiba nimbrung membuyarkan atmosfer diantara mereka. Spontan keduanya saling melepaskan dan menoleh menatap kedua satpam yang tampak sangat khawatir.
“Nggak apa-apa gimana? Nggak lihat apa gue hampir celaka?!” seru Gadis kesal.
Kedua security itu langsung mengatupkan mulutnya dan menundukkan wajah menghadapi omelan dari sang putri atasan. Padahal mereka tidak tau apapun.
“Woi!! Gimana sih lho?! Bisa kerja nggak?! Hampir aja bikin orang mati!” Gadis memaki-maki kedua buruh yang ada diatas balkon yang telah menjatuhkan stegger itu. Kesal karena kecerobohan mereka yang hampir menyebabkannya celaka.
“Ma-maaf, Nona. Saya benar-benar tidak sengaja.” pria yang menendang stegger tadi menyatukan kedua telapak tangannya dengan ketakutan.
Yusuf hanya diam memperhatikan perdebatan mereka. Tingkah gadis didepannya ini membuatnya heran dan melongo. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering. Dia langsung menjawab panggilan suara yang masuk dari tetangga dekatnya itu.
“Iya, Bi? Apa?! Ibu pingsan? Iya-iya, aku segera pulang sekarang. Tolong jaga ibu sampai aku datang ya. Terima kasih, Bi.” Yusuf sangat terkejut dan panik mendengar apa yang disampaikan oleh lawan bicaranya.
Dengan tergesa-gesa, dia mematikan ponselnya dan berlalu dari sana tanpa menghiraukan orang-orang yang masih berdebat itu.
“Awas lho ya!” puas memaki-maki buruh diatas balkon itu, Gadis kembali mengalihkan perhatian pada orang-orang yang ada didekatnya.
Namun, kini yang ada disana hanya kedua satpam itu saja. Sedangkan pria tampan yang telah menyelamatkannya barusan sudah tidak ada lagi.
“Nona, anda cari siapa?” heran melihat nona mudanya yang tampak celingukan, salah seorang security itu bertanya.
“Lihat nggak, laki-laki yang tadi nolongin gue disini?” Gadis menunjuk tempat tadi pemuda itu berdiri.
“Dia sudah pergi, Nona.”
“Pergi?” ulang Gadis terkejut.
🌻🌻🌻🌻🌻
Yusuf sedang duduk di kursi berjejer didepan ruang UGD dengan wajah yang ditutup menggunakan kedua tangannya. Perasaannya sangat cemas dan kalut memikirkan ibunya yang ada didalam sana.
Menurut tetangga yang tadi menghubunginya, beliau menemukan ibunya tergeletak tak sadarkan diri dilantai dengan hidung yang mengeluarkan darah. Begitu sampai dirumah, dia langsung membawa ibunya dengan menumpang taksi menuju rumah sakit itu.
Pintu ruang UGD pun terbuka. Terkejut, Yusuf langsung bangkit berlari mendekati sang dokter.
“Dok, bagaimana keadaan ibu saya?” cecarnya dengan perasaan panik dan gelisah.
“Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, penyakit ibu anda sudah semakin parah. Jalan satu-satunya adalah, dengan melakukan kemoterapi secepatnya untuk membunuh sel kanker yang sudah menyebar,” papar dokter pria berusia sekitar 40 tahunan itu.
Sarannya membuat Yusuf semakin panik dan gelisah. Ibunya mengidap kanker darah stadium akut. Dokter sudah berulang kali menyarankan untuk melakukan kemoterapi.
Namun, sampai saat ini dia masih belum mampu mewujudkannya karena terhalang biaya yang tidak sedikit.
Uang yang didapatnya dari hasil kerja serabutan tidak seberapa. Dan, semuanya habis untuk biaya pengobatan sang ibu dan kehidupan mereka sehari-hari.
Sedangkan, dia belum mendapatkan pekerjaan tetap padahal sudah berusaha keras. Inilah yang selalu menjadi beban pikirannya.
🌻🌻🌻🌻🌻
Didalam kamarnya Gadis sedang asik dengan latihan tinjunya saat Najwa masuk kesana.
“Ya Tuhan. Ini sudah jam berapa? Kamu masih asik dengan samsak, bukannya mandi. Sebentar lagi pestanya mau dimulai. Tamu-tamu sudah pada datang.” Najwa mengomel melihat penampilan putrinya yang masih berantakan dengan celana jeans pendek dan kaos longgar yang basah dengan keringat yang bercucuran disekujur tubuhnya akibat terlalu banyak beraktivitas.
Tidak lupa juga sarung tinju yang melekat ditangannya dan sedang dia gunakan untuk memukul-mukul samsak yang menggantung didepannya. Najwa juga dapat mencium bau yang berasal dari badan sang putri.
“Iya, Mah, bentar lagi. Masih nanggung nih.” dengan santainya Gadis tetap memukul-mukul samsak tinju itu tanpa memusingkan kehadiran mamanya serta omelannya yang panjang lebar.
“Sudah, mainnya lanjut saja nanti atau besok. Sekarang cepat kamu mandi, lalu ganti baju, biar setelah itu mama bantu dandani. Ayo cepat, sebelum papa marah.” Najwa memegang tubuh Gadis dan mengarahkannya menuju kamar mandi dengan sedikit memaksa.
“Iya-iya.” Gadis terpaksa menurut karena malas mendengar omelan mamanya, walau sebenarnya dia sangat malas untuk hadir dalam acara pesta karena pasti akan dipaksa untuk berpenampilan feminim.
Malam ini adalah acara anniversary orang tuanya yang ke 22 tahun. Pesta itu digelar secara meriah dan besar-besaran di kediaman mewah mereka.
🌻🌻🌻🌻🌻
“Aduh, Mah, aku ganti baju aja deh. Ribet pakai baju beginian. Udah kayak ondel-ondel, sama make up-nya juga,” keluh Gadis saat akan mencapai undakan anak tangga. Mengeluhkan penampilannya yang sangat berbanding terbalik dengan karakternya.
Dia mengenakan midi dress warna peach dengan paduan bahan brokat yang membuatnya terlihat anggun dan feminim. Rambut panjangnya dicepol tinggi. Riasan wajahnya natural dan tidak berlebihan. Namun bagi Gadis yang tidak menyukai make up, tentu saja riasannya berlebihan.
“Ya ampun, sayang, kamu yang benar saja mau ganti baju? Mau ganti pakai apa? Celana sobek dan kaos-kaos bututmu itu? Memangnya, kamu punya gaun yang lain? Jangan aneh-aneh deh. Ini gaun dipesan khusus oleh papa dari designer ternama, karena dia ingin melihat putri kesayangannya tampil cantik dihari penting kami.”
Ocehan mamanya, membuat Gadis memutar bola mata malasnya sambil sesekali menggaruk-garuk kepalanya yang terasa gatal akibat dandanan yang tidak disukainya.
“Ya udah kalau gitu, aku ganti sepatunya aja deh, Mah. Capek pakai high heels begini. Jalan aja udah kayak orang habis beranak. Enakan juga pakai sepatu sport atau sneakers.” Gadis menggerak-gerakkan kakinya sebagai tanda merasa tidak nyaman karena harus mengenakan high heels yang membuatnya kesusahan berjalan.
“Sayang, kamu yang benar saja? Ini acara pesta, bukan pertandingan bola atau balapan. Kamu mau pakai sepatu-sepatumu itu? Sudahlah, kamu jangan macam-macam. Kali ini saja ya, kamu turuti keinginan mama dan papa supaya papamu senang sekali-kali. Besok, terserah kamu mau pakai apa. Mau balapan, main bola atau manjat pohon, terserah. Tapi, untuk malam ini mama mohon ya.” Najwa yang sudah hampir kelelahan menghadapi putrinya yang terus merengek, akhirnya berusaha membujuk dengan wajah memelas.
"Tapi, Mah, aku susah gerak kalau dandanannya beginian.” Gadis masih saja mengeluh dan merengek.
“Makanya dibiasakan. Itu papa. Sekarang kamu diam, nggak usah ngoceh macam-macam lagi. Ayo,” tegas Najwa yang kemudian mengapit lengan sang putri, menuntunnya menuruni tangga menuju lantai bawah dimana pestanya sedang berlangsung.
BERSAMBUNG