NovelToon NovelToon
Siswi Pintar Bekerja Sebagai Bartender

Siswi Pintar Bekerja Sebagai Bartender

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Pria Bernada

Dulu, nilai-nilai Chira sering berada di peringkat terakhir.
Namun, suatu hari, Chira berhasil menyapu bersih semua peringkat pertama.

Orang-orang berkata:
"Nilai Chira yang sekarang masih terlalu rendah untuk menunjukkan betapa hebatnya dia."

Dia adalah mesin pengerjaan soal tanpa perasaan.

Shen Zul, yang biasanya selalu mendominasi di Kota Lin, merasa sedikit frustrasi karena Chira pernah berkata:
"Kakak ini adalah gadis yang tidak akan pernah bisa kau kejar."

Di reuni sekolah beberapa waktu kemudian, seseorang yang nekat bertanya pada Shen Zul setelah mabuk:
"Ipan, apakah kau jatuh cinta pada Chira pada pandangan pertama, atau karena waktu yang membuatmu jatuh hati?"

Shen Zul hanya tersenyum tanpa menjawab. Namun, pikirannya tiba-tiba melayang ke momen pertama kali Chira membuatkan koktail untuknya. Di tengah dentuman musik yang memekakkan telinga, entah kenapa dia mengatakan sesuatu yang Chira tidak bisa dengar dengan jelas:
"Setelah minum minumanmu, aku milikmu."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria Bernada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Punya Mimpi Buruk

Baru lima menit berselang, si Chira yang lagi sibuk browsing di Baidu tiba-tiba nengok, "Gw main jungler aja, deh."

Zul, yang masih mikir apakah nih cewek ngerti gimana cara main game ini atau cuma sok tahu, akhirnya asal pilih champion Rumble buat dia.

"Tunggu bentar, gw login dulu," kata Zul sambil buka game di PC lain. "Eh, btw, lo tau nggak skill-nya Rumble apa aja? Gimana cara makenya?"

"Nggak tau." Jawaban Chira datar dan apa adanya.

"Udah, bodo amat." Zul ngelus dada, berdiri, terus jalan ke belakang kursinya. Langsung aja dia start-in game pertama buat Chira.

Dan dimulailah sesi crash course cara main.

Zul nunduk ke arah Chira, posisinya sampai deket banget sama telinganya, sambil ngejelasin cara bikin kekacauan di hutan musuh.

Baru pas turret musuh berhasil dihancurin, Zul berdiri tegak sambil nanya, "Udah paham belom?"

"Ya, kira-kira ngerti lah." Tapi praktiknya? Kayaknya susah.

Abis itu, Zul ngajak Chira duo. Dia pilih Draven sebagai ADC.

Dan game selanjutnya bener-bener kacau.

Sebagai ADC, bukannya fokus farming, si Zul malah ngajak jungler buat nyelonong masuk hutan musuh bikin onar. Pas junglernya hampir mati, dia malah ngawal si jungler buat recall, cuek banget sama support-nya yang udah capek manggil-manggil di bot lane.

Hasilnya, tim mereka babak belur. Ada yang mati, ada yang hampir mati, dan turret juga akhirnya abis dihancurin musuh.

Akhir game, si support nggak tahan lagi, langsung ngetik di chat:

"Bro, lo lagi bawa cewek ya? Kalau enggak, gw sumpahin lo nggak naik rank selamanya!"

Liat itu, Zul malah ketawa sambil ngetik balasan,

"Yes."

Udah, nggak ada yang bisa dibahas lagi. Si support? Kalau pun mati, kayaknya bakal mati dengan hati lebih ikhlas.

Abis itu, Zul lanjut main beberapa game lagi sama Chira. Ada yang menang, ada yang kalah.

Terus, Zul ngelepas Chira main sendiri, sementara dia pindah mode ranked.

Chira akhirnya sadar, game ini beneran bikin nagih. Kalau kalah, pengen main lagi buat balas dendam. Kalau menang, apalagi, malah makin pengen terus main.

Nggak heran si Rihan dulu pas ikut kompetisi fisika aja masih sempet mikirin rank-nya.

Baru selesai satu game, Chira liatin turret musuh yang hancur. Rasa puas langsung naik ke ubun-ubun.

Tiba-tiba, HP Zul yang ada di meja bunyi. Zul liat nama kontak yang muncul, terus bilang, "Nona Chira, bantuin gw main bentar, ya. Gw angkat telepon dulu."

"Oh." Chira geser duduk ke kursi sebelah sambil bawa bantal kursinya sendiri.

Zul keluar buat angkat telepon.

Nggak lama, sekitar sepuluh menit, Zul selesai ngobrol. Tapi, pas itu juga, HP dia mulai geter-geter nggak berhenti.

Pesan masuk dari satu orang: Fajar.

Fajar: "Bang Zul, lo DC kah?"

Fajar: "Gw salah apa sih ke lo belakangan ini?"

Fajar: "Ini ranked, bro. Kok lo tega banget rusakin rank gw?! Apa dosa gw??"

Pesan itu ditambah beberapa meme frustrasi.

Zul balik ke meja, liat layar game-nya udah abu-abu. Di sebelahnya, Chira lagi santai duduk sambil nyeruput jus sayur buah, nungguin champion-nya respawn.

Pas liat Zul dateng, dia nyantai banget bilang, "Eh, tim lo tadi ada yang marah-marah."

Zul liat layar game. Dalam sepuluh menit dia pergi, si Chira udah berhasil mati lima kali. Dengan waktu respawn satu menit per kematian, artinya setiap nyawa cuma bertahan kurang dari 60 detik.

Nggak heran Fajar hampir gila.

"Main lo kok beda banget sama gw tadi."

"Ya emang beda, lah."

Zul liat kondisi game. Setelah memastikan udah nggak ada harapan buat menang, dia memutuskan buat AFK aja.

Hampir jam 12 malam, Chira baru keluar dari rumah Zul. Liat jam, dia baru nyadar kalau udah habis hampir 3 jam di sana. Leher sama bahunya rasanya agak pegal, baru nyadar kalau dia kebanyakan duduk.

Liat ponselnya, ada beberapa panggilan tak terjawab. Baru inget kalau biasanya dia suka matiin suara ponsel, ditambah tadi dia pakai headphone terus naro ponselnya sembarangan, jadi nggak tahu kalau ada yang nelpon.

Dia langsung telepon balik salah satu nomor.

Setelah dua nada sambung, teleponnya langsung diangkat. "Rara, lo ke mana aja?" Suara Ayahnya kedengeran banget cemas.

"Aku keluar sebentar. Sebentar lagi pulang."

Setelah tutup telepon, Chira nengok ke Zul. "Aku pulang dulu."

"Biarkan aku antar."

"Nggak usah."

Liat Chira nolak, Zul cuma senyum. Cewek ini emang cepet banget berubah sikap. Tadi pas main game, masih mau belajar sama dia dengan rendah hati.

Sekarang, wajahnya dingin lagi kayak ngelarang orang buat deketin dia.

"Lo juga tahu kan, di rumah gue nggak ada siapa-siapa. Kalau gue tinggal sendirian, malah lebih kesepian. Kalau gue antar lo, setidaknya gue ada alasan buat ngobrol sama orang."

Chira terdiam sejenak. "Keluargamu mana?"

"Mereka semua pada liburan," jawabnya sambil senyum.

Entah senyumnya Zul yang santai banget atau malem yang terlalu gelap, nggak ada yang nyadar kekosongan di matanya.

Tapi, Chira tetep nggak biarin Zul nganterin dia sampe depan rumah. Bukan karena apa-apa, dia cuma nggak mau Ayahnya atau yang lainnya liat dia. Males aja ngasih penjelasan.

"Rara, lo udah pulang," sapa Nanda pas dia masuk. Pria itu duduk di sofa ruang tamu.

"Ya."

"Cheli udah tidur, Bunda Indah juga lagi butuh istirahat, jadi dia tidur lebih awal."

"Baik."

Nanda keliatan mau ngomong sesuatu tapi ragu, Chira berhenti di tangga. "Ada apa? Katain aja."

Nanda tarik napas panjang. "Rara, lo udah bukan anak kecil lagi. Ada beberapa hal yang pengen Ayah bahas."

"Sejak Indah masuk ke keluarga ini, dia selalu berusaha ngurusin lo dan rumah ini sebaik mungkin. Tapi Ayah nggak ngerti, kenapa lo masih susah banget nerima dia?"

Denger pertanyaan itu, ekspresi Chira datar banget. Dia tatap Ayahnya dengan dingin dan bilang, "Menurut lo kenapa?"

"Karena ibu lo?"

Chira nggak jawab, cuma tatap Nanda tajam.

"Rara, ibu lo udah meninggal 10 tahun lalu. Dia meninggal karena kanker. Indah baru masuk ke keluarga ini setelah itu. Lo nggak ngerasa sikap lo ini nyakitin dia?"

Nyakitin. Sebenernya siapa yang ngerasa sakit?

Chira tiba-tiba senyum sinis. "Nikah lagi itu urusan lo. Sikap gue itu urusan gue. Kalau lo mau bahas soal ibu gue, pikirin ini: Kalau dulu lo lebih peduli sama dia, kalau lo langsung bawa dia ke rumah sakit pas dia bilang badan nggak enak, bukannya cuman disuruh istirahat, mungkin penyakitnya ketahuan sebelum udah stadium akhir?"

Kata-katanya bikin Nanda diam.

Saat itu, dia lagi di puncak karirnya. Tiap hari sibuk banget sampe lupa segalanya. Bahkan, pulang kerja, nggak pernah bener-bener liat istri sama anaknya.

Chira perhatiin ekspresi Nanda, terus senyum dingin tanpa suara dan jalan ke atas.

Malam itu, dia nggak bisa tidur.

Setelah berguling-guling di kasur, akhirnya dia tidur.

Tapi tengah malem, dia kebangun dari mimpi buruk.

Itu kenangan masa kecilnya yang paling nyakitin, sesuatu yang dia nggak pernah pengen inget lagi.

Selama bertahun-tahun, bayangan itu terus ngikutin dia, kayak mimpi buruk yang nggak pernah bener-bener hilang.

1
Pria Bernada
tenang kak proses😍😘❤️🔥
Sol Ronconi
Thor, kapan update lagi nih?
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Saya sangat terkesan dengan perkembangan karakter yang konsisten.
Rizky Mwe
Terima kasih kepada author, sudah menyajikan cerita indah yang menghibur hati ini.
Yoseph Bambang: ayo mulai bacanovelnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!