NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode enam

Aku menelan ludah, benar benar terdiam lama setelah om Rizal selesai bercerita, sungguh sebuah cerita yang tragis.

" kau mau tau Dium, sang suami telah melakukan dua kesalahan besar. Kesalahannya adalah seorang pria sejati tidak pernah lari dari kesalahan apalagi sampai mengakhiri hidupnya. " sambung om Rizal.

Aku mengangguk setuju, mereka yang lari dari kenyataan hidup adalah para pengecut, apalagi mereka yang berfikir tidak ada lagi cara untuk melanjutkan hidup dan memiliki untuk mengakhirinya, lebih buruk dari sekedar pengecut.

" Apa kesalahannya yang ke dua om?" tanyaku penasaran.

Om Rizal terdiam, lalu menghela nafas pelan

" kesalahannya yang kedua adalah dia tidak tau kalau ternyata salah satu anaknya masih hidup." jawab om Rizal

Mataku membesar mendengar jawaban om Rizal

" bagaimana mungkin? Bukannya sang istri beserta dua anaknya berada dalam ruangan yang penuh asap, lagipula sang istri melahirkan sendiri tanpa bantuan siapapun." tukas ku tidak percaya

" Memang terdengar tidak masuk akal bukan Dium? Tapi itu adalah rencana pemilik semesta, aku tidak tau bagaimana dia bisa selamat setelah keluar dari rahim ibunya sementara ruangan itu di penuhi asap tebal yang tentu saja beracun. Aku tidak tau apa maksud pemilik semesta, bisa jadi ada sebuah rencana besar yang sedang di persiapkan untuk bayi kecil itu. " jawab om Rizal

Aku terdiam, tidak bisa membayangkan bagaimana nasib bayi itu, harus besar tanpa adanya peran orang tua.

" Satu lagi Dium, kau tidak bisa mengatakan cerita ini hanya sebatas legenda seperti orang orang kampung lain menganggapnya demikian. Aku berani bertaruh kalau cerita itu benar, karena masinis yang bertugas membawa kereta api malam itu adalah ayahku, dia tidak mengetahui kalau sudah menabrak orang karena ketika memasuki lorong terowongan sama sekali tidak ada penerangan, dia hanya sempat merasa melindas sesuatu yang dia kira adalah batu.

ketika kereta sudah memasuki stasiun dan ayahku turun dari kereta barulah ia sadar karena mencium bau anyir darah, dan ketika ia melihat di dasboard kereta, seperti ada gumpalan darah yang tersisa. Ayahku segera tau bahwa ia telah menabrak seseorang, pagi itu ia bersama tiga orang staf langsung menuju terowongan yang dia rasa merupakan tempat tabrakan semalam, dan ternyata apa yang dia rasakan benar adanya. tidak ada lagi bagian tubuh yang tersisa dari sang suami, hanya tersisa bagian bagian kecil. Ayah melihat asap yang tidak jauh dari lokasi kejadian dan setelah ia dan temannya memeriksa akhirnya mereka menemukan jasad sang ibu beserta anak laki lakinya yang telah kaku, namun anak yang perempuan selamat dan tertawa riang melihat kedatangan ayah. Ayah dengan tangan bergetar mengendong bayi kecil itu, tidak ada sedikitpun rasa takut di wajah bayi itu, ia tidak tau apa yang baru saja terjadi di sekelilingnya.

Semenjak hari itu ayah memutuskan untuk berhenti kerja di kereta api dan bekerja di ladang perkampungan hingga akhir hayatnya, ayah juga mengangkat bayi perempuan itu yang pada akhirnya dia menjadi kakak angkat ku. kalau misalnya kau bertanya apakah aku mengenali pemilik rumah yang aku suruh kau pergi ke sana, tentu saja aku mengenalnya, pemiliknya adalah kakak angkat ku. Ternyata tuhan menitipkan bayi kecil itu untuk berguna bagi banyak orang." om Rizal tersenyum menutup penjelasannya.

Aku sempurna terdiam kali ini, dulu aku tidak perduli dengan cerita ini karena berfikir bahwa itu cuman hanya sekedar dongeng sebelum tidur yang sering di bacakan oleh orang tua.

" Waktu berjalan tanpa terasa Dium, sekarang sudah hampir pukul satu dini hari, kau sudah seharusnya beristirahat nak, aku minta maaf sudah bercerita panjang lebar kepadamu. " ucap pak Rizal menyesal.

" Tidak apa apa pak, aku senang ada yang mengajakku berbicara, terutama adalah sahabat lama ibu." ucapku berterimakasih.

" tidak masalah nak, aku senang melakukannya, kau dan ibumu sudah seperti keluarga ku sendiri." jawab om Rizal.

" sebentar om, apakah om merasakan ada sesuatu yang aneh sedang terjadi di kereta ini?" tanyaku sambil mengecilkan volume suara

" aneh bagaimana maksudmu?" tanya om Rizal sambil mendekatkan wajahnya.

" aku tidak bisa menjelaskan secara rinci om, tapi instingku mengatakan demikian, aku merasakan ada yang menyabotase kereta sehingga di awal ada sedikit guncangan." jawabku serius.

" Bisa jadi itu hanya perasaan mu saja dium." ucap om Rizal menenangkan.

" aku mengangguk, bisa jadi cuman perasaanku saja, bisa jadi juga memang benar sedang terjadi om." jawabku.

" Berapa lama lagi kita akan tiba di stasiun tujuan? Ada berapa banyak penumpang laki laki? Apakah ada penumpang anak anak selain aku?" aku mulai mendaftarkan pertanyaan-pertanyaan kepada om Rizal.

" kita akan tiba di stasiun tujuan kurang lebih besok sore sekitar jam lima, ada sekitar dua puluh penumpang laki laki, lima di antaranya sudah lanjut usia, sejauh yang aku periksa tadi tidak ada anak anak selain dirimu." jawab om Rizal cepat.

" Bagus, eh anu kira kira jam berapa kita akan melewati terowongan berdarah itu om? Apakah masih tidak ada penerangan di terowongan itu sampai sekarang?" tanyaku lagi.

" kenapa kamu malah bertanya tentang terowongan itu? Jangan jangan kamu mulai takut ya." ucap om Rizal menggoda.

" jangan bercanda om, aku lagi serius." jawabku

" kita akan tiba di terowongan itu persis ketika matahari berada di atas kepala, dan terowongan itu tetap tidak ada penerangan sampai sekarang karena pernah ada penumpang yang mengatakan melihat sosok sang suami yang masih berada di sana." jawab om Rizal.

Aku mengangguk mulai membuat interpolasi sederhana.

" aku tidak tau bagaimana mengatakannya tapi kita sedang dalam bahaya om, memang benar belum pasti hanya perkiraan ku saja, tapi tidak ada mempersiapkannya sejak awal, aku tau kereta api ini pasti di lengkapi dengan telepon satelit, tolong telepon petugas di stasiun untuk mengirim kan petugas ke area terowongan, tolong carikan aku oli atau cairan sejenisnya yang bisa lambat pudar, satu lagi tolong carikan aku pensil sama pena om." aku mulai mendaftar beberapa permintaan kepada om Rizal.

om Rizal yang mendengarkan ku sejak tadi terdiam, dia bisa melihat dengan jelas rona keseriusan yang ada di wajahku saat ini

" Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi Dium, tapi aku mempercayaimu, lebih baik melakukan sesuatu sebelum terjadi daripada setelah terjadi. Aku akan mulai melakukan apa yang kau inginkan, tunggu lah sebentar di sini, setengah jam lagi aku akan kembali." ucap om Rizal lalu bangkit berdiri dan berjalan cepat menuju pintu.

Aku menatap punggung om Rizal yang mulai menghilang, rasa percaya adalah hal yang paling mahal yang bisa di berikan oleh orang lain.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!