Bagaimana jadinya,jika seorang kakak harus menggantikan posisi adiknya untuk menikah dengan seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenal,wanita yang akan ia nikahi adalah Anjani Pratiwi,ia seorang gadis yang telah menjadi korban pemerkosaan oleh adiknya sendiri yakni Cakra,hingga akhirnya Anjani hamil dan meminta pertanggung jawaban dari Cakra,namun naas,saat menjelang hari pernikahan mereka,Begitu teganya Cakra memilih untuk kabur bersama mantan kekasihnya,Elang Abimana Wijaya,pada saat itu sedang berada di luar kota karena urusan pekerjaan yang tidak bisa ia tunda,terpaksa menggantikan posisi Cakra karena desakan dari papahnya dan juga untuk menjaga nama baik keluarga Abimana,pada akhirnya mereka melakukan pernikahan secara online,kini Anjani telah resmi menikah dengan Elang,bukan dengan Cakra!
Akankah dua orang asing yang tidak saling mengenal ini bisa menjalani bahtera rumah tangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya ketahuan
Pagi ini sebelum Elang berangkat ke kantor, Anjani meminta izin kepadanya untuk bisa menemui keluarganya walau hanya sebentar saja, ada rasa gugup saat Anjani meminta izin kepada suaminya.
"Emmhhh, t tuan, bolehkah saya meminta sesuatu kepada anda?" tanya Anjani terbata.
Pada saat itu Elang yang sedang bercermin di depan pantulan cermin langsung menoleh ke arah Anjani.
lalu ia mengayunkan langkahnya, dan kini akhirnya mereka saling berhadapan."Apa yang mau kau minta?"
"Boleh kah saya pergi ke rumah keluarga saya sebentar saja tuan?" pintanya dengan bibir gemetar.
'Sebaiknya aku izinkan saja, dari pada Anjani di rumah bersama para wanita menyebalkan itu!' batin Elang yang matanya fokus menatap Anjani.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama di sana, walau bagaimanapun kau harus selalu dalam pengawasanku, jangan pernah kau macam-macam di sana, akan ada dua pengawal yang akan menjaga serta mengawasi mu, dan kau harus segera kembali sebelum malam, faham kamu Anja?" cetusnya dengan mulut menyeringai tipis.
Dengan bahagianya Anjani menunjukan wajahnya yang berseri-seri, ia pun tanpa sengaja menggenggam kedua tangan suaminya.
"Terima kasih tuan, saya janji akan kembali ke rumah ini sebelum malam tiba, itu artinya saya tidak akan pernah melanggar peraturan yang sudah anda buat tuan!" jawab Anjani masih dengan mata yang berbinar serta senyumnya yang begitu manis seperti gula.
Entah kenapa, Elang tiba-tiba saja malah memeluk Anjani."Jangan pernah kau macam-macam di sana, apalagi tidak adanya diriku di sampingmu, kalau sampai aku melihatmu bersama pria lain, aku pastikan kau akan menyesal seumur hidupmu, faham kamu!" ucapnya semakin mengeratkan pelukannya.
'Aku tidak akan rela jika ada pria lain yang sengaja dekat denganmu Anja, darahku serasa mendidih jika aku melihatmu bersama pria lain, rasanya ingin aku cincang pria-pria yang berani mendekati mu!' batinnya menunjukan rasa cemburu terhadap Anjani.
deg
'kenapa tuan muda bersikap posesif seperti ini? lagian aku hanyalah seorang istri di atas kertas dan ingat Anjani, pernikahanmu hanyalah sebuah pernikahan kontrak yang akan berakhir selama satu tahun, Maka dari itu jangan sampai kau menyukai suamimu, kau pasti akan merasakan patah hati yang teramat sakit jika sampai itu terjadi, usahakan kau bisa mengendalikan perasaanmu Anja!' batinnya mencoba membuang perasaannya terhadap tuan muda.
Saat di meja makan, seperti biasanya suasana di tempat tersebut terlihat hening, apalagi dengan hadirnya dua wanita yang sangat tidak Elang sukai begitupun juga dengan Anjani.
setelah selesai sarapan pagi, tiba-tiba nyonya Natasya mengatakan sesuatu yang cukup mengejutkan kepada tuan Malik dan juga Elang.
"Bolehkan nanti siang, aku, Emely serta Anjani jalan-jalan untuk sekedar berkeliling kota jakarta?"
"Maaf Tante Natasya, sepertinya istriku tidak bisa, karena ia akan pergi ke rumah orang tuanya, kalau Tante ingin jalan-jalan kan bisa pergi berdua bersama Emely!" cetus Elang.
"Oh, maaf saya tidak tahu tuan muda!" jawab nyonya Natasya mendadak menjadi kaku, sedari kemarin Elang selalu bersikap dingin terhadap Natasya dan juga Emely.
"Anja, sampaikan salamku untuk keluargamu ya, kali-kali ajaklah keluargamu kesini!"
Mendengar tuan Malik berkata seperti itu, Anjani senang bukan kepayang, Anjani fikir jika papah mertuanya tidak mengijinkan keluarganya datang ke rumah ini, ternyata pemikirannya sangatlah salah.
Setelah kepergian Elang dan juga tuan Malik, kini Anjani bersiap-siap untuk segera pergi menuju rumah keluarganya, namun sayangnya baik Nyonya Natasya dan juga Emely, malah mencoba menghadang kepergian Anjani.
"Hey wanita kampung, kau tidak boleh pergi dari sini, kau harus ikut bersama kami!" sungut nyonya Natasya begitu seenaknya
"Maaf nyonya, tapi saya akan pulang ke rumah keluarga saya!"
Seketika nyonya Natasya dengan kasarnya mencengkram kuat tangan Anjani.
"Aku bilang ikut denganku ya harus ikut, kau tidak boleh membantahku, aku tidak suka!"
"Jangan mentang-mentang kau istrinya kak Elang, kau bisa bertindak sesuka hati ya!" sambung Emely
"Lepaskan tangan nyonya Anjani!" bentak pak Lee dengan suara bariton nya.
Mendengar hal itu, Natasya langsung melepaskan cengkraman tangannya, ia cukup takut dengan pak Lee, karena baginya, pak Lee adalah mata-mata nya tuan Malik dan juga Elang, sebab kapanpun pak Lee bisa saja melaporkan langsung dengan apa yang sudah ia lihat.
Kini Anjani pergi menuju rumahnya dengan di antarkan oleh supir, tidak lupa dua orang pengawal suruhan tuan muda Elang, ikut mengekori dirinya dari belakang.
Sebelum tiba di rumahnya, Anjani mampir ke toko mainan untuk membelikan sesuatu kepada Caca sebagai kado ulang tahun Adik bungsunya tersebut.
Sebuah rumah Barbie dengan ukuran jumbo, sengaja Anjani beli untuk Caca, mainan tersebut akan di antarkan sesuai dengan alamat yang sudah Anjani cantumkan, kemudian setelah semuanya selesai, seperti biasa, Anjani membeli makanan untuk ibu dan juga ke tiga adiknya, kali ini Anjani benar-benar menikmati hidupnya sebagai seorang nyonya muda, namun ada satu hal yang membuat Anjani sangat tahu diri, ia tidak lagi menggunakan kartu kredit tanpa batas yang di berikan oleh tuan Malik, akan tetapi Anjani menggunakan uang mahar miliknya yang masih tersimpan di dalam rekening tabungannya, ia pun ingin memberikan uang bulanan untuk ibu dan juga biaya sekolah ketiga adiknya.
'Setelah melahirkan nanti, aku harus bekerja mencari uang untuk kebutuhan hidupku dan juga anakku, aku tidak ingin merepotkan keluarga Abimana, apalagi setelah anak ini lahir, pernikahanku dengan tuan muda akan berakhir.' batin Anjani mendadak merajuk, rasanya ia sangat berat harus menerima kenyataan pahit pada dirinya.
Setibanya di depan pagar rumahnya, seperti biasa para tetangga di depan rumahnya, mulai berkoar, mereka berkumpul dan menyapa Anjani, apalagi saat Anjani membawa banyak tentengan kresek berwarna putih.
"Abis ngeborong Anja?" tanya salah satu tetangga Anjani.
Anjani hanya tersenyum sembari mengangguk.
"Eh, ibu-ibu kalian lihat deh perutnya si Anjani? agak gendut ya, apa jangan-jangan dia lagi bunting?"
"Biarin saja kali bunting, toh ada lakinya ini!" sambung Mpok Leha
"Iya sih, tapi entah kenapa aye ngerasa curiga saja dengan pernikahannya si Anjani yang serba dadakan itu!' cetus Mpok Tuti
"Sudah akh, jangan suudzon dulu, ngapain juga sih kalian ngurusin hidupnya si Anjani, dia itu sudah bahagia nikah sama orang kaya, setidaknya kebutuhan ekonomi keluarganya ada yang membantu, kalian lihat kan adik-adiknya si Anja, sangat berseri-seri kalau berangkat ke sekolah, tidak seperti dulu, selalu saja murung!" tutur Mpok Rumi.
Kedatangan Anjani yang secara tiba-tiba, membuat ibunya tersenyum bahagia, ia langsung memeluk Anjani karena sangat merindukannya.
"Masya Allah nak, gemukkan ya kamu sekarang, tunggu sebentar Anja!" ucap Bu Fatma sembari melihat dengan intens ke arah perut putrinya.
Anjani langsung terdiam ketika ibunya menatap penuh curiga ke arahnya.
"Anja, kok perutmu terlihat gendut, apa jangan-jangan kamu sedang hamil ya?" tanya Bu Fatma mulai curiga
'Ini saat yang tepat untuk memberitahu ibu, jika aku sedang hamil!' gumamnya sangat yakin.
kemudian Anjani duduk di atas kursi, begitu pun dengan Bu Fatma.
"Iya Bu, Anja saat ini sedang hamil dan sudah masuk sepuluh Minggu!' jawab Anjani membuat Bu Fatma langsung keheranan, ia masih bingung dengan jawaban dari putrinya.
"Ibu tidak faham nak, kau bilang sudah masuk usia sepuluh Minggu, lantas kau kan baru saja menikah enam Minggu yang lalu? Astagfirullah Anjani, apakah kau telah...?" Bu Fatma tidak sanggup untuk meneruskan perkataannya.
Kemudian Anjani mencoba bersimpuh di kedua kaki ibunya.
"Maafkan Anjani Bu, Anjani akan menceritakan semuanya kepada ibu!"
"ya Allah, kenapa ini semua bisa terjadi terhadap putriku!" ucap Bu Fatma sudah tidak bisa membendung air matanya.
Bersambung...
🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah... Elang sudah sembuh dari amnesia...