NovelToon NovelToon
CEO : Arav Dan Kayla

CEO : Arav Dan Kayla

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Arav Hayes Callahan, seorang CEO yang selalu dikelilingi wanita berkelas, terjebak dalam situasi yang tak terduga ketika hatinya tertambat pada Kayla Pradipta, seorang wanita yang statusnya jauh di bawahnya.

Sementara banyak pria mulai menyukai Kayla, termasuk kakaknya sendiri, Arav harus menahan rasa cemburu yang terpendam dalam bayang-bayang sikap dinginnya. Bisakah Arav menyatukan perasaannya dengan Kayla di tengah intrik, cemburu, dan perbedaan status yang menghalangi mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masalah Mendukung Untuk CEO

Bab 25

Gea diajak masuk, dia terduduk di kursi ruang tamu dengan wajah yang sembab, tangisannya mulai mereda setelah beberapa kali diberi minum oleh Bu Santi. Bu Santi duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan putri bungsunya dengan pelukan yang lembut. Arav berdiri tak jauh dari mereka, sesekali mencuri pandang ke arah Kayla yang tampak gelisah. Moe duduk di sofa yang berhadapan dengan mereka, diam dalam ketegangan yang menguasai ruangan.

“Gea, tolong ceritakan lagi, Nak,” pinta Bu Santi lembut, meski rasa cemasnya semakin memuncak. “Apa yang sebenarnya terjadi?”

Gea menarik napas dalam-dalam, matanya yang basah memandang ibunya dengan keraguan. “Bu… aku nggak tahu harus cerita dari mana. Aku... aku takut banget,” ujarnya terbata-bata.

Bu Santi menggenggam tangan Gea lebih erat. “Ibu di sini, Sayang. Kamu nggak usah takut. Ceritakan saja, mungkin kita bisa menemukan solusinya bersama.”

Gea mengangguk pelan, namun sebelum dia bisa melanjutkan ceritanya, pintu rumah diketuk. Semua kepala langsung berpaling ke arah pintu, suasana tegang bertambah. Kayla segera beranjak untuk membukakan pintu, dan di hadapannya berdirilah seorang wanita tua dengan senyuman hangat, tetangga sebelah rumah yang dikenal sebagai Bu Minah. Di tangannya, ia membawa sebakul penuh makanan.

“Assalamualaikum, Nak Kayla. Maaf kalau mengganggu. Saya dengar kabar nggak enak tentang Gea, jadi saya bawakan ini untuk kalian,” ucap Bu Minah dengan suara ramah.

Kayla membalas dengan senyuman kecil, meskipun hatinya masih berat. “Waalaikumsalam, Bu Minah. Terima kasih sudah datang, kami tidak apa-apa kok, Bu. Tidak perlu repot-repot.”

Namun, sebelum Kayla bisa menutup pintu, Bu Santi mendekat dan tersenyum lemah kepada Bu Minah. “Ah, terima kasih, Minah. Kamu memang selalu perhatian. Mari masuk, jangan hanya berdiri di luar.”

Kayla mengalah dan membiarkan Bu Minah masuk, meski ia merasa ada sesuatu yang aneh. Dalam kondisi seperti ini, biasanya orang tidak akan datang hanya untuk mengantarkan makanan. Perhatian Bu Minah terlihat tulus, tapi gerak-geriknya agak mencurigakan. Tatapan Bu Minah terlihat berbeda ketika ia menatap ke arah Arav yang berdiri di sudut ruangan. Senyumnya semakin lebar, dan pandangannya tidak bisa lepas dari sosok pria tampan itu.

Arav, yang merasakan tatapan aneh tersebut, hanya mengangkat alisnya sedikit, merasa tidak nyaman. Ketika Bu Minah hendak pamit, ia berusaha menjabat tangan Arav sebagai tanda salam. Namun, Arav dengan halus menolak, tersenyum kaku dan menganggukkan kepala sebagai pengganti.

“Oh, nggak apa-apa, nggak apa-apa,” ucap Bu Minah dengan tawa kecil, sedikit tersipu. “Saya paham, mungkin kebiasaan di kota berbeda. Tapi senang sekali bisa lihat keluarga Bu Santi mendapat kunjungan dari anak muda yang baik seperti kalian.”

Kayla mengamati dengan seksama interaksi itu, merasa ada yang tidak beres, namun tidak ingin memperpanjang masalah di depan ibunya. Setelah Bu Minah pergi, perhatian kembali terpusat pada Gea yang masih terlihat resah.

Mama Lauren melihat pemandangan itu, hanya tersenyum simpul. Kelakuan tetangga Bu Santi dirasa unik.

Kayla duduk di samping Gea, menatap wajah adiknya yang tampak kacau. “Gea, ayo lanjutkan ceritanya. Apa yang terjadi sampai kamu menangis seperti ini?”

Gea mengambil napas dalam-dalam lagi, mencoba menenangkan dirinya. “Bu, tadi saat aku baru pulang sekolah... ada beberapa orang seram ke sini, katanya keluarga kita punya hutang besar sama seseorang. Aku nggak ngerti siapa orang itu, tapi katanya kalau nggak dibayar, kita bisa kehilangan rumah. Terus mereka bawa beberapa barang,"

Saat Bu Santi merasa terkejut dengan penjelasan Gea, berbeda dengan reaksi Kayla. Dia melihat pada Arav yang juga kebetulan melihat pada dirinya. Kayla kesal, mungkin Arav berpikir situasi ini sangat tepat, terlihat dari sedikit senyum misterius yang Arav gambarkan.

Baru saja tadi saat berdiskusi di restoran, Kayla tidak takut resiko dari penolakan pertunangan, karena tidak ada keterikatan tangga jawab apa pun dengan Arav. Eh, sekarang kejadian ada masalah hutang di keluarga. Semoga saja tidak besar, hingga Kayla sendiri bisa mengatasi.

Namun bagi Bu Santi yang mendengar ini, dia mengerutkan dahi, kebingungan tergambar jelas di wajahnya. “Hutang? Ibu tidak pernah merasa punya hutang sebesar itu, apalagi sampai bisa membuat kita kehilangan rumah.”

Kayla pun menambahkan, “Ibu mungkin lupa pernah meminjam uang dari seseorang? Coba diingat-ingat lagi, Bu.”

Namun, Bu Santi hanya menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Tidak, Kayla. Ibu yakin tidak pernah meminjam uang dalam jumlah besar, apalagi sampai berisiko kehilangan rumah. Ini pasti ada kesalahpahaman.”

Ketegangan semakin terasa. Moe, yang dari tadi hanya diam, akhirnya ikut berbicara. “Kalau begitu, mungkin kita harus mencari tahu lebih lanjut. Mungkin ada seseorang yang sengaja ingin mencelakai keluarga kalian dengan menyebarkan informasi palsu.”

Kayla mengangguk setuju, namun sebelum mereka bisa membahas lebih jauh, ponsel Akbar yang sejak tadi berada di saku celananya berdering. Dengan buru-buru, Akbar mengangkat telepon tersebut, namun ia berjalan menjauh dari mereka saat menerima panggilan, menandakan sesuatu yang mencurigakan.

Setelah menutup telepon, Akbar kembali dengan wajah yang sedikit gelisah. “Saya harus pamit dulu, Bu, Mbak Kayla. Teman saya sudah menunggu untuk mengambil angkot yang tadi dipinjam.”

Bu Santi mengangguk, walau terlihat tidak puas. “Baiklah, Akbar. Terima kasih sudah datang.”

Setelah Akbar pergi, tidak lama kemudian ada lagi yang mengetuk pintu. Kali ini, dua wanita datang—satu paruh baya dan satu lagi lebih muda, mungkin seumuran dengan Kayla. Mereka membawa makanan dan mulai berbasa-basi. Namun, dari tatapan mereka, jelas bahwa perhatian mereka lebih tertuju pada Arav dan Moe, bukan pada keluarga Bu Santi.

Mama Lauren hanya menahan tawa dalam hatinya, sementara Moe terlihat sedikit bingung dengan situasi tersebut. Ketika kedua wanita itu hendak pamit dan mencoba mengulurkan tangan untuk bersalaman, Arav kembali menolak dengan halus, dan kali ini Moe juga mengikuti, meskipun dengan canggung.

Setelah kedua wanita itu pergi, Kayla merasa situasi ini semakin aneh. “Pak Arav, Mama, mungkin lebih baik Bapak kembali ke hotel dulu. Aku khawatir kedatangan kalian di sini malah membuat warga jadi penasaran dan terus datang.”

Namun, Arav menggeleng dengan tegas. “Aku tidak akan pergi. Kita harus menyelesaikan masalah ini. Sebentar lagi, aku akan jadi bagian dari keluarga ini. Aku punya hak untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Kayla mendesah, bingung dengan situasi yang berkembang. Namun, sebelum ia bisa membantah lebih jauh, Moe angkat bicara. “Kalau begitu, biar saya dan Mama Lauren saja yang kembali ke hotel. Dengan begitu, tidak akan ada yang menyangka ada tamu penting di sini.”

Kayla akhirnya setuju dengan saran Moe. “Baiklah, Moe. Maaf Ma, situasinya jadi tidak nyaman seperti ini."

"Tidak apa-apa, sayang. Mama bisa mengerti, kok," ucap Mama Lauren mendekati Kayla, mengusap lengannya dengan lembut. "Kalau gitu, Mama pergi dulu ya," lanjutnya.

"Dan Pak Arav, maaf. Mungkin lebih baik Bapak diam di belakang atau di kamar saya aja." Kayla meminta Arav dengan canggung.

"Hem, baiklah." Arav tidak banyak protes. Karena dia juga tidak nyaman dengan begitu banyak orang asing.

Moe dan Mama Lauren pun akhirnya pergi, meninggalkan Arav dan Kayla di rumah Bu Santi. Ketegangan masih meliputi suasana, namun ada juga momen-momen yang terasa kocak dengan kehadiran para tetangga yang terus berdatangan. Kayla hanya berharap bahwa masalah ini bisa segera terpecahkan, dan mereka bisa kembali fokus pada urusan pertunangan yang masih menggantung.

Tapi satu hal yang jelas, ada sesuatu yang aneh di balik semua ini, dan Kayla bertekad untuk mencari tahu kebenarannya.

Bersambung...

1
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️
Biasanya CEO maksa nikah karena keluarga cewek punya hutang. Atau ceweknya punya salah.

Ini enggak loh. Kayla tidak ada sangkut paut tanggung jawab apa pun pada CEO/Arav atau pun keluarga. Namun, dia tetap harus nikah dengan Arav.

Kira-kira alasannya apa ya? Yang gak baca novelnya, pasti gak bakal tahu alasannya.
Aruna
Boleh jadi koleksi bacaan
Aruna
Teh early grey kaya apa sih
Neneng Aisyah
seru cerita lanjut kak,aku tunggu 😅😅😅👍🏻
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Terima kasih udah mampir. 🥰
total 1 replies
Daniel
tbiyuuyiiy gu
Sunrise🌞: Hallo kak mampir juga ya diceritKu

STUCK WITH MR BRYAN
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!