Safa, gadis dari kalangan atas terpaksa menawarkan diri untuk menjadi istri dari Lingga, seorang CEO terkemuka demi menyelamatkan Perusahaan orang tua angkatnya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku"
"Kau yakin mau menikah dengan ku?"
"Aku yakin!"
Safa menjawabnya dengan tegas. Tanpa memikirkan suatu saat nanti hatinya bisa goyah dan mencintai Lingga.
Tapi sayangnya hati Lingga telah mati, dia hanya mencintai Asyifa tunangannya yang telah meninggal dunia. Lingga menikah hanya karena paksaan orang tua serta untuk melahirkan penerus keluarganya.
"Dia sangat mencintai anaknya, tapi tidak dengan wanita yang melahirkan anaknya" ~ Safa ~
Bagaimana nasib Safa saat Lingga pulang membawa wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Asyifa? Apa yang akan Safa lakukan disaat dia sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati?
Akankan Safa bertahan atau merelakan suaminya bahagia dengan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menawarkan diri
Tirta memegang dadanya yang terasa sakit, dia tidak menyangka jika rencananya untuk menjodohkan putrinya dengan keluarga konglomerat telah ditolak oleh putra pewaris keluarga itu.
Padahal itu adalah satu-satunya cara agar Tirta terbebas dari tuntutan penjara karena perusahaannya yang gulung tikar. Dia harus membayar gaji ribuan karyawan yang masih menjadi hutang.
Semua asetnya telah ia jual, tak ada lagi barang berharga yang ia punya untuk membayar hutang yang menggunung itu. Dia hanya punya waktu dua minggu untuk melunasi semuanya atau penjara menjadi tempatnya.
Beberapa hari yang lalu, Tirta seperti mendapat angin segar. Salah satu kolega bisnisnya memberikan tawaran padanya, semua hutang perusahaan milik Tirta akan dilunasi dengan syarat, Tirta mau menikahkan putrinya dengan putra keluarga kolega bisnisnya itu.
Tapi siapa sangka, angin segar itu justru berubah menjadi udara yang mendekat leher Tirta. Putra dari kolega bisnisnya itu ternyata menolak mentah-mentah perjodohan itu.
"Akkhh" Tirta semakin merasa kesakitan.
"Papa, kita ke rumah sakit saja Pa! Kata dokter Papa harus segera dioperasi!" Bujuk wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu sejak tadi.
"Papa tidak mau ke rumah sakit. Masih banyak hal yang harus Papa selesaikan!" Tolak Tirta meski dia beberapa kali meringis menahan sakit.
"Papa mau apa lagi? Lupakan soal pekerjaan Papa dulu, sekarang kesehatan Papa lebih penting! Aku cuma punya Papa di dunia ini, jadi tolong Pa, ayo ke rumah sakit!"
"Kalau Papa tidak menyelesaikan pekerjaan Papa dan secepatnya mencari bantuan, gimana nasib Papa? Gimana Papa membayar semua hutang-hutang Papa?"
Wanita yang dipanggil Safa itu terdiam. Dia tak bisa berbuat banyak karena dia tidak tau apa-apa soal perusahaan. Selama ini dia belum terjun langsung ke perusahaan karena dia masih ingin melanjutkan kuliahnya.
Tapi belum sempat dia membantu Papanya, perushaan milik Papanya itu sudah terlanjur bangkrut.
"Apa tidak ada cara lain Pa?" Safa menatap pria paruh baya dihadapannya dengan sendu. Hanya pria itu yang ia punya di dunia ini. Pria yang telah mengambil Safa dari panti asuhan kemudian mengasuhnya bersama sang istri yang kini telah meninggal dunia.
"Harapan Papa hanya keluarga Om Indra. Tapi ternyata putranya tidak mau menikahi kamu. Pastinya Om Indra tidak mau membantu kita karena rencana kami berdua gagal untuk menikahkan kamu dengan putranya"
Mengingat hutang Papanya yang begitu banyak, tentu saja tidak akan mudah mencari pinjaman. Di samping itu, mana ada orang yang mau memberikan pinjaman sebanyak itu tanpa adanya jaminan. Seluruh aset Papanya yang bisa digunakan saja sudah tidak ada. Hanya rumah yang mereka tinggali saat ini yang tersisa.
"Kalau Safa bisa menikah sama putra Om Indra, Papa mau operasi kan Pa?"
"Mustahil Safa, kamu tau kan sifat putra Om Indra itu. Dia terkenal dingin dan tak tersentuh!"
"Kita tidak akan tau hasilnya kalau belum mencobanya Pa. Safa akan menemuinya sendiri!"
Tadi malam saat Safa dan Papanya datang ke restoran untuk membicarakan tentang perjdoohan itu, hanya Indra Kusuma Jati dan istrinya saja yang datang. Jadi penolakan itu tidak disampaikan secara langsung.
Namun Safa sempat bertemu beberapa kali saat Safa menemani Papanya ke acara-acara besar. Safa juga sering melihat pria itu wara-wiri dimajalah bisnis dan di media sosial. Jadi sedikit banyak, Safa tau tentang putra keluarga itu.
Kaki jenjang Safa sudah berdiri di depan salah satu perusahaan raksasa di Indonesia. Dia menatap gedung tinggi dihadapannya itu. Dia datang kesana tentu saja untuk menemui pemiliknya yang saat ini berada di dalam sana.
Safa berjalan dengan percaya diri meski sebagian orang pasti sudah tau siapa dia dan apa masalah yang sedang dia dan Papanya hadapi.
Tapi dia tidak peduli, dia terus berjalan masuk menuju resepsionis untuk mengetahui dimana ruangan pria itu berada.
"Mau apa kau datang ke sini? Apa kurang jelas semalam?" Pria yang duduk di kursi kebesarannya itu hanya melirik Safa sekilas kemudian kembali fokus pada dokumen di hadapannya.
Setelah sempat mendapat kesulitan untuk masuk bertemu dengn CEO perusahaan itu, akhrinya Safa bisa berdiri di hadapan pria dengan nama Lingga Kusuma Jati yang tertera pada papan nama di atas meja.
"Maaf aku mengganggu waktu mu" Safa sempat merasa merinding melihat sikap Lingga kepadanya, meski bukan pertama kali berhadapan, namun rasanya tetap menakutkan apalagi hanya ada mereka berdua di ruangan itu.
Memang benar, aura dingin dan tak tersentuh begitu terasa saat dihadapannya secara langsung seperti saat ini.
"Saya tidak punya banyak waktu!" Lingga terlihat tak ingin Safa berada di ruangannya lebih lama lagi.
Lingga begitu terus terang dan blak-blakan. Tak ada basa basi sedikitpun, meski sekedar meminta Safa untuk duduk lebih dulu. Dia malah membiarkan Safa berdiri di depan mejanya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku!"
Secara gamblang Safa mengutarakan niatnya. Tanpa basa-basi lagi seperti yang Lingga inginkan.
Dia sendiri tak menyangka jika punya keberanian seperti itu. Mengajak Lingga menikah padahal jelas-jelas pria itu sudah menolak untuk menikah dengannya.
"Kau yakin mau menikah dengan ku?" Lingga akhrinya mengangkat kepalanya, menatap Safa dengan sorot matanya yang dingin.
"Aku yakin! Aku bersih, dan aku cantik. Aku jamin aku tidak akan merusak garis keturunan mu!" Jawab Safa dengan tegas tanpa keraguan bahkan terkesan percaya diri. Tapi memang begitu kan cara merayu?
"Aku tau orang tuamu mendesak mu untuk menikah karena menginginkan keturunan darimu. Jadi, ayo menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, berapapun kamu mau. Asal bantu Papa ku untuk melunasi hutangnya" Lanjut Safa.
Tadi malam Safa mendengar sendiri Nyonya Besar dari keluarga Kusuma Jati sangat mendambakan seorang cucu sebagai penerus keluarga mereka karena Lingga adalah anak laki-laki satu-satunya sementara adik Lingga perempuan.
"Kau begitu berani ternyata" Lingga terlihat menyeringai diwajah tampannya.
"Tapi apa kau tau, apa syarat jika ingin menikah dengan ku?" Pria berlawanan tinggi dan gagah itu tampak meletakkan bolpoin yang sejak tadi ia pegang.
Dia sedikit memundurkan tubuhnya untuk bersandar, hingga otot-otot lengannya terlihat jelas karena kemeja putihnya yang ketat dan digulung hingga siku.
"Apapun syaratnya akan aku terima!" Safa tak peduli lagi, apapun syarat yang Lingga berikan pasti akan dia lakukan.
"Baiklah kita akan menikah!"
Safa menatap Lingga dengan lekat karena merasa dia salah dengar dengan ucapan Lingga. Dia tidak menyangka jika Lingga akan menyetujuinya begitu saja.
"Kau lahirkan anakku, dan jadi Ibu dari anakku. Aku akan melunasi semua hutang Ayahmu, tapi jangan menuntut apapun karena kau sendiri yang datang dan menawarkan diri. Ingat, jangan menuntut apapun dariku termasuk CINTA!!"
*
*
sekarang lingga yg akan berjuang untuk mengejar cinta dari safa lagi
nyesekkkk akuuuu