Berhenti menjadi seorang mata-mata ilegal karena suatu insiden. Akira Nakano memutuskan bekerja sebagai bodyguard pribadi Koji Rodriguez— pemilik perusahaan tambang emas terbesar dan tersukses se-Asia sekaligus seorang mafia. Namun siapa sangka bahwa perusahaan tersebut adalah tempat yang pernah dia bobol sebelumnya saat menjalankan misinya sebagai seorang mata-mata ilegal.
Keadaan menjadi terguncang saat Koji menawarkan lamaran pernikahan kepada Akira selaku status mereka antara seorang bos dan bodyguard nya.
Dan apa jadinya jika sebuah rahasia berhasil mengejutkan mereka berdua disaat semuanya sudah terjadi!!!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AITOFU — BAB 06
MENJADI SEORANG BODYGUARD
“Hahahaha....” Suara tawa menggelegar di seisi ruangan. Seorang pria berambut cat merah berkulit putih dengan tatto sangar di leher full dengan goresan luka di pipi kirinya serta tindik di sudut bibir bawahnya sama sekali tidak menghilangkan aura tampan dan garangnya.
Asap rokok mengebul saat pria itu memutar kursinya sambil mendongak menikmati asap rokoknya. “What a wonderful fuck life!” ucap pria itu nampak menyeringai puas setelah ia melihat sebuah foto wajah seorang wanita yang terpampang jelas di layar komputernya.
“Kita sudah mengetahui identitasnya, apakah perlu kita habisi dia, Tuan Shi?” tanya seorang pria berambut pendek lurus dengan janggut segitiga kecil di dagunya.
Pria bernama lengkap Shi Angelou! Ya! Pria yang mendapat julukan kriminal gila itu tersenyum miring.
“Ada permainan yang lebih seru. Mereka para mata-mata sialan itu sudah berani merebut milikku, jadi aku harus membalasnya dengan insiden yang kebetulan!!” jelas pria bernama Shi itu tertawa kecil. Sementara tangan kanannya tadi hanya mengangguk paham.
Shi kembali memutar video pendek yang memperlihatkan seorang mata-mata ilegal tengah mengambil sesuatu yang mereka curiga dari anak buah Shi. Bahkan wajah mata-mata itu terlihat jelas walaupun sedikit buram namun Shi dapat melihat betapa cantik dan liarnya wanita bermata Charcoal itu.
Sambil mengamatinya dengan seringaian licik, Shi mengisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya tepat ke arah layar komputernya.
...***...
6 Months Later, November.
Ji'Ez Goldmine Company
Akira melangkah masuk ke sebuah ruangan yang cukup bersih, luas, harum dan juga modern. Wanita cantik dengan setelan jas hitam kemeja putih serta rambut sepunggung dengan poni rapi menunjukkan betapa cantik dan kalem wajah wanita tersebut.
Setelah insiden kematian Izumi, kini Akira akan memutuskan bekerja sebagai seorang bodyguard! Ya! Seorang pengawal pribadi dari perusahaan Ji'Ez Goldmine yang pernah dia bobol sebelumnya.
“Tuan Koji! Dia pekerja baru yang akan menjadi pengawal pribadi Anda.” Ujar Tomi juga berdiri di samping Akira.
Pria tampan yang tadinya sibuk akan berkas, kini pria bermanik biru itu menatap lekat serta mengernyitkan keningnya saat melihat seorang wanita bertubuh mungil dengan wajah polos cantiknya siapa menjadi seorang bodyguard?
Cukup lama Koji memperhatikan wanita itu hingga Tomi menyadari akan pertanyaan yang ada di dalam pikiran bosnya.
“Anda bisa melihat biodata lengkapnya yang sudah saya kirim.” Ucap Tomi meyakinkan Koji sekali lagi hingga pria itu pamit undur diri.
Tak ada perkataan dari Akira, wanita itu hanya diam menatap lurus meski harus menahan kekhawatirannya dan berdoa agar Koji tak mengingat dirinya.
Sementara pria berambut pirang itu membaca detail biodata bodyguard barunya yang kurang meyakinkan menurutnya— tentu saja, bagaimana bisa Tomi menerima seorang wanita untuk dijadikan pengawalnya? Meski Koji sudah membaca biodata wanita itu, hampir semua silat dia kuasai.
Koji kembali menatap lekat ke arah wanita itu cukup lama hingga Akira sendiri harus menahan risih.
Tatapan tegas dan penuh kecurigaan. “Apa kita pernah bertemu?” Deg!
Pertanyaan yang cukup membuat Akira berdetak cepat. Pertanyaan yang Koji lontarkan membuatnya ingat akan serangan mendadak yang berupa ciuman waktu itu. Sungguh, itu adalah ciuman pertamanya dengan seorang pria.
“Tidak pernah.” Jawab Akira tenang dan dingin.
Tak ingin berburuk sangka. Koji mulai beranjak dari duduknya, berjalan mendekati wanita itu hingga jarak mereka hanya dua langkah untuk lebih dekat.
Tiba-tiba pria itu merendahkan tubuhnya sedikit condong ke depan dengan dua tangan ia letakkan ke dalam saku celana. Kini wajah Koji begitu dekat dengan wajah Akira, oh ya Tuhan betapa tampan dan tegasnya pria di depannya itu.
Akira seperti tak bisa bernapas, namun untungnya ia pandai mengendalikan mimik wajah. Tanpa ragu Akira menatap balik mata biru bos barunya itu sehingga keduanya saling beradu pandang.
“Matamu sangat mirip dengan seseorang yang ku kenal.” Ucap suara bariton terdengar seperti perkataan talak bagi Akira.
Bukannya menghindari tatapan itu, Akira malah menatapnya tajam. “Mata Anda juga mirip dengan seseorang di luar sana. Khususnya orang Barat.” Balas Akira ada benarnya juga.
Seketika Koji kembali berdiri tegak saat ucapannya dibalas tepat oleh seorang wanita untuk pertama kalinya. Memang, warna mata tidak menunjukkan bahwa orang tersebut sama.
“Aku masih belum mengetahui langsung keahlian mu, tapi kau diterima.” Ujar Koji yang berdiri membelakanginya.
Entah kenapa, tapi pria itu merasakan ketertarikan tersendiri terhadap wanita tersebut. Dia sangat menyukai tatapan matanya. “Siapa namamu?” tanya Koji yang hanya menoleh ke kanan tanpa memutar tubuhnya sepenuhnya.
“Akira Nakano.” Jawab tegas Akira. Sekalipun tidak ada senyuman di bibir wanita itu seakan-akan semuanya sudah runtuh semenjak kematian adiknya.
“Kau boleh pergi. Asistenku, Tomi akan memberikan informasi detailnya kepadamu.” Jelas pria pirang tadi yang masih enggan berbalik badan. Pria itu masih betah memandangi dinding kaca tembus pandang yang menunjukkan pemandangan kota Tokyo.
Namun nyatanya, kefokusan matanya tertuju ke pantulan yang menunjukkan Akira berdiri tegap dengan tatapan tegas.
“Terima kasih.” Ucap wanita itu sebelum dia pergi meninggalkan ruangan.
Mendengar pintu tertutup, Koji memutar tubuhnya dan melihat ke arah pintu dengan berkerut alis. “Aku yakin pernah melihatnya. But who is she?” gumamnya nampak serius.
.
.
.
Akira yang berada di luar ruangan, seketika wanita itu menghembuskan napas lega saat dia hampir saja dibuat beku oleh bosnya. -‘Dia tidak mengenali ku. Dia tidak akan mengenali ku.’ Batin Akira begitu yakin karena dia sudah mengurus semuanya.
Tak lama saat Akira berdiri di dekan pintu ruangan CEO, seorang wanita berkacamata dengan rambut pendek kecokelatan menghampiri Akira dengan tersenyum lebar dan ramah.
“Nyonya Akira Nakano?!” tebak wanita tadi.
Dengan sopan Akira mengangguk tersenyum kecil, sangat kecil.
“Namaku Momo! Tuan Tomi menyuruhku memperkenalkan tempat ini kepada mu sebagai bodyguard baru tuan Manly Koji!” jelas wanita bernama Momo itu.
“Manly?”
“Ah, itu panggilan para wanita di sini, mereka menyebut tuan Koji dengan panggilan Manly. Kau tahu kan, pria macho, keren dan tampan idaman para wanita! Kau juga boleh memanggilnya seperti itu!” jelas Momo tanpa ragu.
Akira tak membalasnya lagi, wanita itu sungguh merasa asing di sana, apalagi tahu bahwa bosnya sangatlah digemari oleh kau wanita, termasuk pria gay. Untungnya Koji masih normal.
“Mari aku tunjukkan!” ajak wanita itu.
Setiap kali Momo menunjukkan ruangan-ruangan di sana, Akira hanya tersenyum tipis tanpa berkata-kata banyak hingga di ruang bawah tanah parkiran, Momo menunjukkan setiap CCTV yang tersembunyi di sana.
“Hanya para pegawai saja yang tahu, dan kau juga harus tahu karena terkadang musuh tuan Manly— maksudku, tuan Koji sangatlah banyak.” Momo menyuruh Akira untuk mendekat, lalu berbisik.
“Banyak yang sudah tahu kalau tuan Koji juga memiliki bisnis gelap.” Bisik Momo membuat Akira sedikit terkejut.
Tidak ada komentar dari Akira, Momo menatap sejenak wanita cantik di depannya itu. “Kau sangat pendiam dan dingin ya! Ayo kita ke atas.” Ujar wanita ceria tadi berjalan lebih dulu.
Akira melangkah dua langkah ke depan, lalu berbalik menatap ke arah CCTV kecil yang terpasang tepat di sebuah tiang tembok yang mengarah ke arahnya.