NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Efek Kupu-Kupu

Hari itu dimulai seperti biasa, aku dan Hana bekerja di kebun apel. Pekerjaan kami semakin banyak seiring dengan bertambahnya kebun buah lainnya yang kami kelola. Namun, di balik rutinitas yang tampak damai, ada ketegangan yang mulai mengakar di antara kami.

"Aku pikir kita harus menanam pohon persik di area sebelah timur," kata Hana dengan penuh semangat, tangannya memegang peta kebun.

Aku menggeleng pelan, merasa yakin dengan pendapatku. "Aku rasa kita lebih baik fokus pada apel dulu, Hana. Tanah di sebelah timur itu kurang subur untuk persik, pohon apel bisa bertahan dalam kondisi yang tidak mendukung."

Hana menatapku dengan tatapan yang penuh keyakinan. "Aku sudah melakukan penelitian, Ryu. Tanah di sana bisa diolah dengan pupuk yang tepat. Kita harus mencoba diversifikasi agar kebun ini lebih beragam."

Perdebatan kecil ini memanas dengan cepat. Aku merasa bahwa Hana meremehkan pengalamanku, sementara Hana merasa pendapatnya tidak dihargai.

"Kamu selalu merasa lebih tahu, Hana," kataku dengan nada yang lebih tajam dari yang kuinginkan. "Kamu lupa bahwa aku yang memulai kebun ini dari awal."

Hana balas menatapku, matanya berkilat. "Itu tidak berarti kamu selalu benar, Ryu. Aku juga punya pengetahuan yang cukup untuk membuat keputusan yang baik untuk kebun ini."

Emosi mulai memuncak, dan tanpa bisa kutahan, aku mengungkit masa lalu. "Setidaknya Ringa selalu mendengarkan pendapatku. Dia tidak pernah meremehkan aku seperti ini. Ringa kuat seperti namanya yang artinya apel, dia bisa bertahan dalam kondisi apapun, tidak seperti dirimu."

Raut wajah Hana berubah, dari marah menjadi terluka. "Kamu masih membicarakan Ringa? Setelah semua yang telah kita lalui bersama? Aku selalu ada untukmu, Ryu, tapi sepertinya kamu tidak bisa melupakan dia."

Suasana semakin tegang, dan aku merasa bersalah atas kata-kataku. Namun, egoku terlalu besar untuk mengakui kesalahan. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

Tanpa berkata lagi, Hana berbalik dan pergi dengan marah, meninggalkan aku di tengah kebun dengan perasaan campur aduk. Kesal, marah, dan kecewa pada diriku sendiri.

Malam itu, aku memutuskan untuk melarikan diri dari semua kekacauan ini. Aku pergi ke bar terdekat, mencari pelarian dalam minuman keras. Setiap tegukan alkohol hanya membuat pikiranku semakin kacau. Aku tidak bisa menghapus bayangan Hana yang marah dan Ringa yang selalu menurut.

Setelah beberapa gelas, aku merasa cukup mabuk untuk tidak peduli lagi. Aku keluar dari bar, menyalakan mesin motorku, dan mulai berkendara dengan kecepatan tinggi. Jalanan gelap dan sepi, cocok untuk melampiaskan amarah dan frustasi.

Namun, mabuk dan kebut-kebutan bukan kombinasi yang baik. Saat berbelok di tikungan tajam, aku kehilangan kendali. Semua terjadi begitu cepat—motorku tergelincir, tubuhku terhempas ke aspal, dan kemudian kegelapan.

Aku terbangun dalam ruangan yang asing, dengan suara mesin dan aroma antiseptik. Tubuhku terasa berat, dan mataku sulit terbuka. Perlahan, aku mulai sadar bahwa aku berada di rumah sakit.

"Aku... di mana?" suaraku serak dan lemah.

Aku mendengar suara yang familiar. "Ryu, kamu sadar!" Itu Hana. Dia terlihat lelah dan matanya merah karena menangis.

Di sisi lain tempat tidurku, aku melihat sosok lain yang tak kalah familiar. Ringa. Dia menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Hana? Ringa?" tanyaku, bingung dan lemah. "Apa yang terjadi?"

Hana mendekat, menggenggam tanganku dengan erat. "Kamu mengalami kecelakaan, Ryu. Kamu koma selama dua bulan. Aku sangat khawatir."

Ringa mengangguk, air matanya mengalir. "Aku datang begitu mendengar kabar itu, Bang. Aku tidak peduli dengan larangan orangtua. Aku hanya ingin melihatmu."

Aku terdiam, mencoba mencerna semuanya. "Dua bulan?" ulangku, merasa tidak percaya.

Hana mengangguk, suaranya gemetar. "Ya, Ryu. Dua bulan. Dan selama itu, aku merasa sangat menyesal karena kita bertengkar. Aku takut kehilanganmu."

Aku merasakan campuran emosi yang begitu kuat. Aku bersyukur masih hidup, namun juga merasa bersalah dan bingung dengan situasi ini. Di satu sisi, Hana yang selalu ada untukku, dan di sisi lain, Ringa yang kembali hadir dalam hidupku.

"Kamu tidak perlu merasa bersalah, Hana," kataku pelan. "Aku yang bersalah karena mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya kukatakan."

Ringa mendekat, suaranya lembut namun tegas. "Bang, aku tahu kita sudah berpisah, tapi aku tetap peduli padamu. Aku ingin kamu bahagia, apapun yang terjadi."

Hana menatap Ringa dengan mata penuh emosi yang bercampur. "Ringa, aku tahu kamu juga mencintai Ryu. Tapi aku mohon, biarkan dia pulih dulu. Kita harus mendukungnya."

Aku merasa terjebak di antara dua wanita yang kucintai, dan rasa bersalah semakin menghimpit. Namun, aku tahu bahwa ini bukan saatnya untuk membuat keputusan. Aku harus fokus pada pemulihan dan mencari jalan keluar dari kekacauan ini.

Hari-hari berikutnya di rumah sakit penuh dengan rasa sakit dan proses penyembuhan. Hana dan Ringa bergantian menjagaku, meskipun aku bisa merasakan ketegangan di antara mereka. Meskipun demikian, kehadiran mereka memberiku kekuatan untuk bertahan.

Suatu hari, saat Hana sedang keluar untuk membeli makanan, aku berbicara dengan Ringa. "Ringa, kenapa kamu datang? Apa yang kamu rasakan ketika mendengar aku kecelakaan?"

Ringa menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan air matanya. "Aku merasa hancur, Bang. Aku tidak peduli dengan larangan orangtua. Aku hanya tahu bahwa aku harus melihatmu. Aku harus memastikan kamu baik-baik saja."

Aku terdiam, merasakan beban di dadaku semakin berat. "Ringa, aku minta maaf atas semuanya. Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu."

Ringa menggeleng, menatapku dengan mata yang penuh kasih sayang. "Bang, kamu tidak perlu minta maaf. Aku hanya ingin kamu bahagia, itu saja."

Ketika Hana kembali, dia membawa buah kesukaanku, apel. "Aku tahu kamu suka ini, Ryu," katanya dengan senyum yang dipaksakan.

Aku mencoba tersenyum kembali, tetapi hatiku masih terasa berat. "Terima kasih, Hana. Kamu selalu tahu apa yang kubutuhkan."

Malam itu, saat aku berpura-pura tertidur, sementara pikiran-pikiran berkecamuk di kepalaku.

Tiba-tiba, suara Hana memecah keheningan. "Ringa, kenapa kamu harus datang ke sini? Ryu sudah punya aku. Kamu tidak seharusnya ada di sini."

Ringa membalas dengan suara yang tidak kalah tajam. "Aku datang karena aku peduli padanya. Apa salahnya aku ingin memastikan dia baik-baik saja?"

Hana berdiri, suaranya semakin meninggi. "Kamu selalu membuat segalanya lebih rumit, Ringa. Kenapa kamu tidak bisa melepaskannya? Ryu dan aku sudah membangun kehidupan bersama!"

Ringa juga bangkit, menatap Hana dengan mata yang berkilat penuh amarah. "Kamu pikir aku tidak mencoba? Aku berusaha, kak. Tapi saat aku mendengar dia kecelakaan, aku tidak bisa diam saja. Aku harus melihatnya."

Hana mengepalkan tangannya, wajahnya memerah. "Lihat apa yang terjadi sekarang! Kamu datang dan semuanya semakin kacau. Ryu butuh ketenangan, bukan drama tambahan."

Ringa menggelengkan kepala, air mata mengalir di pipinya. "Kamu tidak mengerti, kak. Perasaanku pada Abang Ryu tidak bisa dihapus begitu saja. Aku juga pernah menjadi bagian dari hidupnya."

Hana melangkah mendekat, tatapannya penuh dengan ketegangan. "Ya, pernah. Tapi sekarang dia bersamaku. Aku yang selalu ada di sampingnya, melalui masa-masa sulit ini. Kamu hanya membuat segalanya lebih sulit."

Ringa membalas dengan suara yang bergetar. "Aku tahu, dan aku minta maaf jika kehadiranku mengganggu. Tapi aku berhak tahu bagaimana keadaannya. Aku berhak menunjukkan bahwa aku masih peduli."

Hana menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan amarahnya. "Kalau kamu benar-benar peduli, kamu akan pergi dan membiarkan Ryu pulih tanpa tambahan stres."

Ringa menatap Hana dengan tatapan penuh luka. "Aku tidak akan pergi sampai aku yakin Abang Ryu baik-baik saja. Kamu tidak bisa mengusirku begitu saja."

Aku mendengarkan setiap kata, merasa semakin terbebani oleh situasi ini. Pertengkaran mereka membuatku sadar bahwa keputusan yang harus kuambil bukan hanya tentang siapa yang ada di sampingku, tetapi juga tentang bagaimana kami semua bisa menemukan kedamaian.

Plak! suara tamparan tiba-tiba terdengar jelas di udara.

Aku membuka mata dan melihat Hana menampar Ringa dengan penuh emosi. "Hana! Apa yang kamu lakukan?" teriakku, mencoba bangkit dari tempat tidurku, tetapi tubuhku terlalu sakit dan lemas untuk melakukan itu.

Hana berbalik menatapku, air mata mengalir di wajahnya. "Kamu membela dia setelah semua yang kita lalui bersama? Kamu bahkan tidak memihakku!"

"Hana, tenanglah. Kita bisa bicara baik-baik," kataku dari atas tempat tidur, tidak bisa berbuat apa-apa.

"Aku selalu ada di sampingmu, Ryu. Aku yang menjaga dan mendukungmu selama ini. Tapi sekarang, kamu malah memarahi aku karena mencoba melindungi hubungan kita!" Hana menangis dengan terisak-isak, rasa kecewa tergambar jelas di wajahnya.

Sementara itu, Ringa hanya terdiam, memegang pipinya yang memerah, menatap ke bawah dengan ekspresi kosong. Suasana menjadi begitu tegang, dan aku merasa sangat bersalah.

"Hana, aku tidak ingin menyakiti siapa pun. Aku hanya ingin kita semua bisa berbicara dan menyelesaikan ini dengan tenang," kataku dengan suara yang bergetar.

Hana menggelengkan kepala, mengambil napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku tidak tahu apakah aku bisa terus seperti ini, Ryu. Mungkin kamu perlu waktu untuk memikirkan siapa yang benar-benar kamu inginkan di sampingmu."

Dengan air mata yang terus mengalir, Hana berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan aku dan Ringa dalam keheningan yang menyakitkan. Aku menatap Ringa, yang masih berdiri di ruangan ini, terdiam.

Aku tahu bahwa apapun yang terjadi setelah ini, semuanya akan berubah. Pertanyaan besar yang terus menghantui pikiranku adalah: bagaimana aku bisa menyatukan kembali kepingan-kepingan hati yang telah hancur ini?

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!