NovelToon NovelToon
Rabu Kliwon

Rabu Kliwon

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mata Batin / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Tumbal
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Siti Nurhasanah

Konon ada sebuah kejadian mistis, roh seorang dukun beranak yang tidak sempurna. Mendatangi setiap warga dengan wujudnya seperti di kala dia hidup, terkadang membuat lupa jika Bu Inggit sudah meninggal ketika orang yang tak sengaja berpapasan dengannya. Kematian Bu Inggit yang tidak wajar masih menjadi misteri di desa, mungkin karena sebab itu rohnya masih gentayangan. Teror tidak berakhir, semua warga di sana menjadi tumbal, tidak akan ada yang lolos, seperti kutukan semuanya meninggal dan akan kembali ke tanah kelahirannya. kecuali, keluarga Asih yang berhasil melarikan diri ke kota 13 tahun berlalu teror itu datang menjadi bumerang untuk kehidupan keluarganya, bagaimana perjuangan Citra, cucu dari Asih yang tidak tahu apapun dan harus berjuang menanggung semua nya, berjuang untuk tetap hidup dan mencari sendiri jawaban yang tersembunyi. Apakah citra bisa melewatinya? Atau takdir membuatnya mati seperti yang dikatakan teror itu, jika tidak akan ada yang selamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Siti Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fakta yang diketahui Anton

Singkatnya malam sesudah Maghrib, setelah acara tahlilan selesai di rumah Pak Bari. Agak aneh memang jika Tahlilan dan Doa dilaksanakan sesudah Maghrib padahal kemarin sesudah ashar pun sudah cukup.

Sebagaimana yang dipikirkan orang-orang ketika Pak Bari memberitahu sesuatu pada Pak ustad di mesjid, tentang tahlilan dan doa istrinya dilakukan malam hari.

"Assalamualaikum pak ustad." Salam Pak Bari saat itu datang ke mesjid. tepatnya pukul 04.30 Sore.

"Waalaikum salam, Pak Bari. Gimana Pak?" Tanya Ustad sambil tersenyum.

Pak Bari menundukkan wajah tampak masih menyimpan kesedihan yang mendalam. Pak Bari menatap ke arah Anton namun entah mengapa Anton sekarang yang tampak lebih tidak baik kondisinya, Anton tampak paling murung bahkan tidak banyak bicara seperti biasa.

Mendapati Anton yang tak mungkin membantunya bicara Pak Bari memutuskan untuk dia sendiri yang bicara. "Mengenai tahlil dan Doa untuk almh. Istri. Sepertinya saya berencana untuk dilakukan sesudah Maghrib sekarang." Pak Bari bicara dengan nada hati-hati.

"Oh, seperti itu ya Pak." Jawab ustad, sebentar nampak berpikir. "Baiklah, akan saya bantu umumkan ya! Alhamdulillah hari ini saya bisa datang juga Pak!" Jawaban ustad membuat Pak Bari seketika tersenyum lega.

"Saya ucapkan terimakasih sekali lagi." Ucap Pak Bari. Selanjutnya Pak Bari tampak menoleh lagi ke arah Anton, ternyata masih seperti tadi tidak ada yang berubah. "Saya mau pamit pulang Pak Ustad, rupanya hanya itu saja yang mau sampaikan." Pak Bari langsung pamit pulang.

"Silahkan pak! Hati-hati di jalan Pak!" Kemudian Pak Ustad menyalami Pak Bari dan juga Anton ketika ketiganya berdiri, Pak Bari menarik tangan anaknya dan pulang bersama.

Setelah keluar dari mesjid, Pak Bari masih diam saja membiarkan Anton tetap bersikap seperti itu.

Pak Bari menghela napas, masuk ke dalam rumah dan duduk. Sedangkan Anton yang masih diam saja juga duduk di kursi lain.

Pak Bari tak tahan dengan sikap anaknya dia berharap jika Anton bisa cepat menerima semua cerita yang tadi dia bicarakan dengan terpaksa pada Anton. Bukan hanya Anton yang sedih, dirinya lebih sedih dan syok.

"Anton, mau minum?" Tawar Pak Bari basa-basi pada anaknya. Anton asih tak merespon saat itu, Pak Bari tidak mempermasalahkannya, dia terus berjalan ke arah dapur bermaksud untuk mengambil minum.

Duduk lagi di kursi tadi, Pak Bari masih mendiamkan Anton dia membiarkan Anton mencerna, memikirkan, dan menenangkan hatinya sendiri.

"Pak. Ibu salah apa ya?" Anton tiba-tiba bicara mulai membuat sudut mata Pak Bari melihat ke arahnya. "Kok Ibu meninggal dengan cara seperti itu." Tangisan Anton kembali pecah. Air mata yang masih tidak bisa menerima kematian ibunya. "Kita lapor polisi saja Pak!" Tiba-tiba Anton mengajukan sesuatu yang langsung membuat Pak Bari kaget.

"Memangnya siapa yang mau membunuh Ibu mu? Kita akan menyalahkan siapa?" Pak Bari balik bertanya. Pak Bari berbicara seperti itu karena dia tak percaya ada orang yang tega membunuh istrinya.

"Memangnya bapak mau menerima begitu saja kematian Ibu? Bapak jangan egois dong. Mungkin kita harus mengungkap siapa dalang dibalik kematian Ibu, dengan begitu Ibu bisa tenang Pak. Ibu gak akan Lagi_" Perkataan Anton terhenti saat itu. Yang ingin dikatakan Anton tak mungkin arwah ibunya gentayangan.

"Udahlah Anton. Lagian duit dari mana Bapak sampai harus melaporkan kematian Ibu, di sini desa kecil, lagipula bapak tidak terpikirkan motif dari pembunuhan jika itu memang pembunuhan." Pak Bari tampak frustasi. Jauh dalam hatinya Pak Bari sangat ingin mengungkapkan sebab kematian istrinya itu, tapi entah mengapa dia merasa jika ad sesuatu yang tidak beres. Itulah alasannya malam ini, malam Jumat Pak Bari ingin khusus meminta bantuan ustad.

Anton terisak saat itu. Dia tidak bisa menerima kenyataan paling menyakitkan. Mengapa Ibunya harus meninggal dengan cara yang tidak wajar, dan kenapa arwah Ibunya bisa menghantui Bapak, bahkan dirinya, dan mungkin kemarin Bi Tari juga Tita.

"Bapak mau menelpon Mamang mu, biar kita gak hanya berdua di rumah. Sekalian minta bantuan buat mempersiapkan malam tahlilan dan doa untuk Ibu." Pak Bari berdiri dan pergi ke arah kamar mungkin dia mengambil ponsel untuk menelpon adiknya yang tinggal tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya.

####

Malam Tahlil dan Doa Almarhumah Inggit

Pukul 06.40 WIB

Sesudah salat Maghrib di mesjid, Pak Bari buru-buru pergi ke rumah. Untungnya istri dari adiknya datang ke rumah dan sudi membantu. Tapi jika dipikirkan sejak kematian istrinya Adiknya baru pertama kali ini datang. Bagi Pak Bari itu tak masalah, dia juga segan meminta bantuan meski dari saudaranya sendiri alasannya karena status sosial mereka saja yang terbilang jauh berbeda, Pak Bari malu tapi mau bagaimana lagi dia bingung dan hanya bisa melakukan upaya tersebut.

"Kang! Jam berapa sih acaranya? Kok belum ada yang datang." Ucap adiknya sambil berkacak pinggang dan di tangan kanannya memegang sepuntung rokok yang sudah hampir habis.

"Tadi sudah sekalian dibicarakan sama ustad, mungkin masih di mesjid." Jawab pak Bari yang sedang duduk.

"Aduh Mas, banyak nyamuk ya! Kapan pulang sih?" Seorang perempuan keluar dari dalam rumah sambil menggaruk beberapa kali tangan dan kakinya terlihat cukup jengkel.

pak Bari menoleh menyaksikan keterpaksaan saudaranya, tapi lebih dari itu dia merasa bersalah karena sudah mengajak keduanya untuk datang ke rumah yang ada di tengah hutan seperti tempat tinggalnya.

"Yasudah kalian pulang aja, terimakasih sekali untuk bantuannya!" Pak Bari sangat berterimakasih karena keduanya memang membawa begitu banyak makanan, sampai di tengah rumah Pak Bari yang kecil pasti akan penuh jika nanti sudah banyak yang datang tahlil.

"Udah ah aku mau pulang Mas!" Rengek istrinya dan langsung berjalan turun dari rumah Pak Bari.

Pak Bari tak mencegahnya, dia menundukkan wajah saja merasa malu karena sudah membawa orang kota untuk datang ke tengah hutan seperti ini.

"Kang, gimana ya? Aku harus nganterin istriku pulang. Gak betah, dia gak terbiasa." Alasannya.

"Udah kamu pulang aja, lagi pula sudah datang saja Akang merasa senang." Pak Bari bicara lagi dengan hati-hati.

"Yasudah, aku pulang aja!" Ucapnya sambil beberapa kali melihat ke arah istrinya yang sedang kesusahan berjalan. "Buat simpenan!" Menyerahkan beberapa uang ke tangan Pak Bari.

Pak Bari melotot kaget, tapi segepok ini sangat tebal. "Jang, jangan repot-repot ini!" pak Bari menolaknya karena merasa tak enak.

Dia langsung memberikan kode pada Pak Bari agar diam.

Pak Bari bingung, berdiri dan hanya bisa diam saja.

Tak lama setelah adik lelakinya itu turun dari rumah tiba-tiba sekelompok orang berpapasan dengannya termasuk Pak Ustad. "Assalamualaikum." Ucap Pak ustad bermaksud memberikan salam pada adik dari Pak Bari.

Tapi alih-alih menjawab adiknya masih jalan saja tak menoleh dan tak menjawab.

"Pak Ustad!" Pak Bari memburu kedatangan Pak ustad saat itu. Segera dia mempersilahkan semuanya untuk masuk ke rumah.

1
Aurora79
Masih setia...🌹
eka siti N: terimakasih kak untuk support nya ☺️ 💖
total 1 replies
Gugun aldy
luar biasa
Ayo saling Dukung
semakin menarik ceritanya
Selena Selena
bagus
Rizik Mustofa bilah
astaga gak nyangka bisa begini
Rizik Mustofa bilah
jadi si Andre juga mengalami teror juga
Rizik Mustofa bilah
astaga
Rizik Mustofa bilah
nangis berdarah ini
Rizik Mustofa bilah
astaga 😳😳
Rizik Mustofa bilah
udh beda lagi. apa sih mau nya
Rizik Mustofa bilah
teror nya itu loh
Rizik Mustofa bilah
😶
Rizik Mustofa bilah
astaga 😳 Thor ini aku curiga si cantik dari desa yang dulu ya .
Rizik Mustofa bilah
wih awal yang baru ceritanya ... semangat Thor aku suka ceritanya💪
Rizik Mustofa bilah
kemana lagi Ahmad lu
Rizik Mustofa bilah
s Ahmad dan pak kyai
Tiara Andini
astaga terornya bukan main
Tiara Andini
jadi curiga hubungan si nenek sama si Ahmad. kenapa sih
Rizik Mustofa bilah: setuju
total 1 replies
Tiara Andini
paling syuka ceritanya beda dari yang biasa aku baca, gak bisa ditebak bikin penasaran
Tiara Andini
curiga sama si neneknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!