Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Mantan Kekasih
Langkah kaki Starla mendadak berhenti kala telinganya mendengar riuh di ruang tamu. Ia juga melihat dengan jelas bahwa ada seorang tamu wanita berambut hitam nan panjang sedang duduk di depan kedua mertuanya.
Namun siapa wanita itu, ia tak tahu. Wajahnya juga saat ini tak bisa Starla lihat karena posisinya berada di belakang tamu wanita itu. Starla melihat ketiganya bercengkerama begitu asyik layaknya keluarga sendiri.
Ekor mata Arjuna melihat kedatangan Starla. Seketika ia berdiri dan tersenyum hangat pada menantunya yang tengah berdiri tak jauh dari area ruang tamu.
"La, kamu sudah datang." Arjuna menyapa hangat Starla.
"Assalammualaikum, Pa-Ma."
"Waalaikumsalam,"
Tamu wanita itu seketika menoleh ke arah Starla. Arjuna dan Bening sudah berdiri menyambut Starla dan tak jauh di belakang menantunya itu, putra kesayangan mereka yakni Brahma terlihat berjalan sedikit cepat dengan wajah yang tak biasa.
Pelukan hangat diberikan oleh Arjuna dan Bening pada Starla secara bergantian.
"Pa-Ma, maaf kami enggak bawa banyak oleh-oleh. Semoga Papa dan Mama suka pemberian dari kami," ucap Starla lembut seraya memberikan tentengan sebuah tas yang berisi oleh-oleh dari bulan madu pada Bening.
"Makasih banyak, Nak. Enggak perlu repot-repot segala," ucap Arjuna seraya mengelus lembut kepala Starla khas seorang ayah yang menyayangi putrinya.
"Benar kata Papa, kami justru pengin oleh-olehnya semoga tak lama lagi Tuhan memberikan kalian berdua seorang buah hati. Biar jumlah cucu di keluarga kita makin banyak jadi makin rame rumah ini. Bener kan Pa?" ujar Bening.
"Yoi, Sayang. Benar yang dibilang Mama, La. Soalnya Papa mau bikin kesebelasan sama para cucu. Biar semua cucuku ikut ke kubu kakeknya yang tampan ini daripada papanya. Hehe..." kelakar Arjuna seraya terkekeh sendiri. Starla tersenyum di depan Arjuna dan Bening usai mendengar permintaan mertuanya tersebut seraya batinnya mengaminkannya.
Saking asyiknya, mereka tanpa sengaja terlupa jika sedang ada tamu di rumah.
"Astaga, Mama sampai lupa kalau ada tamu. Sini La, Mama kenalin tamunya."
Bening pun menggandeng tangan Starla ke arah sofa ruang tamu. Sedangkan Brahma sejak tadi sudah terkejut bercampur aduk kala melihat langsung tamu yang tak ia sangka kehadirannya hari ini di rumah orang tuanya.
"Nah, Ajeng kenalkan ini Starla, istri Brahma." Bening saling memperkenalkan Ajeng dan Starla. "La, ini yang namanya Ajeng. Dia, sahabat Brahma sejak SMA. Kebetulan orang tua Ajeng, teman satu SMA yang sama dengan Mama dulu. Kami sekeluarga almamater sekolah Cita Bangsa di Jakarta."
Lalu Ajeng dan Starla pun saling bersalaman dan tersenyum. Walaupun sejujurnya hati Starla kini didera rasa campur aduk. Antara terkejut atas kedatangan Ajeng, sahabat sekaligus mantan kekasih suaminya, yang ternyata kedua orang tua Ajeng juga berteman baik dengan Bening, ibu mertuanya.
Fakta-fakta baru yang tak terduga bertubi datang ketika dirinya selepas pulang bulan madu. Starla semakin merasa insecure berada di tengah keluarga Brahma. Apalagi Ajeng sangat terlihat jelas berasal dari keluarga yang berpunya dan juga sangat cantik secara fisik. Walaupun Arjuna dan Bening memperlakukannya secara baik dan hangat di depan Ajeng.
Ya, orang tua Ajeng Notokusumo adalah Rendra Mahardika Notokusumo dan Luna. Keduanya adalah teman satu sekolah yang sama dengan Bening di Cita Bangsa, Jakarta. Cinta bersemi di SMA dan berakhir dengan pernikahan yang bahagia yakni Rendra dan Luna. Tuhan memberikan karunia seorang putri tunggal yang cantik yakni Ajeng Notokusumo.
Walaupun hubungan percintaan antara Ajeng dengan Brahma sudah kandas secara baik-baik sejak dua tahun yang lalu, namun hubungan pertemanan yang terjalin keluarga kedua belah pihak tersebut masih sangat baik dan tak putus komunikasi.
Brahma, Ajeng dan Ravi bersekolah di Cita Bangsa juga. Dari sanalah ketiganya akrab dan menjadi sahabat.
Pasti beberapa orang pernah mendengar sebuah kalimat yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan tidak akan bisa menjadi teman saja. Pastinya ada urusan perasaan yang mendasari hubungan mereka. Dan menurut hasil beberapa penelitian memang membuktikan hal itu benar adanya.
☘️☘️
Kini mereka semua telah duduk bersama di ruang tamu yakni Bening, Arjuna, Brahma, Starla dan Ajeng.
"Starla kuliah di mana? Lalu, kenal Mas Brahma di mana?" tanya Ajeng dengan suara lembut dan tanpa basa-basi di depan semuanya.
Deg...
Starla cukup terkejut dengan pertanyaan Ajeng padanya. Namun ia berusaha tetap tenang dan senyum di wajahnya tak pernah redup. Ia menggenggam erat tangan suaminya yang tengah duduk di sampingnya. Lalu genggaman tangan itu ia letakkan di atas pahanya sendiri.
"Maaf Mbak Ajeng, saya hanya lulusan SMA. Mas Brahma sudah menyarankan untuk melanjutkan kuliah, namun saat ini saya memilih menundanya dahulu karena ingin beradaptasi menjadi seorang istri sekaligus Ibu Bhayangkari yang baik. Kami kenal pertama kali di stasiun saat enggak sengaja saya menemukan dompet Mas Brahma terjatuh lalu aku kembalikan," jawab Starla secara jujur.
Bening dan Arjuna tersenyum melihat kejujuran serta apa adanya dari diri Starla, menantunya. Brahma sejak tadi terus terfokus pada kehadiran Ajeng yang tak terduga. Sampai-sampai ia lupa jika di sampingnya ada istrinya yang sebenarnya rapuh namun pura-pura kuat.
"Ajeng, maaf ya. Tante dan Om tinggal sebentar ke belakang. Soalnya burungnya Om perlu diurus. Minggu depan mau ikut kompetisi per burungan se-Jakarta, siapa tahu menang. Walaupun dulu pernah ikut tapi kalah ujung-ujungnya. Haha..." sela Bening berpamitan seraya tertawa di depan semuanya. Ia sengaja mengajak suaminya pergi dari ruang tamu. Sebab, ia ingin memberi ruang dan waktu pada ketiganya tanpa kehadiran orang tua yang pastinya membuat canggung suasana.
"Memangnya Papa punya burung, Ma?" tanya Brahma tanpa tedheng aling-aling dengan wajah sok polosnya. Seketika bantalan sofa melayang ke wajah tampan suami Starla itu. Arjuna yang melemparnya. Beruntung Pak Kapolsek tampan kita ini begitu lihai menangkap lemparan dari Papanya barusan.
"Pasti punya lah. Burung yang enggak bisa terbang saja Papa punya kok. Malah tiap malam bikin Mamamu ketagihan minta terus. Ukurannya pasti lebih besar punya Papa daripada punyamu," ledek Arjuna sengaja menyerang balik lawan secara mematikan hingga ke titik terdalam menjadi tak berkutik.
"Enak saja! Punya Papa sudah loyo plus kisut, soalnya faktor U enggak bisa dibohongin. Wleeekk..." ujar Brahma tak terima.
"Mas, ih." Starla tertawa melihat kekonyolan Brahma dengan Arjuna seraya menegur lembut sang suami untuk menyudahi obrolan unfaedah ini yang penuh keab*surdan.
"Papa akan akui megalodonmu lebih besar dan per_kasa kalau bisa membuat Starla hamil dengan segera. Kalau enggak, artinya punya Papa yang jauh lebih besar dan tak ada lawan. Hehe..."
"Oke, siapa takut. Komandan harus bisa mengakui kehebatanku nantinya bahwa melebihi Anda," jawab Brahma tanpa sadar.
"Buktikan. Kalau cuma obral kata-kata alias janji manis tanpa bukti nyata, sama saja itu hoax, Bung."
"Ini apa-apaan sih! Malah bahas besar kecil megalodon punya. Ayo Pa, urus burung yang di belakang."
"Iya Sayangku, yang manisnya tiap hari makin bertambah sampai meluber,"
"Dasar modus," ujar Bening seraya memutar bola matanya jengah melihat tingkah suaminya yang satu ini tak pernah berubah sejak dulu sampai sekarang. Raja modus.
☘️☘️
Sejak tadi Ajeng begitu terkejut dan tak menyangka ternyata Bening dan Arjuna begitu akrab dengan Starla serta menerima istri Brahma tersebut dengan baik. Walaupun Starla berasal dari keluarga yang jauh di bawah mereka.
Ajeng sengaja datang ke kediaman orang tua Brahma untuk memberikan oleh-oleh dari luar negeri sekaligus melihat secara langsung kehidupan pernikahan Brahma dan Starla. Ajeng tak jadi mendatangi Brahma ke Bali. Sebab, jadwal pekerjaannya kala itu tak bisa ia tinggal begitu saja.
Ia tahu jika Brahma dan Starla pulang hari ini. Maka dari itu ia sengaja bertandang ke rumah orang tua Brahma sekaligus penasaran melihat langsung sosok Starla, istri dari mantan kekasihnya itu.
Hening tercipta beberapa saat di ruang tamu. Ketiganya masih terdiam dan belum ada yang bersuara kembali sepeninggal Arjuna dan Bening. Namun pada akhirnya Ajeng yang memutuskan bersuara terlebih dahulu guna memecah keheningan.
"Kok kamu nikah, enggak kabarin aku sih. Apa kamu semudah itu melupakan persahabatan sekaligus semua kenangan yang pernah terjadi antara kita di masa lalu?" tanya Ajeng tertuju pada Brahma.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Yang sudah baca karya judul Bening, masih ingat kan siapa Rendra dan Luna, orang tua Ajeng serta kisah cinta mereka ketika SMA ?"