ILMU HITAM

Canaya baru saja sampai, ia melihat ada dua mobil terparkir di halaman. Satu milik Abangnya, Arjuna. Satu lagi dia tidak tahu, mungkin Arjuna ada tamu.

Namun betapa terkejutnya Canaya melihat Ayahnya lah tamu itu. Pria yang sudah mulai beruban tersenyum tipis.

Canaya acuh, ia melirik Abangnya yang duduk tidak jauh dari Ayahnya, Faisol Abrori.

" Nay, Ada Ayah" Ucap Arjuna melihat Canaya ingin masuk begitu saja.

" Ayah?? Dia Ayah kita?" Balas Canaya sinis.

" Nay... " Faisol bangkit tapi tangan Canaya terangkat sangat tegas.

" Stop!!! Ayahku sudah mati "

" Nay!!!" Hardik Arjuna, ia turut beranjak dari duduknya.

" Sudah sudah... Biar Ayah yang ngomong " Faisol Abrori cepat menenangkan Arjuna.

" Kau lucu Bang, Seorang Ayah punya tanggung jawab besar kepada anak-anaknya. Bukan hanya kepada negara, tapi dia?? Dia bertanggung jawab untuk rakyat nya tapi tidak bertanggungjawab terhadap anak-anaknya. Dia sukses menjadi pemimpin, tapi mati sebagai seorang Ayah"

Ucapan Canaya penuh dengan penekanan serta gejolak. Setelah berkata demikian, Canaya berlari masuk ke dalam.

Faisol terdiam, begitu pula dengan Arjuna. Serentak suasana jadi sepi.

AHHH

Canaya menghempaskan semua yang ada di depannya hingga berkecai di lantai. Dadanya naik turun, emosinya membuncah.

Kalau saja dia tidak melihat itu adalah Ayah nya, lebih baik dia gigit dan hisap darah nya hingga kering. Biar mati sekalian.

Malam semakin larut, Canaya sedikit pun tidak bisa memejamkan mata. Amarah di dalam dada tidak bisa tersalurkan. Sehingga memakan pikiran.

Sudahlah banyak masalah yang menguras otak, malah ditambah dengan terkuak nya luka lama.

THING!!!

Sebuah pesan di monitor LCD atas pintu muncul. Canaya melirik sekilas.

ABANG INGIN BICARA

Canaya menghela nafas panjang, ia bangkit dan membuka daun pintu. Arjuna masuk meskipun tidak dipersilahkan. Ia duduk di bibir kasur, sedangkan Canaya duduk di sebelah kursi mini berbentuk persegi.

" Nay, aku tahu kamu benci sama Ayah... Tapi dia Ayah kita, dia manusia biasa. Mungkin karena kesibukannya dia tidak punya waktu untuk menjenguk kita. Tapi percayalah, Ayah selalu bertanya keadaan mu. Dia juga selalu ingin menghubungi mu, tapi kau telah memblokir nomor nya"

Canaya diam terkesan cuek meskipun mendengarkan.

" Ayolah, ini seharusnya menjadi momen spesial untuk kita"

Arjuna terus membujuk, namun Canaya tetap tidak perduli.

" Nay... "

" Bang... Aku mengantuk " Potong Canaya cepat.

Arjuna menghela nafas berat, ia pun menyerah dan keluar dari kamar adiknya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

AAAAKKHHHHHHRRRRRRR

Lucy berteriak kuat hingga kepalanya terangkat meskipun kedua tangan dan kakinya terikat. Urat-urat dilehernya menonjol, menunjuk kan bagaimana dia berusaha keras untuk terlepas dari ikatannya.

Alya sampai ngeri melihat bagaimana keadaan anaknya, Aksara pun tak sanggup lagi. Suntikan obat penenang sudah tidak berguna. Lucy terus saja berteriak bagai orang kesurupan.

" Bagaimana ini Pa? Lucy semakin menjadi "

Aksara tidak menanggapi pertanyaan istri nya, ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa.

" Tuan, gimana kalau kita panggil orang pintar ?" Usul pembantu di rumah itu. Yang turut menyaksikan kejadian ini.

Aksara tetap bungkam, ia masih belum bisa memutuskan untuk mengambil tindakan.

HAHAHAHAHAHAAHAHA

Tetiba Lucy tertawa mengerikan, mereka semua saling berpandangan satu sama lain. Karena yang keluar dari mulut Lucy bukan suara dirinya.

HAHAHAHAHAHAHAHAHAAHA

Sekali lagi Lucy tertawa, membuat mereka bergidik ngeri.

" Pa.. "

Alya mencengkram kain baju suami nya, ia bersembunyi di balik punggung pria itu.

" Aksaraaaaaaa"

Suara Lucy berubah serak, kepalanya menoleh. Bola mata gadis itu hanya terlihat putih saja.

" Aksaraaaaaaa "

Sekali lagi Lucy memanggil seperti menggoda Ayahnya.

" Kau takut ? Hahahahahahaha "

" Tuan, ini sudah sangat serius " Bisik pembantu nya.

" Cepat hubungi kenalan mu Bi"

Akhirnya Aksara memberikan perintah yang langsung diiyakan oleh pembantunya.

***

Canaya mendatangi rumah Lucy untuk melihat keadaan sahabat nya itu. Rupanya sedang banyak tamu, karena ada beberapa mobil terparkir di sana. Termasuk mobil Ringga .

" Ringga ada disini ?" Gumam Canaya , ia mempercepat langkahnya.

Kedatangan Canaya disambut oleh pembantu di rumah itu.

" Kok ramai tamu Bik? Dan aku lihat ada mobil Ringga ? Ringga ada disini ?" Tanya Canaya panjang lebar.

" Umm Anu Non, Non Lucy kesurupan. Dan sekarang sedang dirukyah. Kebetulan Kedua orang tua Den Ringga juga datang kesini. Katanya keadaan Den Ringga tidak beda jauh dari Non Lucy "

Canaya cepat masuk setelah mendengar penjelasan pembantu di rumah ini. Ia langsung menuju ke kamar Lucy , sebab di sanalah semua orang berkumpul sekarang.

HAHAHAHAHAHAHAHAHA

Lucy sedang duduk bersila di langit-langit kamarnya dengan posisi terbalik. Sedangkan ada empat ustadz duduk melingkar di lantai. Mereka tengah berzikir bersama-sama.

Tapi sepertinya apa yang dilakukan oleh para ustadz tersebut tidak bereaksi apapun kepada Lucy . Justru gadis itu ikut menggoyang tubuh nya menirukan empat ustadz yang tengah berzikir.

HIHIHIHIHIHIHIHI

Lucy nampak kegirangan, ia mentertawakan ke empat ustadz itu.

" Siramkan air garam itu "

Satu orang ustad bersuara, dan salah satu ustadz yang lain menjalankan perintah tersebut. Ia mengambil air dalam baskom yang ada di tengah-tengah mereka. Kemudian menyiram kan ke tubuh Lucy yang menggantung di udara.

" AAKKHHH AAAKKHHHH AAAKHHHHHH"

Lucy berteriak-teriak, Orang tua Ringga sampai menutup mulut nya.

" Tubuh ku basah heheehehehe"

Semua terkejut, rupanya Lucy berteriak hanya akting. Dia justru semakin ngakak karena telah berhasil mengerjai semua orang.

Tangan Canaya mengepal, ia melangkah penuh emosi. Merebut baskom dari tangan ustadz tadi kemudian naik ke atas kasur.

TONG TONG TONG

Canaya memukulkan baskom itu ke kepala Lucy yang menggantung beberapa kali.

" Pergi !!! Pergi !! Pergi!!! Atau ku hisap kau sampai kering. Pergi pergi !!!"

Canaya ngomel sambil terus memukul kepala Lucy . Diluar dugaan, tubuh Lucy mengeluarkan asap hitam dari ubun-ubun nya. Dan dia langsung terjun bebas jatuh ke atas kasur nya.

Semua takjub, Aksara dan Alya berhambur mendekat. Memeriksa keadaan Lucy takut kenapa-kenapa.

" Lucy ... "

Perlahan Lucy membuka mata nya, ia merasa kepalanya sakit sekali.

" Papa... Mama " Gumamnya lirih. Kedua orang tua Lucy tersenyum lega, akhirnya Lucy kembali.

Ke empat ustadz itu bingung, kenapa jin yang merasuki Lucy langsung kabur saat dipukul oleh Canaya ?

" Terimakasih Pak ustadz, atas bantuannya "

Aksara menyalami ustadz pemimpin diantara ke empat ustadz yang diundang nya itu.

" Sama-sama, tapi anakmu sadar bukan karena kami. Tapi karena gadis itu "

Aksara mengangguk mengerti.

" Sebaiknya Tuan banyak bersedekah, sepertinya iblis yang merasuk tadi adalah iblis yang sangat kuat. Zikir kami tidak mempan" Tambah salah satu dari ke empat ustadz itu.

Aksara tersenyum ragu, iblis yang kuat ?? Kok ditabok malah lari. Ditaboknya pakek baskom lagi. Hemmmmm.