Shahira atau lebih akrab dipanggil Ira. Dia dijuluki perawan tua, karena belum juga menikah bahkan diusianya yang sudah menginjak 34 tahun. Dia menjadi bahan gunjingan ibu ibu komplek.
Shahira pernah di lamar, tapi gagal karena ternyata pria yang melamarnya menyukai adiknya, Aluna.
Tapi, kemudian Ira dilamar lagi oleh seorang nenek untuk menjadi istri dari cucu kesayangannya. Nenek itu pernah di tolong Shahira beberapa waktu yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Hari hari menjadi lebih sibuk dari sebelumnya. Shahira harus bekerja dua kali lebih banyak dari sebelumnya. Sebab dia harus menghasilkan banyak uang untuk biaya pernikahannya nanti.
Dia tahu semua biaya pesta ditanggung oleh calon suaminya. Tapi nanti rencananya Shahira juga mau membuat acara syukuran kecil kecilan di rumahnya untuk mengundang tentangga tetangga komplek perumahannya. Nah tidak mungkin kan dia minta biaya sama Nicho.
Disamping pekerjaanya yang banyak, dia juga harus menyempatkan diri membantu nenek memilih semua pernak pernik segala macam perintilan untuk acara pernikahan.
Sementara Aluna sendiri makin padat aja jadwalnya di rumah sakit. Bahkan hampir seminggu ini dia belum ada pulang sehari pun sangking padatnya jadwalnya di rumah sakit.
"Dek, gak bisa ya libur sehari aja gitu. Kakak butuh banget bantuan adek nih. Mana pernikahan kakak tinggal menghitung hari lagi." rengek Shahira saat menelpon Aluna.
"Ya gimana ya kak, gak bisa. Aku kerja sama orang, jadi ya gak bisa libur seenaknya. Kalau kakak sih enak, kerja sendiri bisa libur sendiri sesuka hati. Nah aku beda kak."
"Lagian pernikahannya dadakan banget sih. Mana aku baru mau mulai kerja di rumah sakit kan, makanya jadi padat jadwalnya."
"Iya kakak paham. Maaf ya dek, kakak malah jadi ganggu adek."
"Aku yang harus minta maaf karena udah bicara seperti tadi sama kakak."
"Gak apa apa, kakak paham kok adek pasti capek dan sibuk juga kan."
"Maaf ya kak. Aku gak punya waktu di hari bahagia kakak."
"Gak apa apa dek. Yang penting adek jangan sampai sakit. Jaga kesehatan, jangan lewatkan jam makan."
"Iya kakak bawel. Kakak lupa ya, adek kakak ini dokter loh."
"Iya kakak tahu adek kakak dokter hebat. Tapi, dokter juga bisa sakit, dokter juga bisa merasa lelah loh dek."
"Makasih ya kak. Aku akan jaga kesehatan kok. Aku janji gak akan sakit, karena aku harus menemani kakak nanti saat menjadi pengantin."
"Nah gitu dong. Itu baru adek kesayanganku Aluna."
Senyum haru terpampang jelas di wajah Aluna yang saat ini sedang istirahat di ruangannya. Tapi, sedetik kemudian senyum itu berubah menjadi senyuman kemarahan begitu panggilan berakhir.
Aluna marah, dia merasa kalah dari kakaknya yang malah dipilih oleh seorang pria sempurna seperti Nicho.
"Aku yakin Nicho ingin melamarku. Tapi neneknya menginginkan kak Shahira. Aku tidak akan membiarkan Nicho menjadi milik kakak. Jika aku tidak bisa memiliki Nicho, maka kakak juga tidak bisa." gumamnya menegaskan pada dirinya sendiri.
Wah ternyata Aluna tidak sesayang itu pada Shahira. Bagaimana keadaan Shahira andai dia tahu adik kesayangannya ternyata tidak menyayanginya seperti yang dia kira selama ini.
Hari terus berlalu, kini tibalah hari pernikahan itu. Pernikahan megah ini diadakan di hotel berbintang.
"Dek, kakak sudah sah menjadi istri Nicho sekarang!" Shahira memeluk erat Aluna begitu Nicho selesai mengucapkan akad nikah di depan penghulu.
"Selamat ya kak. Aku bahagia." ucap Aluna yang membuat wajah sinis dibalik pundak Shahira.
Saat ini mereka berada di kamar pengantin. Ya, Shahira menunggu di kamar pengantin saat Nicho mengikrarkan akad nikah tadi. Dia hanya melihat dari layar ipad yang diberikan Rey.
Kini saatnya Shahira menuju aula pernikahan. Dibantu oleh bebera orang brides maid dan juga Aluna, dia melangkah menemui suaminya.
Mempelai wanita disambut meriah oleh semua tamu undangan. Sungguh Aluna tampak sangat cantik dengan pakaian adat sunda nya meski dia seorang wanita yang berhijab. Justru hijabnya lah yang menambah kecantikannya.
Acara meriah pesta pernikahan itu berjalan semestinya. Dan kini tibalah saatnya Nicho harus berganti pakaian terlebih dahulu, sementara Shahira masih harus menyapa tamu tamu nenek.
Nicho sendirian di kamar pengantin saat ini. Dia sengaja menyuruh tim WO meninggalkannya sendirian karena ingin istirahat sebentar.
"Melelahkan." gumamnya.
Sesaat kemudian, Nicho sudah mengganti pakaiannya menjadi stelan jas yang nanti senada dengan gaun pesta Shahira. Merasa sudah siap, Dia pun hendak keluar dari kamar, tapi saat pintu terbuka tubuhnya kembali didorong masuk oleh Aluna.
"Aluna apa yang..."
Aluna menempelkan bibirnya tepat di bibir Nicho dan saat itu juga pintu kamar pengantin kembali tertutup rapat.
Entah apa yang terjadi di dalam sana antara Aluna dan Nicho.
Sementara Shahira sendiri sedang menikmati perannya sebagai cucu menantu kesayangan nenek yang dibangga banggakannya dihadapan teman temannya dan para tamu undangan.
Setengah jam kemudian, Nicho kembali ke aula pesta. Lalu, giliran Shahira yang berganti pakaian. Hanya sebentar kemudian Shahira sudah kembali dengan gaun yang cantik.
Pesta berlanjut dengan sesi pemotongan kue dan juga dansa tipis tipis kedua mempelai.
Namun, saat semua orang menikmati acara pesta meriah itu, Aluna sendiri sudah tidak terlihat disudut manapun di hotel. Entah kemana dia pergi setelah berduaan dengan suami kakaknya di kamar pengantin kakaknya beberapa saat yang lalu.
Sungguh pengkhianatan yang sangat menyakitkan andai Shahira tau.
Pesta pun usai. Shahira ke kamar lebih dulu. Mengganti gaunnya dengan piyama nyaman yang disediakan hotel, tentu saja setelah dia mandi.
"Mas Nicho kok masih belum datang ya?" pikirnya.
Kelamaan menunggu, Shahira pun akhirnya terlelap nyaman di atas ranjang luas itu.
Tidak berselang lama, Nicho tiba di kamar. Melihat Shahira tidur tanpa selimut, membuatnya menyelimuti tubuh istrinya itu. Kemudian barulah dia mandi dan berganti pakaian, lalu ikut tidur di samping Shahira dengan posisi saling beradu punggung.
Pagi menjelang, mereka bangun kesiangan. Sehingga keduanya tidak sempat saling menyapa. Mereka hanya sibuk membereskan keperluan masing masing, karena mereka harus mengadakan pesta syukuran lagi di rumah Shahira.
Rey yang mengantar mereka ke rumah Shahira. Begitu turun dari mobil, mereka langsung ditarik ke kamar untuk berganti pakaian dan di makeup.
Sungguh benar benar sibuk dengan urusan masing masing. Shahira bahkan tidak sempat menyapa ibu dan adiknya. Nicho juga tidak sempat menyapa mertua dan iparnya atau mungkin kekasihnya.
Untungnya, pesta kecil kecilan itu berlansung dengan lancar tanpa hambatan sama sekali. Dan sekarang pengantin baru itu sudah berada di kamar Shahira.
"Ini kamar kamu?" tanya Nicho saat sudah selesai mandi dan berganti pakaian.
"Iya. Maaf ya, kamarnya kecil."
Nicho menatap ranjang kecil itu, tidak muat untuk berdua pikirnya.
"Terus, aku tidur dimana?"
"Di kasur."
"Aku rasa tidak muat untuk berdua."
"Aku bisa tidur di lantai, eh maksudku di karpet."
Nicho pun mengangguk paham setelah melihat karpet tebal yang terbentang di lantai.
"Tidak ada kipas angin?"
Shahira menggeleng pelan.
"Aku tidak bisa tidur tanpa ac atau setidaknya kipas angin. Disini sangat panas."
Shahira tampak bingung, dia mencoba memikirkan sesuatu.
"Apa kamu tidur seperti ini setiap malam? Tanpa kipas angin?"
Shahira mengangguk.
"Lalu, kemana uang hasil berjualan kue, kalau membeli kipas angin saja tidak mampu?" rutuknya.
"Uangnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari." sahut Shahira pelan.
Nicho akhirnya diam, dia mulai berbaring di kasur keras Shahira. Dia bahkan mengipaskan telapak tangannya di area lehernya. Melihat itu, Shahira pun mengambil buku dari laci meja riasnya. Dia berlutut di samping ranjangnya sambil mengipas suaminya yang kepanasan itu.
"Kamu ngapain?" tanya Nicho terkejut melihat Shahira melakukan itu.
"Aku akan mengipas sampai mas Nicho tertidur. Maaf hanya ini yang bisa aku lakukan saat ini. Nanti aku akan usahakan membeli kipas angin."
"Huh!" Nicho tidak habis pikir dengan cara berpikir Shahira.
Dia pun mencoba memejamkan matanya dan membiarkan Shahira terus mengipasnya. Tapi, ternyata Nicho tidak nyaman dengan hal itu.
Grabbb...
Dengan sekali tarik, Nicho berhasil membawa tubuh Shahira naik tepat diatasnya.
"Mas Nicho!" Teriak tertahan Shahira yang terkejut tiba tiba sudah berada diatas tubuh suaminya itu.
"Berhentilah mengipasku dan jangan bergerak, Shahira. Tetap diam seperti ini dan pejamkan matamu." titah Nicho yang malah melingkarkan tangannya memeluk Shahira seakan tubuh itu adalah guling kesayangannya.
semoga ibu nya shahira cpt tau kelakuan aluna merusak keretakkan rumah tangga kakak nya sendri biar ibu merasa menyesal