Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
Arvin seolah tidak bisa menjawab apapun yang dikatakan istrinya. Tatapan mata Vanisa memang tidak pernah ada harapan kepada laki-laki yang berdiri di depannya itu. Bahkan dia tidak tahu apakah Arvin benar-benar serius khawatir kepadanya atau hanya sekedar prioritas saja.
"Tuan apa saya sudah bisa memeriksa mobilnya!" pandangan mata Arvin yang langsung beralih menatap dua bola mata cantik itu.
Ketika orang yang bekerja di servis mobil itu menegur Arvin.
"Lakukan!" jawab Arvin. Pria itu menganggukan kepala dan langsung menghampiri mobil Arvin.
Vanisa menghela nafas. Energinya mendadak langsung habis ketika berbicara terlalu banyak dengan Arvin dan apalagi kata-kata yang baru saja dia keluarkan sangat tidak percaya bisa keluar dari mulutnya.
Itu merupakan keluhan yang sudah dipendam selama bertahun-tahun. Vanisa dan Arvin yang mendadak canggung karena pembahasan diantara mereka berdua.
Vanisa terlalu dari hadapan Arvin mencari tempat duduk untuk menunggu mobil itu selesai diperiksa dan sementara Arvin masih melihat ke arah Vanisa benar-benar sangat penasaran apa yang terjadi kepada istrinya.
"Siapa orang yang dimaksud Vanisa dan apa ini berkaitan dengan dia?" batin Arvin yang memang tempat cuek saat kliennya mengatakan hal itu Dan ternyata hal itu benar-benar terjadi pada istrinya.
Vanisa sebenarnya bukan menutupinya, tetapi dia dan Arvin tidak dekat dan tidak mungkin saling bercerita satu sama lain.
"Kenapa dia terus melihatku seperti itu," batin Vanisa yang merasa risih dengan melihat kesana kemari saat menyadari mata Arvin tidak berhenti menatapnya.
****
Setelah memeriksakan mobil. Akhirnya Arvin dan Vanisa kembali memasuki mobil. Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan. Vanisa memejamkan mata yang bersandar di jok mobil terlihat begitu lelah.
Arvin sesekali menoleh ke arah Vanisa dan matanya bahkan masih melihat ke dahi Vanisa yang terkadang terlihat luka itu yang ternyata disembunyikan Vanisa di balik rambutnya.
Flashback.
"Cukup Vanisa!" Arvin yang terlihat marah dengan nada suaranya yang keras. Wajahnya memerah dengan rahang kok mengeras dan sampai urat lehernya terlihat menegang.
Pasangan itu yang berada di dalam kamar dengan kamar yang tampak diberi hiasan kelopak mawar berbentuk love, aroma kamar itu juga sangat romantis dan penampilan Vanisa terlihat cantik yang menggunakan dress berwarna merah mencolok yang tampak sangat seksi.
Siapapun laki-laki akan terpikat akan kecantikan gadis polos itu, gadis yang memang sepertinya sengaja menggoda suaminya. Tetapi Arvin sangat tidak menyukai apa yang dilakukan Vanisa dan membuatnya marah.
"Kamu tidak perlu melakukan semua ini. Aku sudah memberimu ingat untuk tidak ada pernikahan diantara kita berdua. Pernikahan kita hanyalah sebatas kontrak dan tidak perlu seperti pada umumnya dan apalagi hubungan suami istri seperti ini!" tegas Arvin.
"Kau tidak perlu repot-repot melakukan ini dan itu yang menuruti keinginan Ibumu. Hentikan semua ini dan jangan membuatku muak. Cukup hanya berdiam saja dan jalani semuanya seperti kau menjalani kehidupanmu dan anggap tidak ada pernikahan di antara kita! Jangan berbicara terlalu berlebihan kepadaku atau berusaha untuk membangun komunikasi apapun denganku!"
"Semuanya tidak akan pernah berubah dan akan tetap seperti ini. Jadi aku berharap kamu mengerti dan paham dengan situasi yang aku hadapi saat ini!" tegas Arvin dengan penuh penekanan yang membuat Vanisa sejak tadi hanya diam saja dengan mata berkaca-kaca.
"Aku tidak mungkin menyentuhmu dan jangan berpikiran terlalu jauh atau mengharapkan apapun dalam pernikahan ini. Tetap diam dan jangan mengajakku berbicara atau memberitahu apapun kepadaku. Kita berdua adalah orang asing yang tidak akan mungkin bersama!" tegas Arvin dengan penuh penekanan.
Kata-kata itu cukup menyakitkan hatinya bagaimana mendapatkan penolakan dari pria yang dia nikahi seminggu yang lalu. Vanisa hanya berusaha untuk mencuri hati Arvin sesuai dengan keinginan ibunya agar pernikahan itu bertahan dan ternyata usaha yang dilakukan Vanisa mendapatkan respon yang tidak dia inginkan.
Arvin seolah sangat jijik dengan semua yang dia lakukan yang membuat Vanisa sudah tidak berharga lagi. Vanisa sudah menolak permintaan dari Sarah dan apa yang bisa dia lakukan yang mau tidak mau menuruti dan ternyata inilah hasilnya.
Harga dirinya benar-benar diinjak oleh laki-laki itu seolah sangat haus akan hubungan suami istri dan padahal Vanisa juga tidak menginginkan semua itu.
Karena kejadian itu yang sampai detik ini membuat Vanisa hanya diam dan tidak melewati batasnya sebagai orang yang tinggal di rumah Arvin.
Vanisa mengalami banyak hal besar yang memang tidak perlu diceritakan kepada siapa-siapa. Karena seperti apa yang dia katakan bahwa mereka berdua tidak memiliki tempat untuk berkomunikasi dan inilah yang terjadi. Vanisa yang hanya menuruti semua perkataan Arvin karena tidak ingin laki-laki yang menjadi suaminya itu marah.
Flashback Off.
Arvin menghela nafas yang mengingat semua perkataannya kepada Vanisa dari ekspresi wajahnya sangat terlihat bahwa dia begitu keterlaluan mengatakan hal itu 3 tahun lalu yang ternyata menjadi pegangan bagi Vanisa.
"Hmmmmmm," Vanisa meraung seketika yang membuat pandangan Arvin langsung kembali lurus menatap ke depan, sepertinya tidak ingin Vanisa mengetahui bahwa dia sejak tadi memperhatikan istrinya itu.
Vanisa yang membuka matanya dengan menguap kecil menutup mulutnya yang tampak meregangkan otot-ototnya.
Vanisa melihat di sekelilingnya yang sudah terlihat pepohonan dan sepertinya mereka memang sebentar lagi akan sampai. Vanisa menoleh ke arah Arvin yang tetap fokus menyetir dan tidak ada yang dia katakan dan menegakkan posisi duduknya. Dia juga tidak mungkin tertidur sampai puncak dan tentu juga Arvin akan membangunkannya.
Pasangan suami istri itu kembali diam sembari menunggu mobil itu berhenti di Villa keluarga besar Arvin.
*****
Puncak.
Akhirnya setelah melakukan perjalanan Vanisa dan Arvin sampai juga ke puncak yang ternyata keluarga mereka juga baru saja sampai dan berkeluaran dari mobil. Mereka semua melihat kedatangan Vanisa dan Arvin.
Ada Mohan, Mitha dan putri mereka juga yang pasti turut hadir dalam liburan keluarga itu. Mahira gadis kecil yang sangat menyukai Vanisa langsung cepat-cepat turun dari gendongan ayahnya yang membuat Mohan membiarkan hal itu dan lihatlah gadis manis itu tertatih-tatih yang langsung menghampiri Vanisa yang membuat Vanisa langsung berjongkok untuk memeluk Mahira.
"Cantik sekali Mahira," puji Vanisa. Hanya anak kecil itu yang membuat pemikirannya waras.
Wajah Sarah tampak tidak suka melihat anaknya yang terus saja dekat dengan anak orang lain. Sarah terlihat sewot yang ingin sekali mulutnya melarang Vanisa. Tetapi tidak mungkin dilakukan karena di tempat itu banyak orang dan apalagi ada orang yang paling dihormati Dharma yang tak lain Kakek Arvin.
"Maaf kami terlambat," ucap Arvin menundukkan kepala pada, pria berkacamata yang duduk di atas kursi roda yang sepertinya ada permasalahan pada kakinya dan mungkin juga karena pengaruh usianya yang sudah tua.
"Kami juga baru saja tiba! ayo masuk," sahut Dharma.
Arvin menganggukkan kepala. Satu per satu keluarga itu yang akhirnya memasuki Vila mewah itu dan ada beberapa pelayan yang juga membantu membawa masuk barang-barang mereka.
"Tahta gendong!" pinta Mahira.
"Biar Mama yang gendong Mahira," sahut Mitha yang tidak ingin merepotkan Vanisa.
"Tidak apa-apa, Kak," ucap Vanisa yang pasti tidak keberatan dan langsung menggendong keponakannya itu.
"Bagaimana mau punya anak, anak orang terus yang diurus!" cicit Sarah dengan pelan dan langsung memasuki Vila yang sejak tadi begitu kesal kepada Vanisa.
Bersambung......
...Bulan Ramadan ini benar-benar diuji begitu sangat berat. Ya Allah rasanya sudah tidak sanggup, fokus kerja hilang, dan ini dan itu tidak ada yang bisa dikendalikan. Saya merasa bahwa hanya bisa menumpahkannya di sini. Saya minta doa kepada teman-teman semua yang selalu membaca novel-novel saya untuk mendoakan saya agar apa yang saya hadapi saat ini benar-benar diberikan kemudahan, kelancaran dan jalan keluar....
...Ini benar-benar sangat berat, air mata sudah begitu banyak keluar dan rasanya sudah sangat capek. Sungguh ujian ini benar-benar sangat berat dan tidak tahu apakah harus bertahan atau tidak. Para pembaca saya, pengikut saya yang selalu memberikan support pada karya-karya saya....
...Terima kasih untuk kalian semua dan saya benar-benar minta doa yang tulus, agar masalah saya benar-benar bisa diselesaikan...
...Saya benar-benar ditipu dan kerugian yang harus dibayar sampai 31 juta. Ya Allah ini benar-benar berat. Nggak tahu lagi harus apa, ekonomi yang begitu sulit dan sampai saat ini tidak ada jalan keluar untuk mengganti uang yang saya gunakan yang bukan milik saya. Saya tidak pernah lepas untuk meminta doa kalian. Sumpah saya hanya merasa memiliki kalian dan juga Allah saat ini. Karena saya kembali menyadari disaat kita susah orang-orang di sekitar kita akan pergi menjauh....
...Doakan saya teman-teman agar mendapatkan uang untuk menutupi semuanya, saya yakin salah satu doa dari kalian yang diijabah oleh Allah. Amin Ya Robbal alamin....
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku
ketegasan dari Vanisa 👍👍